Upaya keras dalam memecahkan krisis di Yunani

(VOVworld) –  Hasil referendum di Yunani  baru saja mengajukan masalah yang sulit ditangani terhadap para pemimpin Uni Eropa. Yaitu Yunani banyak kemungkinan harus keluar dari Eurozone, sehingga mengakibatkanbanyak pengaruh dan akibat jelek terhadap seluruh kawasan. Para pemimpin Uni Eropa sedang pusing kepala untuk menemukan jawaban terhadap masalah ini. 

Upaya keras dalam memecahkan  krisis di Yunani - ảnh 1
Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras 
(Foto:www.baomoi.com).

Kalau Yunani dikeluarkan dari Eurozone, hal itu akan menimbulkan kerugian ekonomi besar, mungkin mencapai triliunan Euro. Belum habis, masalah ini juga mengakibatkan kepercayaan terhadap strategi runtuhnya pembangunan Uni Eropa secara berjangka panjang di Eropa. Selain bahaya para kreditor internasional kehilangan pos pinjaman sebanyak lebih dari 242 miliar Euro, yang pada pokok-nya berada dalam dua paket bantuan dan jumlah obligasi  Pemrintah Yunani yang sedang dipegang oleh Bank Sentral Eropa (ECB) dan bank-bank sentral dari negara-negara Eurozone, perihal Yunani  sepenuh-nya  putus hubungan dengan mata uang Euro dimisalkan sebagai satu gempa bumi yang mengerikan sehingga bisa menimbulkan efek beruntun yang mengancam masa depan mata uang Euro. Hal ini meletakkan Uni Eropa pada situasi tidak bisa maju dan tidak bisa mundur. Bahkan para pemimpin Uni Eropa dan Eurozone sekarang ini terpaksa memilih jawaban setuju atau tidak  terhadap masalah Yunani.

Uni Eropa: pintu perundingan tetap terbuka bagi Yunani

Segera setelah Yunani mengakhiri referendum, pada Selasa malam (7 Juli), para pemimpin negara-negara Eurozone telah mengadakan pertemuan darurat di Brussels (Ibukota Belgia). Sebelumnya, Presiden Perancis, Francois Hollande dan Kanselir Jerman, Angela Merkel telah melakukan pertemuan pada Senin malam (6 Juli) di Paris (Ibukota Perancis) untuk berbahas tentang masalah Yunani dan mengeluarkan pernyataan bahwa pintu perundingan tetap terbuka untuk Yunani. Pernyataan ini  dianggap sebagai pintu  tetap terbuka untuk mengusahakan  solusi menangani krisis pasca referendum di Yunani. Namun, para pemimpin Perancis dan Jerman, semuanya menekankan bahwa sudah sampai waktu-nya, Pemerintah pimpinan Perdana Menteri Alexis Tsipras perlu mengajukan rekomendasi- rekomendasi yang serius dan patut dipercaya serta keinginan tetap  tinggal di  Eurozone perlu dimanifestasikan dengan satu rencana yang berjangka panjang.

Apa yang dikatakan oleh Yunani?

Yunani telah menunjukkan sedikit memberikan kompromi setelah ada hasil referendum dengan mengajukan reformasi-reformasi baru sebagai pengganti mendapat paket bantuan dari Uni Eropa. Perdana Menteri Alexis Tsipras sendiri setelah mendapat kabar mengenai hasil referendum juga menyatakan bahwa Atena bersedia meneruskan perundingan tentang rencana reformasi, karena negara ini tidak mau keluar dari Eurozone.

Di Atena, Perdana Menteri Alexis Tsipras telah mendapat dukungan dari empat partai politik utama tentang rencana mempercepat proses perundingan, cepat mencapai permufakatan yang adil tentang sosial-ekonomi terhadap para kreditor. Perdana Menteri Alexis Tsipras mengadakan pembicaraan per telepon dengan Direktor Bank Sentral Eropa,  Mario Draghi, Direktor Dana Moneter Internasional Christine Lagarde untuk mengungkapkan tantangan-tantangan benar-benar tentang ekoomi  yang sedang dihadapi oleh Yunani,bersamaan itu ialah proposal  Bank Sentral  Eropa  yang melanjutkan program bantuan likuiditas  darurat  kepada sisrtim  bank Yunani.


Tantangan yang tidak kecil

Yaitu perihal internal negara-negara Eropa sekarang tetap  belum  ada kesepakatan dalam cara mendekati masalah Yunani. Ada 16 diantara 18 negara Eurozone yang mempertahankan pandangan keras , siap membiarkan Yunani  ke luar zona ini.  Kelompok  ini terdiri dari Jerman, Finlandia, negara-negara Baltik, Eropa Tengah dan Eropa Selatan. Pemimpin negara-negara ini memperingatkan agar kalau Atena datang mengadakan perundingan dengan harapan memaksa  mitra  mengubah pandangan, maka semua masalah akan terhenti,  tidak ada pilihan  manapun kecuali Yunani  harus siap  setuju melakukan reformasi secara  ekstensif dan intensif. Hanya ada Perancis dan Italia yang menunjukkan sikap bisa menenerima tuntutan Yunani. Perdana Menteri Perancis, Manuel Valls memberitahukan: Tidak ada larangan tentang  restrukturisasi pos-pos utang. Sedangkan Perdana Menteri Italia, Mattaeo Renzi mengatakan: Eurozone harus mengusahakan  satu  cara konsisten untuk memecahkan situasi darurat sekarang.  Dia juga memberitahukan:  Kalau   terus memenjarakan diri dalam  ketentuan dan kebiasaan, maka Eropa  runtuh.

Yunani dan Uni Eropa akan cepat mengadakan kembali perundingan untuk berupaya mengajukan solusi bagi kemacetan sekarang.  Masalah-nya ialah para pihak bisa mencapai kompromi sampai dimana dan apakah kompromi-kompromi ini merupakan pelampung penyelamat bagi Yunani dan Eurozone atau tidak ? Dalam satu perkembangan yang sulit ialah Bank Sentral Eropa telah memutuskan akan tidak memperluas paket likuiditas darurat bagi bank-bank Yunani tapi mempertahankan secara utuh  tarap  sebesar 89 miliar  Euro seperti  yang telah diumumkan pada  awal pekan lalu.  Bank-bank  Yunani  sekarang akan segera kehabisan uang tunai dan jika tidak ada penggelontaran uang lagi oleh Bank Sentral Eropa, maka sulit  menyelenggarakan secara efektif  instrumen-instrumen politik di negara ini./. 



Komentar

Yang lain