Tantangan besar dalam hubungan antar-Korea

(VOVworld) – Ketegangan dalam hubungan antara Republik Demokrasi Rakyat Korea (RDR Korea) dan Republik Korea sedang didorong sampai ke klimaksnya setelah serentetan pernyataan dan gerak gerik keras yang dikeluarkan dua pihak pada waktu belakangan ini. Opini umum mengumpamakan situasi di semenanjung Korea sekarang bagaikan satu peti amunisi dan merasa cemas jika dua pihak tidak mengekang diri, kemungkinan terjadinya bentrokan adalah hal yang sulit dihindari. 

Tantangan besar dalam hubungan antar-Korea - ảnh 1
Ketegangan antara dua bagian negeri Korea semakin meningkat
(Foto: vnexpress.net)

Segala masalah tampaknya mulai muncul dari latihan perang bersama selama 11 hari antara Amerika Serikat dan Republik Korea dengan nama “Solusi kunci” dengan partisipasi dari kira-kira 13.000 serdadu dari dua negara beserta berbagai jenis pesawat tempur, kapal penjelajah yang diperlengkapi rudal penunjuk jalan. Para pejabat Pyong Yang menuduh bahwa ini merupakan satu agresi yang dilakukan Republik Korea dengan bantuan dari sekutunya yaitu Amerika Serikat. Lebih-lebih lagi, “Solusi kunci” ini juga dilangsungkan bersamaan dengan satu latihan perang Amerika Serikat – Republik Korea lain dengan nama “Garuda muda” selama 2 bulan.

Dalam gerak-gerik balasan yang dianggapnya sebagai berbahaya, RDR Korea pada 11 Maret telah secara sepihak menyatakan bahwa Perjanjian gencatan senjata yang ditanda-tangani pada akhir Perang Korea 1950-1953, naskah satu-satunya yang mengikat dua bagian negeri Korea supaya tidak terperangkap dalam perang, sekarang dihapuskan karena Republik Korea dan Amerika Serikat mulai melakukan latihan perang periodik bersama. 

Tantangan besar dalam hubungan antar-Korea - ảnh 2
Kapal perang Amerika Serikat dalam latihan perang bersama ini
(Foto: laodong.com.vn)

Bahkan, koran Rodong Sinmun, Organ Sentral Partai Pekerja RDR Korea juga menegaskan bahwa senjata negara ini telah ditempatkan pada posisi siaga tempur. Bersama dengan pernyataan tersebut, Pyong Yang juga memutus hubungan hotline antara dua bagian negeri Korea yang selama ini dibentuk untuk menangani insiden-insiden yang terjadi di zona non-militer di kawasan perbatasan. Sebagai bukti bagi semua pernyataan tersebut, ketika melakukan kunjungan di unit-unit artileri di kawasan perbatasan pada 11 Maret, Pemimpin RDR Korea Kim Jong-un memperingatkan akan menghapuskan satu pulau kecil milik Republik Korea yaitu pulau Baengnyeong, yang terletak di wilayah laut yang sedang dipersengketakan oleh dua negara dan sedang dikontrol Republik Korea. Menurut Pemimpin Kim Jong-un, pulau ini akan menjadi sasaran pertama jika ketegangan militer terus meningkat di semenanjung Korea. Bersamaan itu, dia juga mengimbau kepada para serdadu supaya melakukan persiapan bagi semangat setinggi-tingginya untuk kemungkinan terjadinya satu peperangan.

Walaupun secara teori, dua bagian negeri Korea belum pernah menanda-tangani satu perjanjian damai bilateral, tapi penarikan diri dari Perjanjian Gencatan Senjata yang dilakukan RDR Korea secara sepihak sudah cukup untuk membuat semua pihak yang bersangkutan dan opini umum merasa cemas. Dalam pidato terkini, Jubir Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Martin Nesirky menegaskan bahwa Perjanjian Gencatan Senjata di semenanjung Korea telah efektif karena naskah ini diesahkan Majelis Umum PBB dan semua pasal dalam naskah ini tidak mengizinkan pihak manapun membatalkannya secara sepihak.

Tantangan besar dalam hubungan antar-Korea - ảnh 3
Jubir Sekjen PBB, Martin Nesirky
(Foto: phapluattp.vn)

Presiden Republik Korea, Park Gyun-hye berkomitmen menghadapi secara kuat provokasi RDR Korea dan menegaskan bahwa Pemerintah tidak akan melepaskan upaya untuk mengusahakan dialog dengan Pyong Yang. Jubir Kementerian Pertahanan Republik Korea, Kim Min-Seok bersikap keras ketika menegaskan bahwa Republik Korea akan memberikan balasan jika RDR Korea memprovokasi negara ini. Sementara itu, Barat dan Amerika Serikat juga ikut serta ketika Amerika Serikat dan banyak negara lain terus menerapkan sanksi-sanksi terhadap RDR Korea, diantaranya ada sanksi-sanksi keuangan, merekomendasikan satu rancangan resolusi untuk membentuk satu Komite Investigasi tentang Hak Asasi Manusia di RDR Korea.

RDR Korea melakukan tindakan keras seperti itu karena memperkokoh kesetiaan penduduk dan tentara terhadap pemimpin muda Kim Jong-un. Tindakan ini juga memanifestasikan tekad RDR Korea bahwa mereka bersedia mengatasi bahaya-bahaya yang lebih besar dengan harapan semua negara akan memberikan konsesi dan akan memberikan seaga yang mereka inginkan.

Tantangan besar dalam hubungan antar-Korea - ảnh 4
Pemimpin RDR Korea Kim Jong-un melakukan kunjungan inspeksi Angkatan Laut
(Foto: tinngan.vn)

Dengan apa-apa yang sedang terjadi di semenanjung Korea, opini umum berpendapat bahwa semenanjung Korea sedang berada di dekat satu peperangan, dan hal yang paling berbahaya ialah ada senjata nuklir. Tapi jika terjadi perang, maka hal itu tidak menguntungkan kedua pihak, bahkan bisa menimbulkan reaksi domino, menghasut satu perlombaan senjata di seluruh kawasan, mengubah wajah politik di kawasan ini./. 

Komentar

Yang lain