Ketegangan politik di Kamboja bersangsur- angsur turun suhu

(VOVworld) - Pada Senin (16 September), Perdana Menteri (PM) Kamboja, Hunsen, Wakil Partai Rakyat Kamboja (CPP) yang berkuasa dan Ketua Partai Penyelematan Bangsa Kamboja (CNRP) melakukan satu perundingan untuk mengatasi kemacetan politik sekarang ini. Meskipun hasil perundingan itu masih sangat rendah hati, akan tetapi kalau terbanding dengan pertemuan sebelumnya, pendirian dua fihak telah tidak terlalu jauh berbeda dan hal ini bisa membantu Kamboja keluar dari instabilitas yang memakan waktu 6 pekan ini setelah pemilu Parlemen Kamboja pada 28 Juli lalu. 

Ketegangan politik di Kamboja bersangsur- angsur turun suhu - ảnh 1
Faksi oposisi di Kamboja melakukan demonstransi.
(Foto: hanoimoi.com.vn


  Berbeda dengan perundingan sebelumnya yang berlangsung belum sampai 30 menit, perundingan antara wakil CPP dan wakil CNRP kali ini berlangsung selama 5 jam di Kantor Parlemen. Menurut permufakatan yang sudah dicapai, dua fihak akan menaati semangat Raja Norodom Sihamoni, yalah jangan  membiarkan terjadinya lagi  kekerasan, sepakat membentuk satu komite bersama untuk melakukan reformasi pekerjaan pemilu pada waktu mendatang dan sepakat terus melakukan pertemuan untuk menangani masalah-masalah Tanah Air pasca pemilu. Meskipun belum sampai pada satu kompromi kongkrit, akan tetapi menurut evaluasi kalangan analis, Partai CPP pimpinan PM Hunsen  telah mencapai keunggulan setelah perundingan, ketika CNRP tidak mencapai tuntutan manapun.

Sebelumnya, hampir semua opini umum dan semua tinggkat yang punya wewenang mengakui kemenangan yang dicapai Partai CPP dalam pemilu Parlemen pada 28 Juli, akan tetapi Partai CNRP oposisi masih tegas menolaknya, menuduh ada kecurangan dalam pemilu dan meminta melakukan satu investigasi yang indipenden tentang semua tuduhan ini. Pada Senin (16 September), hari kedua dalam gelombang demonstrasi yang terjadi selama tiga hari  yang dicanangkan Partai CNRP, serombongan demi serombongan demonstran diam-diam menarik diri dari lapangan Pembebasan - tempat dimana kaum pendukung CNRP berkumpul melakukan demonstrani untuk menolak hasil pemilu Parlemen, dengan gaya yang letih  dan bosan. Jumlah peserta demonstrasi telah turun drastis dari 20.000  menjadi hanya tinggal lebih dari 1.000 orang saja dan menurut catatan banyak sumber berita di tempat kejadian, jumlah demonstran pada hari Selasa (17 September) di kawasan tersebut terus menjadi sedikit. Pekembangan-pekembangan baru ini memperlihatkan bahwa instabilitas di Kamboja sedikitnya telah menjadi reda dan tampaknya para demonstran sedang bingung karena belum bisa menemukan cara baru untuk mencapai tuntutan  yang diinginkan. 

  Sebelumnya, kekerasan telah meledak  pada Minggu malam (15 September) ketika para demonstran menghancurkan pagar, melakukan provokasi dengan cara melemparkan batu terhadap pasukan polisi, sehingga pasukan keamanan terpaksa menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan orang, sehingga seorang tewas dan 5 orang lain luka-luka. Bisa tampak  bahwa  semua perkembangan baru di Kamboja sedikitnya mencerminkan peranan partai CPP yang berkuasa pimpinan PM Hunsen. Menurut kalangan pengamat, meskipun setelah kira-kira tiga dasawarsa menyelenggarakan Tanah Air, ini merupakan tantangan politik paling sulit yang dihadapi PM Hunsen dan Partai CPP, ketika banyak kursi dalam Parlemen pimpinan Partai CPP jatuh pada tangan Partai CNRP, merintangi pembentukan satu pemerintah baru, akan tetapi PM Hunsen  masih sepenuhnya menduduki keunggulan. Kalau ditinjau pada kenyataan, PM Hunsen sekarang tetap memegang kontrol mutlak terhadap seluruh aparat negara dan semua pasukan keamanan. Lebih-lebih lagi, PM Husen adalah orang yang sudah berpengalaman dalam meyakinkan para tokoh oposisi partai-partai politik lain yang pernah diterapkannya dalam semua pemilu sebelumnya dan untuk kali ini, sudah tentu-nya juga tidak mengecualikan kemungkinan terus diterapkan oleh pemimpin CPP guna bisa membentuk pemerintah, tanpa harus melakukan perundingan dengan CNRP.

Ditambah lagi, menurut banyak prakiraan, PM Hunsen mungkin sedang  menyiapkan satu rencana  serangan terhadap lawan-nya dipengadilan, karena pemimpin fihak oposisi Sam Rainsy pernah dijatuhi hukuman penjara 11 tahun  karena tuduhan-tuduhan  yang berasal dari motif- motif politik. Akan tetapi, ini  bisa hanya merupakan satu set terakhir dari PM Hunsen, karena hal itu akan merugikan citra dari seorang pemimpin moderat yang berusaha dia bina pada tahun-tahun belakangan ini. Sebelum saat melakukan pemungutan suara, PM Hunsen  sendiri telah mengatur satu perintah amnesti kerajaan kepada Sam Rainsy supaya tokoh ini bisa kembali ke Kamboja, memanifestsikan kelapangan hati dan  yang lebih penting yalah tindakan ini telah mencatatkan angka pada mata pemilih  akan citra seorang pemimpin demokrat. Pada masa lampau, rakyat Kamboja telah meletakkan masa depan-nya pada tangan seorang yang telah membebaskan mereka dari rezim genosida  Khmer. 

Semua hasil pemilu pada 1998, 2003 dan 2008 semakin menegaskan bahwa rakyat sepenuhnya tepat ketika meletakkan kepercayaan pada PM Hunsen. Pada tahap-tahap  yang paling sulit dihadapi Tanah Air, tidak bisa mengingkari akan peranan PM Hunsen dalam membawa Tanah Airnya berangsur-angsur mencapai kemajuan dan berkembang secara stabil. Strategi komprehensif dia berada di sekitar kesesuaian dari tiga faktor, yalah kestabilan politik, sumber bantuan dan investasi asing, menciptakan lapangan kerja dan membawa rakyat Kamboja menuju lebih dekat pada impian perdamaian dan kesejahteraan. Satu tahap perundingan mungkin akan memakan waktu panjang antara CPP dan CNRP adalah hal  yang ditegaskan kalangan pengamat Akan tetapi, semua permufakatan  yang dicapai antara wakil  dua partai baru-baru ini sedikitnya membantu meredakan ketegangan di Kamboja ketika kedua fihak berkmitmen tidak membiarkan terjadinya lagi kekerasan. Ini adalah persyaratan yang perlu bagi Kamboja untuk menjadi stabil, bisa membangun satu Pemerintah yang bersatu dan  membawa Kamboja terus berkembang sejahtera./. 


Komentar

Yang lain