Perasaan Hormat Teman-Teman Indonesia kepada Presiden Ho Chi Minh

(VOVWORLD) - Presiden Ho Chi Minh adalah budayawan besar dunia, seorang prajurit revolusi yang gigih dan sahabat dekat bangsa-bangsa di seluruh dunia. Pada kesempatan ulang tahun Presiden Ho Chi Minh (19 Mei 1890-19 Mei 2021), reporter VOV di Indonesia bertemu dengan seorang warga negara Indonesia yang pernah menghadiri pemakaman Presiden Ho Chi Minh secara langsung dan menyaksikan bagaimana perasaan rakyat Vietnam dan sahabat-sahabat internasional atas kepergian Beliau.
 
 
Perasaan Hormat Teman-Teman Indonesia kepada Presiden Ho Chi Minh - ảnh 1Keluarga Ibu Wilis di Kedutaan Besar Indonesia di Kota Hanoi 
 Keluarga Bapak Djati Soeroso dan Ibu Sri Wilis Soeroso adalah saksi hidup yang pernah mengalami suatu periode sejarah Vietnam dari tahun 1967-1972 ketika Bapak Djati ditugaskan sebagai Asisten Atase Penerangan KBRI di Vietnam. Selama tahun-tahun tersebut, banyak kenangan yang ditulis lengkap oleh sang istri, Ibu Sri Wilis, dalam bukunya, "Kenangan Abadi". Ada bab dalam buku tersebut yang merinci tanggal wafatnya Presiden Ho Chi Minh, sosok yang sangat dicintai rakyat Vietnam.

“Tanggal 2 September adalah hari kemerdekaan Vietnam Utara, kelihatannya sepi-sepi saja, hanya ada resepsi di Istana Ketua Ho Chi Minh tetapi acara kesenian katanya batal. Radio rakyat menyiarkan lagu-lagu pujaan yang sedih dan sajak-sajak, kedengarannya sajak berkabung sambil menyebut-nyebut setengah meratap ‘Ketua Ho’. Ternyata kemarin beliau sedang sakit keras dan tanggal 3 September 1969 Beliau wafat”

 Ibu Wilis mengatakan bahwa, pada hari wafatnya Paman Ho, semua orang Vietnam mengenakan pita berkabung merah dan hitam di dada mereka, mata mereka bengkak karena menangisi Paman Ho. Tidak ada lagi suara jualan dari  pengasong, suara lalu lintas, ataupun suara orang bicara dan tertawa. Menurut catatan Ibu Wilis, delegasi KBRI termasuk keluarga Ibu Wilis membawa karangan bunga anggrek khusus dari Indonesia untuk berziarah kepada Paman Ho. Para sahabat mancanegara berdatangan untuk berziarah kepada Beliau dengan penuh karangan bunga. Delegasi Indonesia menunduk dengan khidmat di depan keranda Ho Chi Minh sebagai penghormatan terakhir, sementara terdengar suara trompet memainkan lagu duka cita untuk mengantar sahabat besar rakyat Indonesia ke Sang Pencipta.

Delegasi-delegasi dari berbagai negara sahabat Vietnam Utara berdatangan untuk menyatakan turut berduka cita dan menghadiri upacara pemakaman. Jenazah Ho Chi Minh dibalsem terletak di dalam sebuah peti kaca disemayamkan di Gedung Ba Dinh Square, gedung yang biasanya dipakai untuk pertemuan-pertemuan partai, pidato-pidato. Lapangan di mukanya bernama Ba Dinh Square, yang biasanya untuk parade, penuh oleh rakyat yang berbaju putih dengan tanda berkabung di dada mereka. Meratap pelan atau menangis terisak-isak. Ho Chi Minh memang seorang paman yang sangat dicintai oleh rakyatnya."

Perasaan Hormat Teman-Teman Indonesia kepada Presiden Ho Chi Minh - ảnh 2Upacara pemakaman Presiden Ho Chi Minh

Pertama kali ia menghadiri pemakaman seorang pemimpin asing dan juga pertama kalinya baginya menyaksikan bagaimana perasaan mendalam rakyat Vietnam kepada pemimpin nasional. Barisan panjang orang berdiri di kedua sisi jalan untuk mengucapkan selamat jalan kepada Paman Ho untuk terakhir kalinya. Di semua persimpangan jalan, radio menyiarkan melodi sedih dan ungkapan yang masih ia ingat dengan jelas seperti "Hidup Presiden Ho", "Hidup Paman Ho".

Di rumah-rumah, semua kegiatan terhenti, rakyat memantau upacara pemakaman Paman Ho yang disiarkan langsung Radio Suara Vietnam. Serangkaian tembakan meriam itu terdengar seperti membawa Beliau ke langit dan terbang ke Selatan untuk mengunjungi rakyat di Vietnam Selatan. Radio Suara Vietnam menyiarkan pesan Paman Ho sebelum meninggal, untuk terus berjuang "bebaskan Vietnam Selatan, lindungi Vietnam Utara, dan satukan tanah air ".

Saat ini di ruang tamu Bu Wilis masih tersimpan kenang-kenangan selama tinggal di Vietnam, seperti lukisan vernis menara penyu, bunga teratai, vas keramik Vietnam biru-putih, dan kotak surat pribadi keluarganya selama di Hanoi. Semua kenang-kenangan itu, meskipun telah menjadi benda antik, namun tetap dirawat dan disimpan dengan hati-hati olehnya. Semua itu selalu mengingatkannya akan kenangan mendiang sang suami yang seorang diplomat dan tentang negara Vietnam nun jauh di sana. Kenangan yang ia tulis di halaman-halaman kertas telah dihargai oleh anak-anaknya, diterbitkan dalam bentuk buku dan diberikan kepada teman-teman dan kerabat. Bowie Djati, putra sulung Bapak dan Ibu Wilis, yang dilahirkan dan juga mengalami masa kecil di Vietnam, berbagi:

“Kami tanpa kami sadari itu sebenarnya merupakan jembatan dari hubungan dua negara karena kehadiran atau adanya orang tua saya di Vietnam untuk mewakili negara Republik Indonesia, dan itu juga menjelaskan detail bagaimana acara-acara di Kedutaan, antara wakil negara dengan wakil dari negara-negara sahabat dan sebagainya. Dari situ dituangkan jadi buku menjadi cerita-cerita yang luar biasa, dengan pengalamannya langsung, menghadapi serangan udara Amerika, dan juga – yang paling tidak kalah menarik – ingatan beliau yang dituangkan secara detil mengenai proses pemakaman Presiden Ho Chi Minh”.

Perasaan Hormat Teman-Teman Indonesia kepada Presiden Ho Chi Minh - ảnh 3Ibu Wilis menunjukkan kepada wartawan VOV foto-foto waktunya di Vietnam

Wanita Indonesia ini, di usianya yang lanjut meskipun gerakan kakinya mulai lambat, matanya tidak lagi tajam, namun ingatannya tentang satu bangsa Vietnam yang gigih merebut kemerdekaan di bawah kepemimpinan yang cerdik seorang tokoh terkenal di dunia, Presiden Ho Chi Minh, masih sekuat hari ini yang selalu menjadi "Kenangan Abadi".

Ibu Wilis main piano lagu Vietnam "Dem qua em mo gap Bac Ho" (Kemarin malam saya mimpi bertemu dengan Paman Ho)

Komentar

Yang lain