Tahun 2023: Kecerdasan Buatan Menjadi Isu Global

(VOVWORLD) - Pada tahun ini, kecerdasan buatan (AI) muncul sebagai salah satu isu global. Bersama dengan potensi penerapan yang sangat besar dan luas dalam kehidupan sosial-ekonomi negara-negara, AI juga menciptakan risiko-risiko keamanan dan keselamatan yang tinggi, memaksa negara-negara dan organisasi internasional secara giat mengusahakan langkah pengontrolan. 

Pada 1 November 2023, kata AI, singkatan dari “Artificial Intelligence”, dipilih oleh Balai Terbit Kamus terkemuka “Collins” (Inggris) menjadi kata kunci tahun ini. Ketika menjelaskan pilihan ini, para pakar bahasa dari “Collins” mengatakan bahwa istilah teknologi ini telah “meningkatkan taraf cakupan yang cepat”, bersamaan itu menjadi “topik diskusi utama pada tahun” dengan bukti-bukti yang paling meyakinkan ialah taraf penggunaan AI telah meningkat 4 kali lipat selama tahun ini.

Potensi penerapan besar dari AI

Dengan lahirnya dan menjadinya demam global dari “ChatGPT” tahun ini, perangkat lunak AI generatif milik perusahaan “OpenAI” dianggap sebagai satu tonggak yang mengubah pemahaman banyak orang tentang AI karena “ChatGPT”  beserta lawannya seperti: Gemini milik Google DeepMind atau Grok AI milik miliarder Elon Musk, menandai awalnya era AI terhadap pengetahuan.

Tahun 2023: Kecerdasan Buatan Menjadi Isu Global - ảnh 1Kecerdasan buatan (Ilustrasi) (Foto: CCO)

AI generatif dan teknologi-teknologi AI multitasking yang canggih (AI frontier) sedang menciptakan potensi penerapan besar dalam pembangunan sosial-ekonomi di negara-negara. Bisa menyebut beberapa contoh seperti: di Malaysia, AI diterapkan dalam produksi pertanian melalui membantu kaum tani membuat peta data penanaman, peninjauan produktivitas tanaman; di Israel, kalangan keuangan menggunakan AI dalam membentuk pola-pola prediksi; di Thailand, para pejabat pemerintah menggunakan AI untuk memeriksa pos-pos pembayaran pajak, dan lain-lain. Menurut Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, apabila digunakan secara bertanggung jawab dan adil, AI bisa menciptakan terobosan dalam jalan pembangunan negara-negara:

“AI bisa mendorong kuat aksi iklim dan upaya-upaya pelaksanaan 17 targetp pembangunan yang berkelanjutan pada tahun 2030. Tetapi semua hal ini bergantung pada teknologi-teknologi AI yang dimobilisasi secara bertangung jawab, dan mampu mendekati semua, termasuk negara-negara berkembang yang paling membutuhkan teknologi ini”. 

Di tingkat global, AI mulai digelar untuk membangun pola-pola prediksi wabah penyakit baru,  memadukannya dalam jasa-jasa kesehatan, memprediksi gejolak-gejolak iklim, mengembangkan jenis-jenis tanaman yang memiliki kemampuan beradaptasi yang lebih tinggi dengan perubahan iklim, dari situ membangun satu sistem pangan global baru yang lebih berkelanjutan.

Mengembangkan AI yang bertanggung jawab untuk mengurangi risiko

Di samping kepentingan potensial yang besar, AI juga mulai menimbulkan kecemasan. Menghadapi perkembangan pesat teknologi-teknologi AI pada tahun ini, semua negara dan organisasi internasional serta para pakar teknologi harus lebih waspada terhadap risiko-risiko yang bisa diakibatkan AI terhadap keamanan nasional, stabilitas komunitas-komunitas dan lebih-lebih lagi adalah keselamatan manusia. 

Di pertengahan tahun ini, CEO perusahaan-perusahaan AI terkemuka di dunia beserta ratusan peneliti dan pakar telah bersama-sama menandatangani satu pernyataan, di antaranya menekankan bahwa pengurangan bahaya dari AI harus menjadi prioritas global, bersamaan dengan itu memisalkan tindakan ini darurat sepertinya pencegahan perang nuklir. Miliarder Amerika Serikat, Elon Musk, salah seorang perintis dalam pengembangan teknologi AI, juga memperingatkan bahayanya teknologi ini apabila tidak dikendalikan:

Menghadapi tantangan-tantangan bahwa AI bisa berkembang di luar kontrol, dan berdampak negatif terhadap mannusia, pada tahun ini komunitas dunia telah mempercepat pengontrolan terhadap pengembangan dan penggunaan AI.  Pada awal November, untuk pertama kalinya satu Konferensi Tingkat Tinggi global tentang keselamatan AI yang diselenggarakan di Inggris mengesahkan Pernyataan Bletchley dengan ditandatangani oleh wakil dari 27 negara, di antaranya ada negara-negara AI terkemuka di dunia, seperti: Amerika Serikat, Tiongok, dan Uni Eropa; berkomitmen untuk mendorong tanggung jawab dan kerja sama internasional dalam menggunakan dan meneliti AI secara aman.

Tahun 2023: Kecerdasan Buatan Menjadi Isu Global - ảnh 2Sekjen PBB, Antonio Guterres (Foto: IRNA / VNA)

Serentetan mekanisme lain untuk mengontrol AI juga dilahirkan pada tahun ini. Pada akhir bulan Oktober, PBB mengumumkan pembentukan Badan penasihat AI dengan 39 anggota yang  terdiri dari Direktur perusahaan-perusahaan, pejabat pemerintah dan sarjana, yang bertugas menetapkan arah pengelolaan AI di tingkat dunia. Khususnya, pada awal Desember ini, Uni Eropa telah mencapai kesepakatan politik tentang pasal-pasal dalam Rancangan Undang-Undang mengenai AI. Ini merupakan Undang-Undang yang pertama dan paling lengkap tentang AI di dunia. 

Di tingkat nasional, Amerika Serikat dan Inggris sudah membentuk Institusi-institusi keselamatan AI untuk menilai dan menguji pola-pola baru, melalui itu menetapkan semua risiko potensial dari AI. Sementara itu, Tiongkok juga telah mengumumkan “Gagasan manajemen AI global”, menetapkan beberapa ketentuan sementara untuk teknologi AI generatif. Selain itu, lebih dari 50 grup dan organisasi penelitian seperti: Meta, IBM, Intel, Sony, Dell, dan sebagainya telah membentuk Koalisi AI untuk menjamin satu cara kerja sama yang terbuka dan lebih transparan dalam pengembangan teknologi ini.

Komentar

Yang lain