Ha Mo, Desa Kuno di Tepian Sungai

(VOVWORLD) - Desa Ha Mo (Kecamatan Ha Mo, Kabupaten Dan Phuong) adalah sebuah desa kuno, jauhnya sekitar 20 km dari pusat Kota Hanoi. Terletak di tepian tiga sungai besar, yaitu: sungai Nhue, Sungai Merah dan Sungai Hat, sepanjang tahun, Desa Ha Mo menjadi destinasi yang menarik dengan kekayaan sejarah dan kebudayaan tradisional. Saat ini, Ha Mo sedang dalam proses urbanisasi, namun tetap mempertahankan tampilan yang klasik dan megah serta banyak ciri budaya kuno.

Sejak abad ke-6 (lebih dari 1.400 tahun yang lalu), Ha Mo adalah ibu kota Van Xuan (nama nasional Vietnam waktu itu) di zaman dinasti Hau Ly Nam De. Hingga saat ini, desa Ha Mo masih menyimpan banyak karya arsitektur sejarah dan budaya yang bernilai dan keindahan budaya. Di antara situs-situs peninggalan sejarah yang ada di Desa Ha Mo, balai desa Van Xuan, kuil Van Hien dan pagoda Hai Giac merupakan situs-situs peninggalan sejarah khas yang diakui sebagai situs peninggalan sejarah nasional sejak awal abad XX.

Ha Mo, Desa Kuno di Tepian Sungai - ảnh 1Desa Ha Mo terletak di tepian tiga sungai besar, yaitu: sungai Nhue, Sungai Merah dan Sungai Hat 

Balai desa Van Xuan terletak di tengah desa, dibangun ke arah Barat, merupakan pusat simetris dari dua kuil Hang Van (Van Hien Duong) dan kuil Hang Vo (Tri Chi Duong) di ujung Utara dan Selatan desa. Balai desa dibangun di di tanah yang luas dengan arsitektur unik dan perancangan yang berbeda, turut memperkaya arsitektur balai desa Vietnam. Pensiunan guru, peneliti budaya Nguyen Toa tinggal di Kecamatan Ha Mo, Kabupaten Dan Phuong, Kota Hanoi mengatakan: 

“Balai desa Van Xuan di desa Ha Mo memuja Pangeran Ly Van Lang, putra dari Raja Hau Ly Nam De dan dapat dikatakan bahwa dia berjasa dalam mempersatukan negara pada abad ke-6. Bersama dia juga ada para raja dari dinasti Tien Ly (pra-Ly)”.

Ha Mo juga dikenal dengan Pagoda Hai Giac, yang didirikan pada abad ke-6. Setelah banyak renovasi, pagoda ini tetap mempertahankan ciri keklasikan dan kemegahannya. Di dalam pagoda masih terdapat lebih dari 200 patung besar dan kecil, di antaranya ada 50 patung yang berbentuk bulat yang merupakan karya-karya seni yang sangat bernilai. Biksuni Thich Dam Chinh, Kepala Pagoda Hai Giac, Kecamatan Ha Mo, Kabupaten Dan Phuong, mengatakan: 

Pada akhir abad ke-19, ada bapak Thanh Trang - pendiri yang mengorbankan dirinya demi agama dan mengabdi masyarakat. Pagoda tersebut membangun Stupa untuk Beliau”.

Ha Mo, Desa Kuno di Tepian Sungai - ảnh 2Pensiunan guru, peneliti budaya Nguyen Toa 

Selain balai desa Van Xuan dan pagoda Hai Giac, desa Ha Mo juga memiliki kuil Van Hien yang telah diakui sebagai situs peninggalan sejarah nasional sejak awal tahun 90-an abad XX. Kuil ini terletak di daerah dataran tinggi di paling ujung desa. Di kuil ini masih terdapat banyak  bekas sejarah, antara lain: pasangan kalimat sejajar, tempat dupa, prasasti batu, benda-benda porselen, perunggu, patung kayu, dan lain-lain. Inilah khazanah budaya desa tentang tradisi haus belajar.

Selain karya arsitektur kuno dan warisan benda, Desa Ha Mo juga memiliki tradisi budaya yang berharga. 

Selama festival desa pada bulan pertama tahun imlek, masyarakat Ha Mo menyelenggarakan banyak permainan rakyat seperti: melepaskan merpati, mengadu ayam, gulat, berayun, bermain catur manusia, dan lain-lain. Permainan tidak hanya menghibur orang setelah hari kerja, tetapi juga turut membangun kehidupan spiritual yang kaya raya dan sehat. Kalau datang ke Ha Mo, tidak bisa tidak menikmati masakan di sini. Beras dan hasil pertanian di desa Ha Mo sangat beragam dan kaya raya. Orang Ha Mo sudah lama membuat masakan seperti “banh gio” (sejenis kue dibuat dari tepung ketan dan direndam dalam air abu), tahu, dan tepung tapioka. Namun yang paling istimewa adalah bubur “se” Ha Mo, hidangan bubur yang dimakan dengan sumpit yang mungkin hanya sedikit orang yang mengetahuinya. Tetaplah cara memasak bubur yang biasa. Namun alih-alih menuangkan tepung ke dalam panci dan mengaduknya dengan baik, penduduk desa Ha Mo menggulung segenggam tepung di tangan dan menguleninya secara merata. Begitu saja, hingga adonan tepung menjadi bentuk panjang dan jatuh ke dalam panci berisi air mendidih.

"Kami memilih beras yang enak, merendamnya dan memasak kaldu dari tulang hewan. Bubur “se” dimasak pada hari libur, festival, atau saat teman-teman berkumpul, bubur “se” disajikan untuk disantap".

“Desa kami memiliki kerajinan memasak bubur “se” yang istimewa. Kami ingin wisatawan datang ke sini untuk mencicipinya”.

Ha Mo, Desa Kuno di Tepian Sungai - ảnh 3Kuil Van Hien 

Melestarikan bubur tradisional tidak hanya membantu masyarakat desa Ha Mo punya pendapatan yang stabil, tetapi juga turut melestarikan keunikan dan budaya kuliner tradisional bangsa. Situs-situs peninggalan sejarah, arsitektur unik, dan kebudayaan tradisional desa Ha Mo telah menarik banyak wisatawan yang ingin menjelajahi desa kuno di tepi sungai./.

Komentar

Yang lain