Perhitungan Washington ketika menarik keluar dari Trakatat INF

(VOVWORLD) - Setelah lebih dari tiga dasawarsa berlaku, Traktat Likuidasi Rudal Jarak Pendek dan Jarak Menengah (INF) antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) sedang menghadapi bahaya keruntuhan ketika Presiden AS, Donald Trump pada tanggal 20 Oktober secara sepihak akan menarik  keluar dari naskah ini. Tanpa menggubris opini umum internasional yang mencemaskan bahaya konfrontasi stategis antara dua negara adi kuasa nuklir seperti yang pernah terjadi pada awal tahun-tahun 70-an abad lalu, Donald Trump tetap mengeluarkan keputusan ini karena perhitungan-perhitungan AS sendiri.
Perhitungan Washington ketika menarik keluar dari Trakatat INF - ảnh 1Acara penandatanganan INF antara Rusia dan AS pada tahun 1987  (Foto: Reuteurs) 

 

Traktat INF ditandatangani oleh Uni Soviet dan AS pada tahun 1987, melarang para pihak memiliki rudal balistik yang ditempatkan di darat dan rudal  bersayap dengan radius aktivitas dari 500-5.000 kilometer karena bisa melakukan serangan nuklir satu sama lain karena rudal-rudal ini punya waktu terbang yang sangat singkat. Bisa dikatakan, ini merupakan instrumen mengontrol senjata nuklir untuk mencegah satu perlombaan senjata dalam periode Perang Dingin.

Lahirnya Traktat INF beserta beberapa perjanjian lain seperti Perjanjian Melarang Rudal Balistik (ABM), Perjanjian Membatasi dan Memangkas Senjata Ofensif Strategis (START) yang ditandatangani antara AS dan Uni Soviet (yang kemudian ialah Rusia) serta Perjanjian New START (START-2) yang ditandatangani pada tahun 1993 dan START-3 yang ditandatangani pada tahun 2010 telah menghentikan situasi konfrontasi nuklir yang penuh risiko antara AS dan Rusia di Eropa, menciptakan kestabilan relatif bagi benua ini sepanjang masa 30 tahun ini serta memberikan harapan tentang satu dunia tanpa nuklir.

 

Perhitungan Washington

Rencana Gedung Putih menarik diri dari Traktat INF tidak terlalu di luar dugaan karena berita angin telah tersebar sebelumnya, bahkan Traktat INF selalu ada bahaya mengalami keruntuhan sepanjang masa  satu dekade ini. Sebab resmi yang dikeluarkan pihak AS ialah Rusia melanggar secara serius traktat yang penting ini. Ini merupakan sebab yang tidak baru, karena justru pemerintah pendahulu pimpinan Presiden AS, Barack Obama telah tidak jarang menuduh Rusia melanggar ketentuan-ketentuan traktat ini.

Akan tetapi, menurut beberapa analis, justru psikologi  mencela permufakatan-permufakatan internasional yang dilakukan oleh pemerintah pimpinan Donald Trump merupakan motivasi di belakang yang mendatangkan keputusan Presiden Donald Trump. Kalau AS benar-benar menarik keluar dari Traktat INF, negara ini mungkin akan menggelarkan versi yang telah dideregulasikan dari rudal penjelajah Tomahawk untuk diluncurkan dari daratan. Dulu, AS pernah memperlengkapi rudal Tomahawk yang dipasang hulu ledak konvensional di kapal-kapal timbul dan kapal selam, tapi sekarang, Washington bisa memasang hulu ledak nuklir di rudal-rudal ini.

Satu faktor lagi yang perlu dibicarakan ialah Tiongkok. Sejak tahun 1987, tentara Tiongkok telah mengalami proses modernisasi yang kuat ketika melakukan investasi untuk mengembangkan berbagai jenis senjata baru. Bidang ini yang mendapat investasi paling kuat ialah pengembangan rudal. Para pemimpin militer senior AS pernah menyatakan bahwa kalau Tiongkok menjadi satu pihak peserta Traktar INF, maka ada kira-kira 95% di antara total jumlah rudal balistik dan rudal penjelajah Beijing  melanggar Traktat INF. Beberapa rudal Tiongkok punya jarak tembak sampai 15.000 kilometer yaitu bisa meliputi seluruh wilayah AS. Menurut Senator dari Partai Republik, Tom Cotton, Tiongkok merupakan salah satu alasan yang membuat Pemerintah AS mempertimbangkan penarikan keluar dari permufakatan dengan Rusia. Justru Presiden AS, Donald Trump pada Senin (22 Oktober) mengakui bahwa keputusan AS yang menarik keluar dari Traktat INF dengan Rusia juga bertolak dari perlunya harus memberikan reaksi terhadap pembangunan angkatan nuklir Tiongkok.

Satu kemungkinan lain lagi yang diungkapkan  ialah pernyataan Presiden Donald Trump yang menarik keluar  dari Traktat INF dikeluarkan pada latar Penasehat Presiden AS tentang keamanan, John Bolton sedang berkunjung di Moskow. Maka, sangat mungkin ini hanyalah satu “langkah catur” dari Donald Trump yang ingin memaksa Moskow mengeluarkan komitmen kuat untuk tidak melanggar Traktat INF sebelum berlangsungnya  pertemuan puncak antara dia dengan timpalannya dari Rusia, Vladimir Putin.

 

Apa langkah selanjutnya?

Bagaimanapun perhitungan AS, sesudah menyatakan akan menarik keluar dari Traktat INF,  opini umum internasional tetap sangat mencemaskan langkah baru Washington. Komunitas internasional menyatakan bahwa AS dan Rusia perlu tetap melakukan dialog yang konstruktif untuk mempertahankan traktat ini.

Akan tetapi, setelah pernyataan menarik keluar dari Traktat INF, maka hal yang  mencemaskan lagi ialah AS juga  sedang cenderung pada kemungkinan tidak memperpanjang Traktat START-3 yang akan habis berlakunya pada tahun 2021. Walaupun pemerintah pendahulu pimpinan Presiden AS, Barack Obama menyatakan bahwa Traktat START-3 merupakan kemenangan dari hubungan luar negeri AS, tapi, Donald Trump menyatakan bahwa Traktat START-3 lebih menguntungkan Moskow dari pada Washington.

Sebelum Traktat INF, AS telah menarik keluar  dari Perjanjian Anti Rudal Balistik (ABM) pada tahun 2001. Kalau pernyataan Presiden Donald Trump yang menarik keluar dari Traktat INF menjadi kenyataan, bersama dengan habisnya Perjanjian New START pada tahun 2021, maka ini untuk pertama kalinya sejak tahun 1972, negara-negara adi kuasa nuklir tidak terkena ikatan pembatasan manapun dan risiko tentang persaingan nuklir antara AS dan Rusia akan meningkat. Hal ini akan meletakkan dunia ke dalam situasi konfrontasi stategis antara dua negara adi kuasa nuklir.

Hingga saat ini, semua negara kecuali AS menyatakan bahwa  AS supaya mempertimbangkan penarikan keluar dari Traktat INF. Opini umum mengharapkan pertemuan puncak antara Presiden AS, Donald Trump dan timpalannya dari Rusia, Vladimir Putin akan cepat diadakan agar dua pihak bisa memecahkan perselisihan dan bersama-sama memberikan kestabilan kepada dunia. 

Komentar

Yang lain