Lelaki 9X Melakukan Usaha Rintisan dengan Buku Kuno

(VOVWORLD) - Punyai suratan dengan buku-buku kuno sejak masih bersekolah, saudara Nguyen Van Chuon, di Provinsi Soc Trang, Vietnam Selatan telah mengeluarkan keputusan yang berani setelah lulus. Alih-alih menjalankan profesi perguruan, dia melakukan usaha rintisan dari keganderungan mengoleksi dan berbagi buku. Sekarang, toko milik lelaki 9X telah menjadi tempat beken untuk para pecinta budaya membaca di Kota Can Tho.
Lelaki 9X Melakukan Usaha Rintisan dengan Buku Kuno - ảnh 1Toko buku kuno milik Saudara Chuon (Foto: Nhat Minh/VOV Perhubungan)

Toko buku kuno milik saudara Nguyen Van Chuon terletak di gang 132, jalan Ba Thang Hai, Subdistrik Ninh Kieu, Kota Can Tho. Aksentuasi toko tersebut ialah toko ini mempunyai banyak jenis buku  dan majalah yang telah terbitkan dulu. Menurut dia, berjualan buku kuno juga artinya berjualan “pengetahuan”, maka dia telah menyediakan banyak semangat pada toko buku kuno sendiri, menghargai setiap halaman dokumen kuno. Karena, menurut dia, pengertian dan pemahaman diri sendiri telah diperluas, sudut pandang akan kehidupan menjadi lebih mendalam juga bertolak dari toko buku ini. Dia memberitahukan dengan resmi membuka toko buku ini sejak 7 tahun yang lalu (tahun 2018) setelah waktu berjualan secara online. Dia mengatakan:

 “Seperti keluarga-keluarga yang lain, semuanya menginginkan agar anak-anaknya setelah lulus sekolah akan mendapatkan pekerjaan yang stabil. Pada awalnya, di kampung halaman saya sedikit orang yang mendekati buku, maka keluarga saya juga tidak memberikan dorongan, tapi ketika melihat keganderungan saya maka berangsur-angsur mendukung saya. Sekarang, saya memiliki dua cabang, satu di jalan 30 April, satu lain di gang 51 jalan 3 Februari”.

Lelaki 9X Melakukan Usaha Rintisan dengan Buku Kuno - ảnh 2Saudara Nguyen Van Chuon (Foto: Nhat Minh/VOV Perhubungan)

Dari beberapa buku saat  masih “mahasiswa”, hingga sekarang, lelaki yang lahir di Provinsi Soc Trang telah memamerkan sekitar 10.000 judul buku di banyak bidang di tokonya. Di antaranya, ada gudang yang menyimpan buku-buku tentang sejarah, budaya, kamus, kedokteran dan kesastraan sebelum tahun 1975 yang “sulit dicari”. Bagi dia, memiliki buku-buku tersebut tampaknya memiliki satu khazanah yang bernilai.                   

“Sekarang, para pemuda biasanya membaca ebook atau medsos, itu juga merupakan tren umum dari masyarakat. Banyak orang  membaca ebook seiring dengan buku elektronik di telepon genggam. Tapi, masih ada setidaknya orang yang membaca buku kertas untuk mendapat nostalgia, menikmati sensasi membalikkan setiap halaman dan mencari memori-memori dulu. Buku kertas memberikan pengalaman ini secara sempurna”.

Toko kecil, buku beken dan lain-lain, itu merupakan perasaan banyak orang ketika mengunjungi toko buku kuno milik saudara Chuon. Meskipun ruangnya tidak terlalu luas, tapi berkat diatur secara rapi dan tertib, maka toko ini dilihatkan sangat hangat dan sederhana. Rak buku di toko ini mempunyai beragam jenis buku yang baru diterbitkan sampai buku-buku yang telah diwarnai waktu dan usianya selama hampir separuh abad. Meskipun tidak terletak di jalan yang ramai, tapi toko ini secara rutin menyambut kedatangan dari para pecinta buku dan pecinta budaya membaca setiap hari.

Dari semua kesulitan yang dia hadapi saat melakukan usaha rintisan, saudara Chuon berangsur-angsur beradaptasi, dari mencari lahan yang sesuai sampai mengatur ruang secara harmonis dan menyerap perhatian dari para pelanggan pada saat buku elektronik sedang menduduki posisi pertama. Dengan keganderungan dan hasrat menyebarkan budaya membaca telah membantu dia dengan tekun mengikuti dan mencapai sukses di jalan ini. 

Di tengah zaman industri digital, toko buku kuno di Kota Can Tho semakin menjadi sedikit pengunjung, para pemuda yang melakukan usaha rintisan dengan buku kuno semakin jarang ada. Tapi, dengan keganderungan terbesar, saudara Chuon telah tekun membangun dan mengembangkan dua cabang toko buku kunonya. Bagi mantan mahasiswa fakultas Perguruan Sejarah, Nguyen Van Chuon, toko buku kuno tidak hanya merupakan tempat bisnis atau membantu mahasiswa menghemat biaya pembelian buku, toko ini juga menjadi ruang bagi dia untuk bertemu dengan para teman akrabnya.

Komentar

Yang lain