Dunia dan Pencegahan, Pemberantasan Terorisme

(VOVWORLD) - Sejak tahun 2015, tanggal 21 Agustus setiap tahun dipilih oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Hari peringatan dan penghormatan internasional bagi korban teroris. Dalam pesan-pesan yang dikeluarkan pada kesempatan ini, PBB menekankan pada penyembuhan trauma psikologis bagi para korban, sekaligus memperingatkan bahwa teorisme sedang menunjukkan tanda-tanda meningkat di banyak kawasan di dunia.

Tema Hari peringatan dan penghormatan internasional bagi korban teroris tahun ini yang dipilih PBB ialah “Suara-suara demi perdamaian: Korban terorisme dengan martabat sebagai pendukung dan pendidik perdamaian”. 

Mendengarkan Para Korban

Dalam pesan yang dikeluarkan pada tanggal 21 Agustus, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres menekankan bahwa PBB memilih tema “Suara-suara perdamaian” tahun ini untuk menjamin agar para korban dan orang-orang yang nyaris mati dalam serangan-serangan teror selalu didengarkan dan tidak pernah dilupakan. Menurut PBB, hampir semua korban terorisme adalah warga sipil, oleh karena itu, kehidupan orang-orang yang selamat pasca terorisme atau sanak keluarganya dihancurkan. Banyak orang yang adalah korban dalam serangan-serangan teror selama bertahun-tahun ini sekarang sering harus hidup dengan trauma-trauma mental. Di Amerika Serikat, hampir 23 tahun setelah serangan teror terhadap Menara Kembar di New York (pada tanggal 11 September 2001), ribuan orang hingga sekarang masih belum sembuh dari fobianya, bahkan masih harus berobat karena trauma psikologis. Di Eropa, serangan terhadap kereta api pada bulan Maret 2004 di Madrid, Ibu kota Spanyol yang menewaskan 193 orang dan melukai hampir 2000 orang lainnya, hingga saat ini masih meninggalkan luka-luka yang tak sembuh.

Dunia dan Pencegahan, Pemberantasan Terorisme - ảnh 1Meletakan bunga untuk mengenang para korban dalam serangan teror pada tanggal 11 September 2001, di AS (Foto: Xinhua/VNA)

Menurut Sekjen PBB, Antonio Guterres, mayoritas korban terorisme yang masih hidup harus memakan waktu bertahun-tahun untuk sembuh atau harus berkenalan dengan kehilangan, dan banyak orang masih harus menghadapi trauma mental yang lama. Oleh karena itu, komunitas internasional perlu mendengarkan “suara perdamaian” dari para korban ini, bersamaan itu menyampaikan kepada mereka misi sebagai penggerak dan pendidik perdamaian yang paling antusitas, melalui itu membantu generasi di kemudian hari memahami secara jelas dampak musibah dari terorisme.

“Tindakan-tindakan teror menciptakan penderitaan-penderitaan yang tak terbayangkan. Keluarga-keluarga dan komunitas yang dihancurkan oleh tindakan-tindakan teror akan mengalami perubahan untuk selama-lamanya. Oleh karena itu, melihat trauma pribadi, dari situ mendidik orang lain merupakan tindakan yang sangat berani. Oleh karena itu, ini merupakan kesempatan untuk mendorong kita mendengarkan dan belajar”.

Ancaman-Ancaman Baru

Hari peringatan dan penghormatan internasional bagi korban teroris juga merupakan kesempatan bagi komunitas internasional untuk melihat kembali ancaman-ancaman teorisme di dunia pada saat ini. Menurut laporan Indeks Terorisme Global (GTI) tahun ini, terorisme sekarang masih merupakan salah satu ancaman global yang paling serius. Pada tahun lalu, sudah ada 8.352 orang tewas karena terorisme, meningkat 22% dibandingkan dengan tahun 2022 dan merupakan tahun yang mengalami kerugian dalam hal jiwa tertinggi sejak tahun 2017. Hal yang lebih mencemaskan, menurut PBB, ialah taraf kesengitan dari serangan-serangan teror juga meningkat. Konkretnya, rata-rata jumlah korban yang tewas dalam serangan-serangan teror pada tahun lalu meningkat 56% dibandingkan dengan sebelumnya, dan merupakan persentase tertinggi selama 10 tahun ini. Kecenderungan yang mencemaskan ini dilanjutkan pada separo pertama tahun ini, dengan jumlah serangan-serangan teror yang menumpahkan darah di Iran pada bulan Januari (95 orang tewas, hampir 300 orang luka-luka) dan di Rusia pada bulan Maret (145 orang tewas, lebih dari 500 orang lain luka-luka). 

Dunia dan Pencegahan, Pemberantasan Terorisme - ảnh 2Sekjen PBB, Antonio Guterres (Foto: IRNA/VNA)

Dalam satu sidang istimewa Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 8 Agustus lalu, PBB juga memperingatkan bangkitnya kelompok-kelompok teroris yang adalah cabang dari organisasi teroris yang menamakan diri sebagai ISIS, khususnya di kawasan Afrika Barat dan kawasan Sahel. Wakil Sekretaris Jenderal PBB urusan terorisme, Vladimir Voronkov, memperingatkan:

“Situasi terorisme di kawasan Afrika Barat dan Sahel masih sangat rumit dan menghadapi banyak tantangan. Kelompok-kekompok teroris terus diperluas di Sahel dan menimbulkan kerugian-kerugian besar, sehingga mengerosi stabilitas kawasan. Dua cabang ISIS di kawasan telah memperluas dan memperkokoh daerah aktivitasnya. Jika kelompok-kelompok ini memperluas dampak terhadap negara-negara pesisir di Afrika Barat, maka satu wilayah luas, dari Mali ke Nigeria Utara, bisa jatuh dalam kontrol nyata dari kelompok-kelompok ini” 

Menurut para pakar keamanan, perkembangan-perkembangan belakangan ini di Afrika Barat dan Sahel berisiko menghidupkan skenario kedudukan ISIS terhadap wilayah-wilayah seperti satu dekade sebelumnya di Suriah dan Irak Utara, sehingga menimbulkan ancaman ketahanan pangan yang permanen terhadap kawasan. Latar belakang konflik yang meluas di Timur Tengah sekarang, beserta instabilitas-instabilitas politik di beberapa negara Afrika, upaya-upaya pencegahan bahaya ini menjadi lebih sulit.

Komentar

Yang lain