Krisis kepercayaan global

(VOVworld) - Semua kasus penyadapan internet dan pesawat telepon genggam berskala besar di seluruh dunia terus-menerus terbongkar pada hari-hari  ini yang bersangkutan dengan banyak negara di dunia. Marah, mengutuk, mencela, mengancam dengan langkah-langkah sanksi ekonomi merupakan manifestasi perasaan dari negara- negara yang dianggap sebagai fihak yang dirugikan. Lebih dari yang sudah- sudah, dunia sedang harus menghadapi krisis kepercayaan yang serius dan tampaknya sesudah pengertian krisis ekonomi  keuangan global, para penduduk di semua negara sedang harus berangsur-angsur berkenalan denbgan pengertian yang baru yalah: Krisis kepercayaan global.

Krisis kepercayaan global - ảnh 1
Penyadapan telepon .(Ilustrasi).
(Foto: www.phanmemnghelendienthoai.com)


Dari pembocoran-pembocoran yang menimbulkan kejutan dari Edward Snowden, dalam satu perkembangan yang terkini, pada Senin (4 November), Koran Inggris “ The Guardian” telah mengutip kata - kata mantan perseonal Intelijen Amerika Serikat (CIA) Edward Snowden - tertuduh  dari negara Amerika Serikat (AS) memberitahukan bahwa semua badan intelijen erman, Perancis, Spanyol, Belanda dan Swedia juga sedang bekerjasama dengan Inggris untuk menjalankan program-program penyadapan internet dan  pesawat telepon gemggam berskala besar di seluruh dunia. Menurutnya, Badan Intelijen  Informasi Inggris memainkan peranan memimpin dalam memberikan bantuan kepada negara-negara lain supaya melakukan aktivitas penyedapan dengan cara langsung mengakses pada sistem kabel optik atau melalui hubungan-hubungan rahasia dengan banyak perusahaan telekomunikasi dan semua aktivitas ini dilakukan dari tahun 2008. Pembocoran baru yang menimbulkan kejutan  ini benar-benar membingungkan semua pemerintah Eropa, karena sebelumnya, semua negara tersebut telah  pernah dengan kata keras mencela program penyadapan global dari AS, bahkan Jerman dan Brasil juga giat menyusun Resolusi untuk mengutuk program penyadapan yang dijalankan AS guna melaporkannya kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB).

Pimpinan 28 negara  anggota Uni Eropa juga sepakat membentuk “satu front bersama” untuk menentang program penyadapan AS dan mengirim saru rombongan pejabat ke Washington untuk menyatakan hal itu kepada AS. Menghadapi semua pembocoran ini, Badan Intelijen Jerman secara segera menjelaskan bahwa mereka hanya bertukar pengalaman dengan intelijen Inggris dan beberapa negara Eropa tentang masalah teknik penyadapan, tapi mereka tidak menjalankan apa-apa yang melanggar hukum. Badan Intelijen Swedia manganggap bahwa semua aktivitasnya berada dalam kerangka hukum dan terkontrol, serta menganggap kerjasama dengan badan-badan intelijen semua negara sebagai hal yang sangat lumrah. Sampai implikasi- implikasi Jelaslah bahwa  semua aktivitas penyadapan dengan tarap terang-terangan dan berskala besar  menimbulkan badai diplomatik antara AS dengan serentetan negara, sehingga menimbulkan akibat- akibat yang sulit diduga. Pertama-tama, akibat dari tuduhan penyadapan mengancam banyak prioritas-prioritas AS dan Uni Eropa, diantaranya bisa bicara tentang upaya bersama selama ini dalam perang anti terorisme. Akhir-akhir ini, Parlemen Eropa telah melakukan pemungutan menghentikan permufakatan  tentang usaha brbagi data moneter Eropa dengan AS yang memang menyasar pada tersangka terorisme.

Uni Eropa juga memperingatkan bahwa semua perundingan  dagang bilateral antara AS dan Uni Eropa akan menderita kerugian serius ketika baru- baru ini, Ketua Parlemen Eropa, Martin Schulz menyatakan bahwa sudah sampai waktunya perlu berhenti dan berfikir tentang bagaimana cara mendekati permufakatan perdagangan bebas. Belum tahu pengaruh jangka panjang pennyadapan intelijen ini sampai mana, akan tetapi ia telah melambatkan proses menuju ke permufakatan dagang bilateral yang paling besar dalam sejarah, sama dengan separo produktivitas ekonomi dunia dan kira-kira 30 persen nilai perdagangan global. Skandal penyadapan juga berpengaruh langsung terhadap prestise dan pendapatan usaha dari berbagai Grup teknologi informasi utama, misalnya Goole dan Apple, memundurkan pemulihan ekonomi global. Tidak hanya berhenti  pada tuduhan  dan celaan saja, badai penyadapan juga menjadi dalih  bagi orang-orang jelek yang melakukan segala yang mereka  inginkan. Akhir-akhir ini, hacker negara kepulauan Indonesia telah meruntuhkan 200 website Australia untuk memberikan melakukan bahas dendam  terhadap negara ini karena alasan  disadap oleh AS dan Australia. Kemarahan berasal dari satu dokumen yang diberikan oleh Edward Snowden yang membocorkan bahwa Australia dan AS telah bekerjasama  melakukan penyadapan terhadap Indonesia dalam satu konferensi tentang perubahan iklim PBB pada tahun 2007 di pulau Bali, diantaranya nomor-nomor telepon genggam beberapa pejabat Indonesia telah dikumpulkan oleh intelijen Australia dan AS. Tidak bisa memaksakan kepentingan negara terhadap kebiasaan internasional. Dari semua perkembangan di atas, bisa dilihat bahwa kepercayaan  menjadi  hilang dalam kehidupan politik internasional sekarang ini.

Seorang pakar yang melakukan penelitian tentang keamanan internasional Jerman telah menilai: “Kepercayaan hanya merupakan indeks yang penting dalam hubungan internasional. Kalau indeks kepercayaan terpengaruh akan menimbulkan retakan- retakan yang serius dalam hubungan”. Pada zaman teknik dijital dan teknologi informasi bekembang secara memusingkan kepala seperti sekarang, tidak bisa diingkari bahwa kalau bisa memegang hak kontrol terhadap ruang cyber, satu negara akan mendapatkan banyak keunggulan, ketika teknologi komputer dan jaringan internet diterapkan hampir mutlak di semua bidang dalam kehidupan sosial, dari kesehatan, pendidikan sampai militer dan bahkan pekerjaan manajemen negara. Semua aktivitas intelijen atau penyadapan merupakan bagian dalam perang internet. Akan tetapi, kalau berjalan terlalu jauh dan tanpa permufakatanmengikat, implikasi di depan mata akan merupakan satu “perang informasi” antara berbagai fihak. Akan sulit bisa  menetapkan fihak  mana yang menyerang  dan fihak mana yang terserang, ketika komunitas internasional sekarang sedang kurang prinsip-prinsip guna mengontrol tindakan negara- negara yang bersangkutan di ruang cyber.

Dan kian tidak bisa menyalahgunakan apa yang dinamakan keamanan nasional untuk melanggar kepentingan negara-negara lain, karena hal itu bisa merangsang tindakan-tindakan balasan, menimbulkan akibat yang sulit diduga./.

Komentar

Yang lain