Akibat dari pembakaran KItab Al Qur'an.

(VOVworld) - Kasus pembakaran Kitab Al Qur'an oleh serdadu Amerika Serikat (AS) di  pangkalan  militer Bagram di Afghanistan tidak hanya sedang menimbulkan prahara dalam hubungan antara AS dengan Afghanistan saja, melainkan juga tidak menguntungkan baik Pemerintah AS maupun Pemerintah Afghanistan pada saat-saat yang sensitif ini. 

Akibat dari pembakaran KItab   Al Qur'an. - ảnh 1
Para demonstran memprotes pembakaran  Kitab Al Ku'ran.
Foto: voafanti.com

Segera setelah informasi tentang ditemukannya buku-buku  Kitab Al Qur'an dari Umat Muslim yang  terbakar sebagian dalam tumpukan sampah di   Pangkalan Bagram - Pangkalan militer yang paling besar AS di Afghanistan terbocorkan keluar, maka pada 21 Februari telah terjadi demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan rakyat setempat di luar pangkalan militer ini dengan partisipasi dari  kira-kira 2000 peserta. Sampai sekarang, sepekan sudah lewat, gelombang demonstrasi yang dilakukan rakyat Afghanistan  masih sedang melanda luas dan mengakibatkan  kekerasan, meskipun kalangan pejabat AS, termasuk Presiden AS Barack Obama, Panglima Tentara AS di  Afghanistan  - Jenderal  John Allen telah mengatakan  minta maaf tentang kasus pembakaran Kitab Al Qur'an  dan beranggapan bahwa  ini adalah “ satu kecelakaan” dan menegaskan bahwa semua tindakan ini tidak mencerminkan pandangan serta sikap tentara AS terhadap semua aktivitas keagamaan dari rakyat Afghanistan. Bersamaan dengan itu adalah serangan- serangan terhadap semua pangkalan militer AS di wilayah Afghanistan dan menyasar pada serdadu AS dan NATO di Afghanistan,  dimana yang tipikal yalah  pembunuhan dua penasehat militer AS. 




Akibat dari pembakaran KItab   Al Qur'an. - ảnh 2
Kitab Ak Ku'ran dari Umat Muslim. 
(Foto: putrachampa.blogspot.com)

Semua bentrokan antara pasukan keamanan dan khalayak orang yang naik pitam sampai sekarang telah membuat puluhan orang tewas. Gelombang kemarahan juga melanda negara tetangga Pakistan ketika ratusan Ulama dan para Aktivis yang mempunyai fikiran keras telah turun ke jalan melakukan demonstrasi memprotes kasus pembakaran Kitab Al Qur'an pada 24 Februari di Ibu kota Islamabad dan kota-kota besar seperti Karachi atau Tanah  Suci Multan di Pakistan Tengah. Ini bukan untuik pertama kalinya terjadi  pembakaran Kitab  Al Ku’ran. Kita masih ingat, pada awal bulan April  tahun lalu, pembakaran Kitab Al Qur'an  oleh Pendeta Wayne Saap di satu Gereja di negara bagian Florida AS juga mengipasi  kemarahan yang masih tersembunyi  dalam dunia Islam dan AS. Dan kali ini, meski kasus itu tidak disengaja, tetapi juga mendatangkan akibat yalah menyulut sumbu ledak dari semua tindakan kekerasan, mendorong fikiran anti AS di Afghanistan, memojokkan pasukan asing di Afghanistan pada situasi yang berbahaya dan memperdalam lebih lanjut  kontradiksi antara AS dan negara-negara Islam. Lebih-lebih lagi,  kasus  kali ini  terjadi pada  saat AS sedang berupaya menstabilkan situasi di Afghanistan  sebelum menarik  pasukan dari negara ini pada tahun 2014 dan AS sedang memasuki kampanye pemilihan Presiden sedang meletakkan AS dan NATO dalam menghadapi kesulitan-kesulitan baru. 



Akibat dari pembakaran KItab   Al Qur'an. - ảnh 3

Jenderal John Allen.
(Foto: dantri.com)
Pada saat AS sedang sangat memerlukan  pasukan NATO  untuk memperkuat semua aktivitas untuk bisa lebih cepat menstabilkan situasi, maka Jerman - negara  yang memberikan sumbangan pasukan  yang besarnya nomor 3 dalam pasukan pimpinan NATO yang beraktivitas di Afghanistan, setelah AS dan Inggris pada 23 Februari lalu telah menarik lebih cepat pasukannya dari satu pangkalan di Taluquan, setelah kira-kira 300 orang Afghanistan melakukan demonstrasi damai di luar pangkalan ini. Semua sisa pasukan Jerman juga akan meninggalkan daerah ini sebelum akhir bulan Maret nanti. Pada Sabtu 25 Februari, Pasukan Bantuan  Keamanan Internaisonal (ISAF) di Afghanistan juga telah menarik semua stafnya dari semua  badan tingkat  Kementerian dari Kabul dan dari semua daerah pemukiman penduduk di sekitarnya dengan alasan: “membela pasukan”, setelah terjadi kasus  tertembak matinya dua penasehat militer AS di Kementerian Dalam Negeri Afghanistan.


Akibat dari pembakaran KItab   Al Qur'an. - ảnh 4
Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
(Foto:nguoiduatin.vn)

Sedangkan di AS, kasus  ini sedang digunakan oleh  faksi Republik untuk menurunkan nilai Barack Obama dalam kampanye pemilihan Presiden. Gedung Putih, 25 Februari lalu, juga  harus memberikan penjelasan  setelah calon Presiden dari Partai Republik Newt Gingrich mengecam Barack Obama bahwa “Sungguh merupakan satu kesalahan dan memamukan tepat pada  hari para serdadu Afghanistan menembak mati dua serdadu AS, Presiden AS Barack Obama mengirim surat untuk mengatakan minta maaf kepada orang Afghanistan”. Di Afghanistan, situasi menjadi sangat sulit dikontrol ketika pasukan Taliban menyalahgunakan kasus ini, berseru kepada rakyat negeri ini supaya "jangan menghentikan demonstrasi”, melakukan serangan dan menembak mati para serdadu asing untuk membalas dendam.




Akibat dari pembakaran KItab   Al Qur'an. - ảnh 5
Serdadu Jerman ditarik lebih awal dari Afghanistan. 
(Foto: vietnamplus.vn)
10 tahun  sudah lewat sejak AS dan pasukan NATO menggulingkan Taliban. Akan tetapi, keamanan belum dipulihkan selama waktu itu dan rakyat Afghanistan belum sehari-pun dapat hidup stabil. Semua kecurigaan dan antagonisme antara rakyat Afghanistan dan pasukan asing di Afghanistan yang belum pernah dihapuskan,  sekarang ada kesempatan  meledak kembali setelah  pembakaran  Kitab Al Qur'an  yang lalu. Dan masalah  keamanan untuk Afghanistan yang memang sudah sangat sulit, sekarang ini menghadapi bahaya yang  lebih sulit dikontrol./.

Komentar

Yang lain