Kesulitan dalam perang malawan IS

(VOVworld) – Setahun sudah lewat sejak Amerika Serikat yang mengepalai pasukan koalisi mencanangkan perang besar-besaran melawan kelompok yang menamakan diri sebagai “Negara Islam (IS), meskipun telah memakan dana miliaran dolar Amerika Serikat untuk peperangan ini, tapi tampaknya IS tetap harus terus meningkatkan kekuatan dan pasukan koalisi terus menggelarkan solusi-solusi baru guna mengubah posisi tempurnya . 

Kesulitan dalam perang malawan IS - ảnh 1
Pesawat terbang tempur F-16 darti Amerika Serikat.
(Foto:www.baogiaothong.vn)

Amerika Serikat dan pasukan koalisi memulai perang melawan IS - kelompok teroris  baru di Irak dan Suriah pada akhir tahun 2014 dan sampai sekarang telah melakukan 6.000 serangan udara terhadap IS. Sepanjang tahun lalu, Amerika Serikat telah mengeluarkan dana sebesar 3,5 miliar dolar Amerika Serikat, belum terhitung biaya yang digunakan untuk membantu usaha melatih dan menjadi instruktor kepada kekuatan-kekuatan di Irak dalam menghadapi kelompok teroris ini. Meskipun demikian, hasil perang ini masih jauh panggang dari api.

IS kian memperluas pengaruhnya terus-menerus

Menurut perhitungan, semua serangan udara yang dilakukan pasukan koalisi telah membasmi ribuan pembangkang IS, mempersempit 30 persen luas wilayah yang dikontrol oleh IS di Irak dan Suriah. Namun, Amerika Serikat dan sekutunya tidak mudah melaksanakan target “mencabut IS sampai ke akar-akarnya” ketika satu per satu posisi-posisi strategis  jatuh ke tangan kelompok teroris ini  dan IS telah memperluas  skala peperangan  ke banyak kawasan di dunia. Hampir setahun setelah bisa menduduki kota strategis yang pertama di Irak Utara yalah Mosul, warna hitam bendera  IS telah muncul di satu kota strategis lain yalah Ramadi, jauhnya kira-kira 100 Km di sebelah Barat kota Baghdad - tempat dimana keberadaan Pemerintah pusat juga amat tipis. Sedangkan di Suriah, negara yang sedang tenggelam dalam perang saudara, kota Palmyra dan pos kontrol terakhir yang berbatasan dengan Irak juga jatuh ke dalam tangan kaum pembangkang. Tampaknya, Negara Islam sedang di atas ancang-ancang merealisasikan target tentang satu Negara Islam dengan fundasi-fundasi yang diperlukan, misalnya wilayah, tentara dan sumber keuangan kuat dari minyak tambang. Untuk bisa mencegah bahaya ini, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya tidak punya cara lain kecuali harus mengubah strateginya, karena masalah di sini tidak hanya melawan kelompok pembangkang saja, melainkan merupakan satu kekuatan yang terorganisasi baik terbanding dengan kelompok-kelompok ekstrimis yang sedang beraktivitas sekarang.

Mengubah situasi perang

Satu titik balik dalam perang yalah akhir-akhir ini, Turki telah memutuskan bekerjasama dengan AS dan ikut serta dalam perang menyeluruh setelah berbulan-bulan berdiri di luar persekutuan anti IS. Ditambah lagi, meskipun AS sudah berkali-kali menyatakan tidak menggelarkan pasukan infanteri ke Timur Tengah untuk langsung ikut melawan pasukan IS, akan tetapi akhir-akhir ini, Pentagon telah mengirim 6 buah pesawat terbang tempur F-16 dan kira-kira 300 serdadu-nya ke pangkalan angkatan udara Incirlik (Turki) untuk mengubah situasi perang ini. Pemerintah pimpinan Presiden Barack Obama telah menyatakan meneruskan program senilai 500 juta dolar Amerika Serikat  untuk melatih 5.400 milisi oposisi Suriah dalam waktu tiga tahun  guna melawan pasukan IS. Informasi terkini yalah pada 12 Agustus, AS mulai menggelarkan serangan-serangan udara untuk melawan para anasir kelompok IS dengan cara menggunakan pesawat-pesawat terbang dari pangkalan udara Encirlik (Turki).


Perang  semakin menjadi sulit terhadap pasukan koalisi  anti IS
.

Pada saat operasi-operasi serangan udara yang dilakukan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat terhadap IS belum menunjukkan hasil-gunanya, Amerika Serikat dan  para sekutu-nya telah terbentur dengan tidak sedikit kesangsian  di sekitar target-target yang sebenarnya dari perang ini. Pemerintah Suriah menyatakan akan mendukung upaya-upaya keras  dalam memerangi IS, tapi dengan persyaratan  bahwa harus ada koordinasi dan konsultasi pendapat dari mereka. Rusia berseru kepada Amerika Serikat supaya bekerjasama dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk menghadapi IS, bersamaan itu  beranggapan bahwa  perlu membentuk satu persekutuan internasional  yang menghimpun semua  kekuatan yang menganggap organisasi ini sebagai musuh bersama.  Sementara itu, Amerika Serikat dan beberapa negara di kawasan  dengan gigih  tidak mengakui Presiden Suriah, Bashar al-Assad sebagai mitra dalam perang anti teroris IS.

Kerjasama bersama antara Amerika Serikat dan Turki dalam perang anti IS bisa membantu Amerika Serikat lebih kondusif menggelarkan serangan-serangan udara di front memerangi terorisme.  Namun, tanpa mengakui  peranan Pemerintah Suriah dalam perang ini akan membuat pasukan koalisi sulit  merebut kemenangan dalam menghadapi satu IS  yang semakin berbahaya.  Itu belum  memperhitungkan bahwa Irak dan Suriah yang sama-sama menentang semua tindakan intervensi militer dari luar, dianggap sebagai  pelanggaran kedaulatan. Perihal Rusia dan Iran sedang mendesak satu rencana baru, diantaranya mengusulkan supaya mengundang semua pihak yang terdiri dari tentara Suriah, kelompok pasukan bersenjata  dan kekuatan orang  Kurdistan  bersama-sama duduk di meja perundingan, dianggap sebagai satu solusi implementatif  untuk menangani  krisis Suriah, memberikan peluang menciptakan terobosan di front memerangi IS yang  diprediksikan  akan masih  mengalami banyak kesulitan.



Komentar

Yang lain