Apakah persekutuan internasional anti IS bisa menyelesaikan missi-nya?

(VOVworld) - Setelah dua pekan terbentuk, Persekutuan internasional anti kekuatan mujahidin yang menamakan diri sebagai “Khalifah Islamiyah” (IS) di Timur Tengah sedang melakukan langkah-langkah awal untuk membasmi sampai ke akar-akarnya kelompok pembangkang yang kejam ini. Jumlah negara yang berkomitmen masuk persekutuan yang dicetuskan oleh Amerika Serikat ini semakin meningkat dan sekarang sudah mencapai 54 negara. Namun, apakah persekutuan ini bisa benar-benar saling berkaitan erat untuk menyelesaikan missi-nya? Hal ini sampai sekarang tetap merupakan satu tanda tanya besar”


Apakah persekutuan internasional anti IS bisa menyelesaikan missi-nya? - ảnh 1
Konferensi internasional tentang persekutuan anti IS pada 15 September
(Foto: cand.com.vn)

Timur Tengah sekarang tetap merupakan kawasan dengan krisis yang bertumpuk-tumpuk, sehingga soal menegakkan kembali satu keamanan regional hampir-hampir merupakan satu tugas yang tak terlaksanakan. Pada saat perang saudara di Suriah masih belum teratasi, Pemerintah Irak masih lemah, maka timbulnya negara yang menamakan diri sebagai IS menjadi ancaman keamanan yang melampaui skala regional. Dengan sifatnya yang galak dan kejam dari para milisi IS, khususnya dengan tindakan-tindakan pembunuhan terhadap para wartawan dan sandera mengajukan tuntutan yang mendesak bagi dunia untuk melakukan tindakan darurat, bahu-membahu menghadapi organisasi yang kejam ini.

Untuk melaksanakan strategi komprehensif untuk membasmi IS, yang menurut itu memperluas operasi serangan udara terhadap sasaran-sasaran IS tidak hanya di Irak saja tapi juga di wilayah Suriah, pada Selasa pagi-pagi benar (23 September), Washington telah melakukan serentetan serangan udara terhadap wilayah Suriah untuk menyapu bersih sarang kelompok pembangkang Islam. Dengan partisipasi dari kapal-kapal induk USS Arleigh Burke yang membawa rudal jelajah Tomahawk di lepas pantai Laut Merah dan kapal jelajah pembawa rudal penunjuk jalan USS Philipines Sea di Teluk Persia Utara, serangan-serangan udara Amerika Serikat telah menghancurkan banyak infrastruktur dan persenjataan yang penting milik IS. Sebelumnya, Amerika Serikat telah melakukan kira-kira 200 serangan udara di Irak sejak Agustus sampai sekarang.


Reaksi yang saling bertentangan dari komunitas internasional

Serangan-serangan udara yang dikomandoi Amerika Serikat di Suriah telah menimbulkan reaksi-reaksi yang saling bertentangan di Timur tengah dan di seluruh dunia, dari dukungan mutlak sampai celaan yang keras.

Lima negara di kawasan yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Jordania, Bahrain dan Qatar telah bergabung dengan Amerika Serikat dalam operasi anti IS. Walaupun sebagian besar jumlah bom dan rudal terhadap sasaran-sasaran IS diluncurkan dari pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat, namun partisipasi dari negara-negara Arab punya arti penting khusus di segi geo-politik. Hal itu menunjukkan satu hal bahwa perang anti IS telah menggeser tenaga pendorong di kawasan, mengusahakan dukungan dari negara-negara Arab, negara-negara yang sebelumnya menentang intervensi militer Amerika Serikat di kawasan ini. Di Eropa, salah satu diantara pernyataan-pernyataan dukungan paling kuat yang diberikan kepada Amerika Serikat datang dari Inggeris, walaupun negara ini belum langsung berpartisipasi pada serangan udara ini. Belgia dan Belanda berkomitmen akan mengirim pesawat tempur F-16, yang bisa ikut bertempur dalam waktu seminggu, untuk membantu serangan-serangan udara pimpinan Amerika Serikat terhadap IS. Sementara itu, Turki, salah satu negara anggota NATO yang punya garis perbatasan bersama yang panjang dengan Suriah, tetap berdiri di luar. Sampai sekarang, Istanbul baru membocorkan rencana yang mungkin akan memberikan bantuan militer dan logistik kepada serangan-serangan Amerika Serikat.

Di Suriah, reaksi dari Damaskus sampai sekarang tetap belum jelas. Pada saat pihak oposisi Suriah menyatakan mendukung serangan udara terhadap IS, tapi para pejabat Suriah dan Iran sebaliknya mencela Pemerintah Amerika Serikat pimpinan Presiden Barack Obama yang telah mengeluarkan dua negara ini dari persekutuan internasional anti IS. Rusia menyebut serangan-serangan udara sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan akan mengalami kegagalan. Menurut Moskwa, semua perilaku intervensi militer manapun perlu dilakukan sesuai dengan hukum internasional. Serangan udara di Suriah menuntut adanya persetujuan dari Pemerintah Suriah sendiri dan pengesahan dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Libanon, satu negara sekutu lain dari Pemerintah pimpinan Bashar Al-Assad juga mengeluarkan celaan yang lebih keras lagi dan berpendapat bahwa Amerika Serikat tidak punya cukup martabat untuk melawan terorisme.


Peperangan yang tidak mudah

Harapan dari Presiden Barack Obama akan dukungan internasional terhadap aktivitas-aktivitas anti IS di Irak dan Suriah tampaknya sedang berangsur-angsur menjadi kenyataan dengan komitmen partisipasi dari 54 negara. Akan tetapi, apakah persekutuan ini bisa saling berkaitan erat untuk melaksanakan satu misi merupakan satu tanda tanya besar.

Perang anti IS ini pasti tidak mudah bagi Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya. Kalangan analis menilai bahwa strategi umum anti IS punya target yang jelas, tapi sifat implementatifnya tetap belum jelas. Hak dan kepentingan semua pihak peserta persekutuan yang terlibat bentrokan membuat mereka mengalami kesulitan untuk mencapai target bersama. Solusi memperkuat bantuan untuk kekuatan-kekuatan tempur lokal juga potensial dengan banyak resiko. Usaha memasok senjata dan melatih para milisi orang Kurdi menimbulkan kecemasan terhadap negara-negara di kawasan. Lebih-lebih lagi, tidak ada yang bisa menjamin bahwa pada suatu hari nanti, kelompok-kelompok bersenjata yang dianggap “moderat” itu tidak akan membalikkan senjatanya untuk melawan Amerika Serikat dan Barat. Hal itu belum termasuk kesulitan-kesulitan dalam hal sumber daya keuangan sehingga negara-negara peserta persekutuan sulit memberikan sumbangan seperti yang telah mereka komitmenkan. Oleh karena itu, ambisi dari persekutuan untuk menghapuskan pasukan milisi mujahidin IS sedang menantang keamanan di kawasan dan dunia pasti akan memakan waktu bertahun-tahun, menghadapi banyak kesulitan dan tantangan.

Tekad sudah ada. Tapi semua langkah untuk menciptakan kebulatan pendapat internasional mungkin tidak dapat menangani secara tuntas dan tepat waktu masalah-masalah keamanan internasional, khususnya dalam perang melawan satu pasukan teroris yang ekstrimis dan kejam seperti IS. Pada saat ini, hal yang perlu ialah negara-negara, khususnya negara-negara besar, harus menetapkan secara tepat kepentingan dan pemberian konsesi tertentu untuk turut memberikan sumbangan kepada perdamaian dan keamanan bersama di dunia./. 

Komentar

Yang lain