Vietnam bertindak bersama -sama untuk beradaptasi dengan perubahan iklim

       Konfrensi tingkat tinggi ke-17 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang perubahan iklim  (Konferensi COP-17) telah dibuka pada awal pekan lalu di kota pantai Durban-Afrika Selatan dan terus memakan waktu sampai dengan pekan ini. Bersama dengan 15.000 rombongan dari 194 negara dan teritorial di dunia, delegasi peserta Vietnam dalam Konferensi COP-17 terus menegaskan tekad untuk bersama-sama bertindak untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Konfrensi ini juga merupakan kesempatan bagi Vietnam untuk memperkenalkan, merekomendasikan kebijakannya yang bersangkutan dengan perubahan iklim, baik di tingkat bilateral maupun multilateral. 

          Para pendengar, Konferensi COP-17 kali ini berlangsung pada latar belakang perekonomian global sedang mengalami resesi. Semua negara, khususnya, negara-negara besar sedang harus berfokus pada masalah-masalah ekonominya, kontradiksi tentang kepentingan antara semua negara, kelompok negara maju dan sedang berkembang telah menimbulkan pengaruh mendalam terhadap perundingan di kota Durban. Dengan peranan dan posisinya sebagai satu anggota peserta Konvensi kerangka PBB tentang perubahan iklim, maupun dengan tanggung-jawab dari sebuah negara yang menderita pengaruh paling berat akibat perubahan iklim, Vietnam ikut serta pada Konferensi kali ini dengan semangat yang aktif, memberikan sumbangan pada masalah-masalah bersama. Vietnam telah membahas dan mengesahkan banyak masalah pokok dan langkah menghadapi perubahan iklim global, terus memanifestasikan suara dari kelompok negara sedang berkembang, memberikan sumbangan pandangan dalam menyusun dan menyempurnakan semua naskah yang bersangkutan dengan perubahan iklim global, sekaligus menegaskan arti penting Konvensi tentang perubahan iklim maupun Protokol Kyoto. Nguyen Khac Hieu, Wakil kepala Direktorat Meteorologi, Hydrografi dan Perubahan Iklim dari Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vietnam memberitahukan bahwa “Pandangan rombongan Vietnam pada Konferensi ini ialah kita menegaskan kembali bahwa Protokol Kyoto masih harus terus dipertahankan dan merupakan dasar, fundasi dalam perjuangan menentang perubahan iklim global. Harus memakan waktu selama 8 tahun Protokol Kyoto baru diterima oleh komunitas dunia dan resmi berlaku, dengan demikian,  tidak ada alasan apa pada waktu ini Protokol ini diganti. Hingga sekarang, Protokol Kyoto adalah naskah hukum satu-satunya tentang perubahan iklim. Protokol ini juga bersangkutan dengan banyak masalah seperti transfer teknologi, komitmen dari semua pihak, bantuan tentang keuangan dan lain-lain”.

          Lima masalah pokok yang diajukan oleh Presiden negara tuan rumah Afrika Selatan pada upacara pembukaan Konferensi ini juga menjadi perhatian-perhatian Vietnam. Yaitu penyusunan naskah-naskah yang bersifat mengikat secara hukum yang baru yang mengganti periode pertama Protokol Kyoto yang akan habis batas waktunya pada tahun 2012; Menetapkan secara jelas tanggung-jawab keuangan dan kewajiban pemangkasan gas limbah dari negara-negara maju dan beberapa negara baru muncul yang mempunyai jumlah gas limbah yang besar; Mencari mekanisme koordinasi pelaksanaan langkah-langkah menyesuaikan situasi perubahan iklim global dan menjamin keterkaitan semua permufakatan dengan prinsip, kepentingan bersama dari semua pihak dan komunitas internasional. Nguyen Kha Hieu juga memberitahukan bahwa ini juga adalah isi-isi yang sudah disampaikan oleh Deputi Menteri Sumber Daya alam dan Lingkungan Vietnam Tran Hong Ha dalam pidatonya di depan Konferensi ini, melalui itu, menegaskan pandangan Vietnam. Tran Khac Hieu mengatakan bahwa “Pengurangan gas limbah dari negara maju dan negara sedang berkembang berlainan. Pada Konferensi ini, Vietnam meminta supaya harus menjeniskan aktivitas pemangkasan gas limbah antara negara maju dan negara sedang berkembang. Pada satu pihak, semua negara maju harus berkomitmen memangkas gas limbah secara terpaksa, dalam pada itu, semua negara sedang berkembang akan melaksanakan langkah pemangkasan  emisi rumah kaca secara sukarela dan aktivitas ini memerlukan bantuan dari negara maju agar bagaimana semua negara sedang berkembang melaksanakannya pada latar belakang memerlukan pertumbuhan ekonomi, perkembangan yang berkesinambungan dan pengentasan dari kelaparan dan kemiskinan”.

          Praktek-praktek tentang perubahan iklim di Vietnam telah menjadi sangat jelas dan menghadapi perubahan iklim telah menjadi masalah vital. Menyedari secara jelas pengaruh perubahan iklim, Vietnam telah cepat ikut serta dalam Konvensi kerangka tentang perubahan iklim  tahun 1994 dan mengesahkan Protokol Kyoto pada tahun 2002. Selama bertahun-tahun ini, Vietnam juga selalu menjadi satu anggota yang aktif dalam semua aktivitas bersama dari komunitas internasional, bersama-sama beradaptasi dengan perubahan iklim demi satu planit yang hijau. Memangkas emisi rumah kaca, mendekati perekonomian hijau, memindahkan pola ekonomi dengan sedikit karbon dan lain-lain merupakan arah yang dituju Vietnam sekarang ini dan pada waktu yang akan datang. Deputi Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vietnam Tran Hong Ha mengeraskan bahwa “Pandangan Vietnam ialah akan berkomitmen mengikuti jalan perkembangan perekonomian hijau, mengarahkan perekonomiannya ke situ. Untuk berhasil melaksanakannya, pada waktu yang akan datang, hal ini tidak bisa dilaksanakan secara sendirian di satu negara, satu kawasan atau satu benua, tapi memerlukan adanya koordinasi dan kerjasama yang erat antara semua negara. Disamping itu, Vietnam menyatakan bahwa harus cepat menggelarkan mekanisme-mekanisme yang sudah ada sekarang ini, misalnya Dana iklim hijau, Dana bantuan teknologi dan khususnya harus memperhatikan pekerjaan transfer teknologi dan pendidikan sumber daya manusia. Ini merupakan masalah-masalah yang sangat penting yang diungkapkan oleh Konfrensi kali ini”.

          Sekarang ini, Vietnam telah menyusun Program Target Nasional urusan beradaptasi dengan perubahan iklim sampai tahun 2020 dan visi sampai tahun 2050, menyusun skenario menghadapi perubahan iklim dan kenaikan air laut. Justru oleh karena itu, dengan kehadirannya di kota Durban, Afrika Selatan, selain pembahasan-pembahasan tentang masalah bersama yang bersifat strategis dan pengarahan, delegasi Vietnam juga ikut serta dalam perbahasan-perbahasan bilateral dengan banyak negara dan mitra. Melalui kontak-kontak bilateral ini, Vietnam dan semua mitra menemukan pandangan bersama, memperkuat kerjasama  dan terutama ialah mengusahakan bantuan kepada Vietnam untuk beradaptasi dengan perubahan iklim secara efektif, mengganti pola ekonomi sedikit karbon, pertumbuhan hijau demi perkembangan yang berkesinambungan.

                                                                                                      Anh Huyen

Komentar

Yang lain