Hari Raya Tet juga merupakan waktu istimewa bagi setiap orang untuk berkiblat ke depan dengan sangat banyak harapan dan kepercayaan pada masa depan.
Kami ingin menyampaikan kepada pendengar kami program siaran dengan tema “Hari Raya Tet - Musim Kasih Sayang dan Harapan”.
----------
Bagian 1: Hari Raya Tet di desa
Masyarakat di desa Dam, Desa Bich Tri, Kecamatan Liem Tuyen, Kota Phu Ly, Provinsi Ha Nam sibuk menyelesaikan tahapan-tahapan pembuatan kue-kue tradisional Chưng (kue bacang) ang lezat, dipasok ke pelanggan di dalam dan luar provinsi.
Warga di desa Dam membungkus kue Chung (Foto: nhandan.vn) |
Desa Dam membuat kue Chưng sepanjang tahun menurut pesanan, tetapi waktu tersibuk tetap waktu menjelang Hari Raya Tet. Aroma Tet memadati udara yang mengepul dari panci-panci berisi kue Chưng yang sedang dimasak di atas api:
- "Kami sangat menyenangkan. Setiap keluarga dan setiap orang sibuk membungkusi kue Chưng. Hari Tet itu menyenangkan”.
- “Selama Hari Raya Tet ini, kami tidak dapat memproduksi cukup kue untuk pasar. Kebutuhan pasar terhadap kue Chưng sangat besar, selalu tidak cukup untuk memenuhi permintaan”.
Kue Chưng buatan desa Dam terkenal dengan rasanya yang lezat dan harum. Karena, sejak lama, penduduk desa telah melestarikan cara membungkus kue di masa dulu, dibungkus dengan tangan, tanpa menggunakan cetakan, beras ketan dan kacang hijau dipilih secara teliti, daging babi berkualitas baik, daun ganyong muda untuk membungkusnya... Khususnya, masyarakat di sini punya rahasia yang sangat istimewa ialah menggunakan air hujan untuk merebus kue selama 12 jam. Bapak Pham Van Luan, seorang pengrajin kue Chưng di desa tersebut mengatakan:
“Di desa saya, setiap rumah memiliki tangki air hujan yang khusus digunakan untuk merebus kue Chưng. Kue Chưng yang direbus dengan air hujan menjadi lezat, bersih, dan dapat awet tahan lebih lama.”
Kue Chung yang dibungkus oleh warga Desa Dam |
Masyarakat di sini mengatakan bahwa selama orang Vietnam masih memakan kue Chưng pada Hari Tet, orang-orang di desa Dam akan terus membuat kue ini. Karena apa yang mereka lestarikan bukan sekedar hidangan, namun jiwa bangsa, melihat kue Chung berarti melihat Tet. Bapak Bui Minh Tuan, warga Desa Dam, berbagi pendapat:
“Kue Chung merupakan simbol kasih sayang dan kepedulian dalam setiap keluarga, melambangkan bumi. Dan dalam kue Chung ada beras, kacang hijau, daging…, yang melambangkan keadaan serba ada. Itulah pemikiran orang Vietnam sejak zaman lampau. Oleh karena itu, meskipun sekarang kehidupan saat ini sudah berkembang, jenis makanan beraneka ragam, namun membungkus kue Chung tetap saja menyatakan keinginan saya dan juga semua orang di sini untuk kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera”.
Bagian 2: Hari Raya Tet di daerah banjir
Saling bantu dan penuh kasih sayang selalu menjadi tradisi masyarakat Vietnam, tidak hanya di setiap keluarga tetapi juga di kalangan masyarakat yang luas. Pada Hari Raya Tet ini, masyarakat di daerah yang terkena bencana alam dan banjir menyambut musim semi yang hangat, dengan keberbagian dan kepedulian dari jutaan hati. Di atas segalanya, mereka percaya diri untuk membangun kehidupan baru, kehidupan yang damai, bahagia, dan lebih kokoh menghadapi bencana alam.
Rumah baru untuk warga di tempat pemukiman kembali Huoi Ke, Dusun Linh, Kecamatan Muong Pon, Kabupaten Dien Bien (Foto: Vu Loi/VOV-Tay Bac) |
Pada hari terakhir tahun lama, suasana penuh suka cita menyebar luas ke seluruh daerah pemukiman Huoi Ke, Dukuh Linh, Kecamatan Muong Pon, Provinsi Dien Bien, saat orang-orang berkumpul di sekitar rumah-rumah yang baru, kokoh dan luas untuk merayakan Hari Raya Tet secara lebih awal. Suara menumbuk kue tradisional “Giày” bercampur dengan suara tawa cekikikan, sorot mata orang tua yang gembira, dan pipi anak-anak yang merah, semuanya memancarkan kebahagiaan dan kepuasan.
Musim semi telah tiba dengan bergelora di desa-desa pemukiman pasca banjir bagi etnis minoritas di daerah dataran tinggi. Setelah banjir bandang yang mengerikan pada bulan Juli, banyak desa di Kecamatan Muong Pon, Kabupaten Dien Bien, Provinsi Dien Bien, kini memiliki tampilan baru. 35 buah rumah baru di daerah pemukiman tidak hanya menjadi tempat berlindung dari hujan dan matahari, tetapi juga tempat di mana mereka dapat bersama-sama menuju ke satu tahun baru yang damai dan sejahtera.
-“Pada Hari Raya Tet tahun ini kami tinggal di rumah baru. Mimpi bertahun-tahun telah menjadi kenyataan. Terima kasih banyak kepada Negara”.
-“Pasca topan, masyarakat menerima banyak sumber daya. Memasuki musim semi yang baru, kami sangat gembira, memperoleh motivasi untuk segera menstabilkan kehidupan, dengan penuh percaya diri memasuki musim semi yang baru”.
Sementara itu, di daerah pemukiman Lang Nu, Kecamatan Phuc Khanh, Kabupaten Bao Yen, Provinsi Lao Cai, pada tanggal 29 Tet, suasana ramai sejak pagi.
Pada sebulan yang lalu, keluarga saudara Son termasuk di antara orang-orang di desa Nu yang menerima rumah baru di daerah pemukiman, tidak jauh dari rumah lama mereka yang hancur total akibat banjir bersejarah yang terjadi pada 3 bulan yang lalu.
“Saya tidak pernah berpikir bisa mendapatkan rumah seindah seperti ini. Beberapa hari terakhir ini, kami sibuk menyiapkan makanan dan mengundang tetangga serta teman-teman untuk ikut bersenang-senang bersama dengan kami”.
Rumah-rumah baru Muong Pon membuktikan persatuan, rasa kasih sayang dan saling membantu antar-etnis minoritas (Foto: Vu Loi/VOV Tay Bac) |
Saudari Thuy, istri sudara Son masih tidak percaya karena semuanya terjadi begitu cepat seperti dalam mimpi. Membuka pintu rumah baru, keluarga mereka merasa seperti sedang membuka masa depan baru...
“Kami tidak tidur sepanjang malam, karena sangat bahagia. Jadi saya bangun jam 4 pagi untuk memasang tirai, membersihkan, menyembelih ayam dan bebek untuk memasak makanan”.
Setelah mengalami kejadian itu, orang-orang yang tetap hidup berusaha untuk menjadi kuat dan menstabilkan kehidupan mereka. Musim semi tiba kembali kepada penduduk di sini dengan banyak harapan untuk masa depan. Hal ini bukan saja menjadi rekam jejak dari kebangkitan, tetapi juga merupakan bukti yang hidup-hidup bagi perasaan kemanusiaan, kekuatan dan tekad, bersama-sama membangun “pedesaan tipikal” dan “desa bahagia”.
Para perantau Vietnam di Thailand berkumpul merayakan Hari Raya Tet (Foto: nhandan.vn) |
Bagian 3: Merayakan Hari Raya Tet Jauh Dari Rumah – Orang Vietnam di Luar Negeri Berkiblat ke Tanah Air
Bagi orang-orang yang tinggal jauh dari kampung halaman, pada Hari Raya Tet tradisional, meskipun sibuk bekerja di negara setempat, tapi siapa pun juga berupaya melestarikan dan mengembangkan tradisi budaya Hari Raya Tet Vietnam, berkiblat ke asal-usulnya dan mengharapkan semua perubahan dan perkembangan dari tanah air.
Hidup di Maroko selama lebih dari 50 tahun ini, Ibu Tran Thi Hong May selalu menghargai setiap saat dari Hari Raya Tet, tentang setiap kali dia pulang ke Vietnam untuk merayakan Hari Raya Tet dan selalu menunggu tibanya Hari Raya Tet agar dapat bercerita kepada anak-cucu tentang Hari Raya Tet di kampung halaman.
Bagi Ibu May, merayakan Hari Tet tradisional di satu negara yang jauh dan mempunyai perbedaan budaya semakin membuat rasa rindu dan kasih sayang akan Hari Tet lebih banyak.
“Setelah Tahun Baru, saya berpikir Hari Raya Tet tradisional siap tiba, saya mengambil album untuk melihat foto-foto di Vietnam, menceritakan kepada anak-cucu tentang Vietnam untuk meredakan rasa rindu dan juga agar anak-cucu tidak melupakan asal-usul dia”. Berbeda dengan Ibu May, Bapak Nguyen Van Hoa yang lahir dan dibesarkan di Thailand separuh abad lebih, setiap tahun dia menyiapkan semua untuk merayakan Hari Tet dari hari membuat sedekah kepada Dewa Dapur pada tgl 23 bulan dua belas kalender imlek.
Bapak Nguyen Van Hoa, Keua Asosiasi Orang Vietnam di Provinsi Udon Thani (Foto: nhandan.vn) |
Tidak hanya detik-detik yang hangat di setiap keluarga, Hari Raya Tet bagi banyak kaum perantau Vietnam juga merupakan saat bagi mereka untuk berkumpul. Ibu Truong Thi Be, Wakil Ketua Asosiasi Orang Vietnam di Provinsi Phuket dan Bapak Luong Xuan Hoa, Ketua Asosiasi Orang Thailand keturunan Vietnam Provinsi Udon Thani merasa lebih gembira ketika bersama-sama dengan kaum perantau berkumpul untuk merayakan Hari Raya Tet tradisional 2025 dalam program dengan tema: “Musim Semi Kampung Halaman di Ibukota Bangkok”.
“Saya dari Phuket mendapat kehormatan ketika berkumpul bersama dengan perantau Vietnam di seluruh Thailand untuk merayakan Hari Raya Tet yang bersatu, gembira dan bahagia”.
“Pada tahun ini, program Musim Semi Kampung Halaman diselenggarakan di Ibukota Bangkok, Thailand, kaum perantau Vietnam asal 26 provinsi dan kabupaten berkumpul bersama. Karena adanya program Musim Semi Kampung Halaman maka barulah dapat bertemu dengan semua orang, sungguh sangat gembira”.
Menurut Ketua Asosiasi Orang Vietnam di seluruh Thailand, Bapak Nguyen Ngoc Thin, Hari Raya Tet bagi setiap orang Vietnam yang hidup jauh dari kampung halaman merupakan kesempatan untuk berkumpul, merupakan saat untuk berkiblat ke kampung halaman dan asal-usul.
“Meskipun hidup jauh dari kampung halaman tapi dalam hati setiap orang Vietnam, Hari Raya Tet masih merupakan tali penghubung yang sakral di mana rasa cinta terhadap tanah air dan rasa warga setanah air dipupuk guna mengingatkan bahwa kampung halaman selalu menjadi sandaran untuk selama-lamanya”.
Acara kesenian dari Komunitas orang Vietnam di Program "Musim Semi Kampung Halaman) di Universitas Australia Barat (Foto: Panitia) |
Suasana yang hangat, akrab dan dekat yang dibawakan program Musim Semi kampung halaman juga meredakan rasa rindu terhadap rumahnya. Profesor muda, Chu Hoang Long, Universitas Nasional Australia, memberitahukan bahwa dia selalu berupaya menghadiri Program Hari Tet Komunitas dengan keinginan bersinergi melestarikan tradisi budaya yang baik dari orang Vietnam yang selalu mereka banggakan.
“Hari Raya Tet juga merupakan kesempatan bagi kami untuk berkumpul bersama di satu keluarga yang besar, keluarga orang Vietnam di Australia dengan banyak anggota dari berbagai generasi, dengan banyak tanggung jawab dan kewajiban sosial yang berbeda tapi juga mempunyai kesamaan yaitu selalu membanggakan asal-usul dan budayanya”.
Berkumpul pada Hari Raya Tet juga merupakan kesempatan bagi para perantauVietnam untuk berbagi hasrat tentang pemberian kontribusi bagi kampung halaman, khususnya ketika Vietnam sedang mengalami perkembangan-perkembangan yang penting, di antaranya menganggap sains-teknologi sebagai terobosan strategis pada waktu mendatang.
“Pada setiap pertemuan, kami bersama-sama mengungkapkan perubahan yang dialami tanah air selama beberapa tahun belakangan ini dan kami semua juga setuju bahwa tanah air telah mengalami perkembangan dan perubahan melompat. Saya sendiri ingin memperkuat pertukaran dan kerja sama dengan para rekan di dalam negeri. Satu hal lagi, saya berpikir bisa memberikan kontribusi dalam membangun komunitas orang Vietnam di luar negeri yang kuat dengan harapan bisa memberikan kontribusi bagi tanah air pada masa depan”.
Satu Musim Semi sedang datang lagi. Musim Semi tiba dalam setiap hati manusia, setiap rumah, membawa kepercayaan dan hasrat pada satu tahun baru yang cukup sandang cukup pangan, hasrat akan tanah air yang akan bangkit kuat untuk melaksanakan hasrat menjadi kesejahteraan. Meskipun hidup di mana saja, setiap orang Viertnam juga membanggakan tradisi budaya Hari Raya Tet, selalu melestarikan dan mengembangkannya.