Dunia Mendorong Penggunaan Energi Nuklir demi Tujuan Damai

(VOVWORLD) - Diselenggarakan dari tanggal 16 sampai 20 September, di Wina, Austria, Sidang Umum ke-68 Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memprioritaskan pembahasan tentang pendorongan penerapan nuklir demi tujuan damai  dan perkembangan, pada latar belakang masih ada kekhawatiran-kekhawatiran tentang keselamatan nuklir dan bahaya proliferasi senjata nuklir di dunia.

Sebagai sidang tahunan IAEA yang paling penting, Sidang Umum IAEA tahun ini menghimpun kehadiran para pejabat senior yang mewakili 178 negara anggota organisasi ini, membahas serentetan topik terkait dengan ilmu pengetahuan, teknologi, penerapan nuklir serta ancaman-ancaman terhadap keselamatan nuklir di dunia.

Nuklir untuk Bahan Pangan, Kesehatan dan Energi

Prioritas untuk pendorongan penerapan-penerapan damai dari energi nuklir segera dimanifestasikan oleh IAEA pada hari kerja pertama Sidang Umum ke-68 IAEA (16 September). Dalam pidato pada acara pembukaan, Direktur Jenderal (Dirjen) IAEA, Rafael Grossi mengumumkan rencana-rencana aksi baru untuk gagasan “Atom4Food” (Nuklir untuk bahan pangan), yang digelar oleh IAEA berkoordinasi dengan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) sejak tahun lalu. Menurut gagasan ini, IAEA membantu FAO dan para mitranya dalam penggunaan energi untuk melakukan iradiasi bahan makanan, membasmi serangga, mengawetkan makanan, meneliti teknologi untuk memperbaiki lahan, memperbaiki panen, dan sebagainya, dari situ meningkatkan hasil produksi bahan pangan global, mengatasi secara lebih baik tantangan-tantangan yang diakibatkan perubahan iklim di bidang pertanian.

Dunia Mendorong Penggunaan Energi Nuklir demi Tujuan Damai - ảnh 1Sidang Umum ke-68 Badan Energi Atom Internasional berlangsung dari tanggal 16 sampai 20 September, di Wina, Austria (Foto: D. Calma/IAEA)

Tindakan prioritas besar IAEA berikutnya ialah peningkatan penggunaan nuklir dalam diagnosis dan pengobatan kanker. Di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Uni Afrika pada bulan Februari tahun 2022, IAEA dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan gagasan yang disebut “Sinar-sinar harapan”, yang berfokus pada bantuan negara-negara berkembang untuk membangun pusat-pusat radioterapi pengobatan kanker. Sejak gagasan ini digelar, 86 negara telah menghubungi IAEA untuk meminta bantuan, dan proyek-proyek bantuan telah dilaksanakan di 30 negara. Berkat upaya ini, jutaan orang di dunia didiagnosis secara dini dan diobati penyakit kanker. Dirjen IAEA, Rafael Grossi memberitahukan:

“Gagasan Sinar-sinar harapan, yang dilaksanakan oleh IAEA berkoordinasi dengan WHO, sedang membantu negara-negara di seluruh dunia, khususnya negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, tempat dimana bahkan tidak ada satu pun mesin radioterapi. Bantuan IAEA dilakukan melalui pemasokan peralatan, pelatihan dan terkadang satu pembangunan pusat pengobatan kanker.

Di samping bidang pangan dan kesehatan, energi juga merupakan satu prioritas tinggi lainnya dari IAEA. Dalam laporan yang bernama “Prakiraan energi, listrik dan energi nuklir pada tahapan sampai tahun 2050” yang diumumkan pada hari pembukaan Sidang Umum ke-68, IAEA memprakirakan bahwa sampai tahun 2050, energi nuklir akan mengalami pertumbuhan kuat di seluruh dunia dan kapasitas tenaga nuklir global bisa mencapai 950 gigawatt (GW) pada tahun 2050, sekitar 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan angka tahun lalu. Alasan kunci untuk pertumbuhan ini ialah kemajuan pesat dalam teknologi membangun reaktor modular kecil (SMRs), yang dibangun dalam jangka yang lebih cepat dan lebih mudah dioperasikan. Menurut Dirjen IAEA, energi nuklir telah diakui sebagai sumber energi yang bersih, aman dan semakin ada banyak negara yang berencana membangun berbagai SMRs untuk mengembangkan ekonomi, sekaligus mengurangi emisi karbon. Oleh karena itu, IAEA akan menyelenggarakan Konferensi Internasional pertama tentang SMRs dan penerapannya dari tanggal 21-25 Oktober di Wina (Austria), dengan prioritas terbesar ialah memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang untuk menerapkan teknologi ini.       

Mitigasi Risiko untuk Keamanan Nuklir

Di samping diskusi-diskusi tentang pendorongan penerapan nuklir demi tujuan damai dan perkembangan, satu topik lain juga menyerap perhatian pada Sidang Umum ke-68 IAEA ialah risiko-risiko keamanan nuklir di dunia, pada latar belakang konflik dan ketegangan geopolitik meningkat di banyak kawasan. Yang terkait dengan “titik panas” tentang keselamatan nuklir selama dua tahun ini ialah berbagai pabrik pembangkit listrik tenaga nuklir di Ukraina, Dirjen Rafael Grossi mengatakan bahwa IAEA telah melaksanakan lebih dari 140 tugas inspeksi dan pengawasan di banyak pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina di Zaporizhzhya, Rivne, Khmelnitskyy. Kepala IAEA menegaskan bahwa dalam segala situasi, berbagai pembangkit listrik tenaga nuklir juga perlu dilindungi dari serangan-serangan, sekaligus mengimbau komunitas internasional supaya membantu IAEA melaksanakan tugas penjamian keamanan semua fasilitas ini.

Dunia Mendorong Penggunaan Energi Nuklir demi Tujuan Damai - ảnh 2Dirjen IAEA, Rafael Grossi berpidato (Foto: D. Calma/IAEA)

Terkait dengan program nuklir Iran, Kepala IAEA ingin melakukan kembali diskusi-diskusi dengan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian sebelum bulan November tahun ini, dengan harapan bahwa bisa menghidupkan kesepakatan nuklir P5+1 sebelum ada perubahan-perubahan di gelanggang politik Amerika Serikat.

“Saya menantikan diskusi dengan Presiden baru Iran dan Pemerintah Iran dan berlanjutnya upaya-upaya untuk memberikan jaminan tegas kepada komunitas internasional bahwa program nuklir Iran adalah demi tujuan damai. Tantangan-tantangan di masa depan masih ada, namun bukan berarti tidak bisa diatasi.”

Dalam satu perkembangan lain yang patut diperhatikan terkait dengan masalah membatasi proliferasi senjata nuklir dan meredakan ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah, IAEA juga akan menyelesaikan kesepakatan dengan Arab Saudi tentang pelaksanaan mekanisme pengawasan yang rutin dan komprehensif fasilitas-fasilitas nuklir di negara ini sejak akhir tahun ini. Ini dianggap sebagai kemajuan yang positif pada latar belakang ada beberapa kecemasan tentang negara-negara yang bermusuhan di Timur Tengah sedang mengejar program-program nuklir tersendiri demi tujuan yang tidak damai.

Komentar

Yang lain