(VOVWORLD) - Pemilihan umum (pemilu) Indonesia telah resmi berlangsung pada Rabu (17/4), dan ini merupakan kompetisi terakhir untuk kedua calon presiden (capres). Presiden infungsi Joko Widodo dan jenderal purnawirawan Prabowo Subianto. Pemenang dalam pilpres merebut kursi Presiden akan dilantik pada 10/2019.
Para pemilih Indonesia memberikan suara dalam pemilu 2019 (Foto: Huong Tra / VOV5) |
Kampanye pemilu yang berlagsung selama 6 bulan sebelum pemilihan presiden (pilpres) Indonesia telah resmi berakhir pada 13/4 ini dengan perdebatan langsung terakhir antara dua capres. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, jabatan-jabatan Presiden, Wakil Presiden dan para anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) akan dipilih pada hari yang sama. Dengan lebih dari 190 juta pemilih yang mendapat cukup syarat untuk memberikan suara, ini dianggap sebagai pemilu demokratis terbesar di dunia yang berlangsung dalam waktu sehari.
Masa bakti pertama dari seorang Presiden “rakyat”
Lima tahun yang lalu, Joko Widodo, 57 tahun, dari Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) di luar dugaaan mengalahkan jenderal purnawirawan Prabowo Subianto, 67 tahun, dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang berasal dari lapisan politik atas tradisional yang selalu mendapat dukungan dari para “boss” media besar dalam pemilu itu.
Terpilihnya Joko Widodo menjadi Presiden “rakyat” pertama di Indonesia telah memberikan pukulan besar terhadap kalangan elite politik dan militer negara ini. Dia menang dengan 53% jumlah suara terbanding dengan lawannya Prabowo Subianto, yang hanya merebut 47%. Citra seorang Presiden “rakyat” merupakan sumber inspirasi bagi banyak penduduk Indonesia.
Masa bakti Presiden yang lalu bukan satu masa bakti yang mudah bagi Joko Widodo ketika dia harus berupaya menangkis banyak serangan, berita hoaks dan krisis agama, sekaligus berusaha memperhebat perekonomian nasional dengan lebih dari 40% jumlah penduduk miskin. Meskipun belum bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi mencapai 7% sesuai dengan komitmennya pada tahun 2014, tapi dalam masa bakti ini, Presiden Joko Widodo mempertahankan pertumbuhan tahunan Indonesia pada tarap 5%. Persentase orang miskin turun di bawah 10%. Infrastruktur diperbaiki ketika beliau memberanikan diri menyediadakan dana sebesar 300 miliar USD untuk membangun jalan-jalan, di antaranya ada system metro Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta. Sistim ini turut menangani kemacetan yang menimbulkan kerugian sebesar 5 miliar USD per tahun.
Kompetisi terakhir
Pemilu 2019 merupakan kompetisi terakhir untuk Presiden infungsi Joko Widodo dan jenderal purnawirawan Prabowo Subianto. Dengan alasan, siapa yang kalah, maka usaha politik-nya akan berakhir. Bagi Prabowo Subianto, ini akan merupakan beban mental yang dia bawa seumur hidup ketika selalu kalah dalam semua kampanye pemilu. Sedangkan, Joko Widodo akan pulang kembali ke Kota Solo, tempat dia lahir dan menikmati masa pensiun di sana. Oleh karena itu, kedua capres telah memberikan seluruh tenaga untuk kompetisi terakhir ini. Joko Widodo memilih Ma’ruf Amin, Ketua Majelis Ulama Indonesia menjadi calon wakil presiden (cawapres. Ma’ruf Amin dengan martabat sebagai seorang ulama Islam diharapkan akan melindungi Joko Widodo dari satu kampanye hitam keagamaan yang dilaksanakan oleh lawannya dalam pemilu sebelumnya.
Sementara itu, capres Prabowo Subianto memilih Wakil Gubernur Jakarta, Sandiaga Uno, seorang wirausaha yang berpolitik menjadi cawapres. Pemilihan cawapres di luar partai politik itu akan membantu Prabowo Subianto mendapat lebih banyak suara. Kekuatan Sandiaga Uno juga berada dalam hal dia merupakan seorang wirausaha yang sukses, bisa mendatangkan kepentingan untuk Prabowo Subianto di segi keuangan untuk kampanye pemilu.
Presiden infungsi Joko Widodo telah mengakhiri kampanye pemilihan dengan rapat umum besar, di antaranya berkomitmen akan memperhebat perekonomian nasional yang berwilayah terbesar di kawasan Asia Tenggara dalam masa lima tahun depan. Sementara itu, Prabowo Subianto telah menyampaikan pesan-pesan tentang usaha menangani masalah keuangan, membersihkan pemerintah dan mendatangkan kemenangan Indonesia dalam perang anti-korupsi, kalau dia menang dalam pemilu kali ini. Kampanye pemilu menjelang akan segera berakhir. Siapa yang mimpin masa depan negara demokrasi Indonesia, hal itu bergantung pada jumlah suara yang diberikan oleh 190 juta pemilih setelah hari Rabu (17/4).