Jepang – India berusaha membangun penyeimbang di kawasan Asia Timur Laut

(VOVworld) – Perdana Menteri (PM) baru India, Narendra Modi baru saja mengakhiri kunjungan yang pertama di Jepang. Tidak di luar dugaan kalangan analis, kunjungan selama 5 hari yang dilakukan PM Narendra Modi di Tokyo tidak hanya meningkatkan hubungan bilateral India – Jepang ke satu ketinggian baru saja, tapi juga merupakan langkah untuk membentuk dan memperkokoh persekutuan baru di kawasan. 

Jepang – India berusaha membangun penyeimbang di kawasan Asia Timur Laut - ảnh 1
Perbahasan antara dua pemimpin Jepang - India
(Foto: indiaexpress.com)

Pidato yang dikeluarkan PM Jepang, Shinzo Abe dan PM India, Narendra Modi pada jumpa pers bersama telah sebagian menyampaikan pesan yang jelas tentang ambisi serta tekad kedua pihak dalam mengusahakan kemakmuran bersama. Pada saat PM Narendra Modi dengan tegas menyatakan bahwa cara kerjasama antara Jepang dan India akan menentukan masa depan era Asia, sementara itu, PM Shinzo Abe tidak segan-segan menegaskan bahwa bagi Jepang, hubungan dengan India adalah paling potensial di dunia dan hubungan ini niscaya harus ditingkatkan menjadi kemitraan strategis istimewa dan bersifat global.


Dari mendorong kerjasama ekonomi bilateral…

Jepang berkomitmen akan menggandakan dua kali lipat modal investasi ke India dalam waktu 5 tahun mendatang terbanding dengan taraf 2 miliar dolar Amerika Serikat pada 2013. Ini merupakan hasil yang paling menonjol di bidang ekonomi yang dicapai dalam kunjungan PM India di Jepang kali ini. Jepang juga memberikan pos bantuan sebesar 480 juta miliar dolar Amerika Serikat kepada India untuk mengembangkan proyek-proyek infrastruktur. Satu delegasi besar yang mendampingi PM Narendra Modi ke Jepang beserta berbagai kontrak yang ditanda-tangani dalam kunjungan ini juga menunjukkan tanda-tanda bagi tekad yang kuat untuk mendorong kerjasama antara dua negara tetangga di kawasan Asia.

Akan tetapi, hal yang paling patut diperhatikan ialah kunjungan yang dilakukan PM Narendra Modi ke Jepang ialah pemimpin dua negara telah mengesahkan permufakatan di mana India akan bekerjasama memproduksi tanah langka untuk dieskpor ke Jepang. Menurut itu, setiap tahun Jepang akan mengimpor dari 2.000 sampai 2.300 ton tanah langka, sama dengan 15% kebutuhan para produsen Jepang saban tahun dan gelombang serah-terima barang pertama direncanakan akan diadakan pada Februari 2015. Tanah langka merupakan bahan mentah yang perlu untuk membuat produk-produk teknologi tinggi dan sekarang Tiongkok hampir-hampir memonopoli bahan mentah ini, menduduki sampai 60% sumber pemasokan kepada Jepang. Oleh karena itu, permufakatan ini menunjukkan tekad Jepang dalam menganeka-ragamkan sumber pemasokan, mengurangi ketergantungan pada Tiongkok. Di samping bidang tanah langka dan pembangunan infrastruktur di India, dua pihak juga sepakat mempromosikan rencana perundingan dimana Tokyo bisa menjual 15 pesawat terbang amphibi US-2 senilai 1,65 miliar dolar Amerika Serikat kepada New Delhi, jenis barang yang pernah berada dalam jenis barang dilarang ekspor dan alih pertahanan selama hampir 50 tahun oleh Jepang. Dengan demikian, India telah menjadi negara “pertama” yang membeli pesawat militer Jepang sejak Perang Dunia ke-2. Selain membeli pesawat terbang amphibi US-2, Jepang juga memberikan ijin kepada India untuk bekerjasama memproduksi peralatan jenis pesawat terbang ini di wilayah India.

Khususnya, PM Shinzo Abe dan timpalannya dari India, Narendra Modi memutuskan “meningkatkan dan memperhebat” hubungan pertahanan, menekankan arti pentingnya menginstitusikan latihan-latihan perang bilateral di laut, serta partisipasi Jepang pada latihan-latihan perang Malabar antara India dan Amerika Serikat.


Sampai memperkuat kerjasama keamanan dan pertahanan

Pada waktu belakangan ini, baik Jepang maupun India sangat mencemaskan ambisi Tiongkok yang semakin besar. Dua negara juga sangat bernafsu ingin mengekang tindakan-tindakan Tiongkok di Laut Timur, Laut Hoatung dan Samudera Hindia. Tokyo dan New Delhi selama ini masing-masing tetap mengalami sengketa wilayah dengan Beijing dan hal yang patut diperhatikan ialah klaim kedaulatan Beijing yang kian menghebat pada tahun-tahun belakangan ini semakin meningkatkan kecemasan-kecemasan di kawasan. Walaupun baik PM Shinzo Abe maupun PM Narendra Modi tidak langsung menyinggung hubungan dengan Tiongkok, namun menurut para pengamat, isi semua perbahasan dan pidato yang dikeluarkan oleh kedua pemimpin ini merupakan pandangan-pandangan dan politik-politik hubungan luar negeri berjabatan tangan antara Tokyo dan New Dehli untuk berkonfrontasi dengan Tiongkok dalam masalah sengketa wilayah.


Menciptakan penyeimbang di kawasan, memperkokoh hubungan bilateral yang saling menguntungkan

Pada kenyataannya, sejak mulai memegang kekuasaan, Pemerintah pimpinan PM Narendra Modi telah mengumumkan rencana memperkuat pertahanan di garis perbatasan dengan Tiongkok pada khususnya dan memperkokoh kekuatan militer pada umumnya. Tidak hanya begitu saja, New Dehli dan Tokyo pada waktu belakangan ini juga memperkuat kerjasama pertahanan melalui latihan-latihan perang bersama Angkatan Laut. Pada skala yang lebih luas lagi, kapal perang India, Jepang dan Amerika Serikat baru saja melakukan latihan-latihan anti kapal selam di samudera Pasifik.

Jelaslah bahwa, Jepang dan India memilih menjadi mitra kerjasama di bidang-bidang, khususnya keamanan dan pertahanan menunjukkan bahwa Pemerintah dua negara sedang melakukan langkah-langkah untuk membangun persekutuan baru. Bagi Jepang, bersekutu dengan India akan memberikan kesempatan kepada Tokyo untuk memperkuat ekspor ke negara yang punya jumlah penduduk raksasa, serta kerjasama keamanan untuk menghadapi resiko yang semakin meningkat akibat perkembangan kekuatan militer Tiongkok. Bagi India, pembangunan persekutuan baru dengan Jepang akan membantu PM baru Narendra Modi merealisasikan komitmen yang dikeluarkan dalam kampanye pemilihannya yaitu merebut kembali kekuatan dan pengaruh New Dehli di gelanggang internasional dan regional. Sebagai PM baru India, Narendra Modi telah membuka satu visi bagi politik hubungan luar negeri dengan kunjungan 5 hari di Jepang. Oleh karena itu, pada waktu mendatang, jabatan tangan yang hangat antara Tokyo dan New Dehli pasti akan mendatangkan pengaruh-pengaruh besar terhadap geo-politik di kawasan yang mengalami banyak gejolak selama ini./. 

Komentar

Yang lain