Menaklukkan puncak gunung Kinabalu, Malaysia

(VOVWORLD) - Saudari-saudari Nguyen Hoai Phuong dan Le Thuc Nhi adalah dua pegawai perkantoran di kota Hanoi.  Kalau melihat sepintas, tidak ada yang berpikir bahwa dua gadis ini mempunyai satu kegemaran yang “bersifat maskulin” yaitu mendaki gunung. Setelah berhasil menaklukkan puncak gunung Fansipan (provinsi Lao Cai, Vietnam) yang dianggap sebagai “Atap rumah Indocina” yang tingginya 3.143 meter, Phuong dan Nhi mengeluarkan target hampir 1000 meter lebih tinggi terbanding dengan target sebelumnya yaitu puncak gunung Kinabalu di Malaysia. 
 
Menaklukkan puncak gunung Kinabalu, Malaysia - ảnh 1 Gunung Kinabalu, Malaysia (Foto : wetrek.vn)

Le Thuc Nhi, 25 tahun, pegawai dari Perusahaan TekExpert, suka memakai rok dan sepatu berhak tinggi. Di perusahaannya, tidak sedikit orang yang menyebut dia punya gaya pakaian yang bersifat feminin. Tapi baru sebulan ini, dia bersama dengan temannya, Nguyen Hoai Phuong, pegawai perusahaan Atravelmate telah berhasil menaklukkan puncak gunung Kinabalu yang tingginya 4095 meter. Apa sebab yang membuat dua gadis Vietnam yang “tangan dan kakinya lemah ini” membuat keputusan  yang berani seperti itu. Le Thuc Nhi mengatakan: “Sejak masa anak-anak, kami berdua sudah punya kesukaan mendaki pohon sehingga pernah tangan kami patah. Ketika dewasa, kami mendaki gunung di dalam rumah. Kemudian, kami memutuskan mencoba mendaki gunung Fansipan. Setelah berhasil mendaki gunung Fansipan, kami ingin mencoba  mendaki gunung di luar negeri. Kinabalu adalah target kami selanjutnya. Menurut jadwal, kami akan menaklukkan gunung Kinabalu pada tanggal 30 April. Kami tidak bisa dengan bebas mendaki gunung ini, karena Pemerintah Malaysia menentukan harus mendaftarkan nama paket wisata mendaki gunung di sana. Kami telah memesan dulu dalam waktu 9 bulan, tapi juga tidak bisa. Mujur sekali pada waktu itu ada orang yang menganulir paket wisata mereka, kami segera merebut kesempatan itu”.

Nguyen Hoa Phuong, 27 tahun dan juga adalah seorang pegawai seperti saudari Nhi, punya kesukaan memakai sepatu berhak tinggi dan sangat menyukai mendaki gunung, dia menjelaskan: “Pada waktu kami mendaki gunung Fansipan, keluarga kami sangat menentang karena mana ada gadis yang suka berpetualangan seperti itu. Para teman laki-laki juga memberikan nasehat supaya jangan pergi. Tapi kami pikir terus melakukan latihan, berangsur-angsur akan berhasil. Semua jenis olahraga menuntut adanya kegandrungan dan latihan keras. Kami sudah punya kegandrungan, sekarang hanya tinggal berlatih saja”.

Karena merupakan  kunjungan mendaki gunung yang pertama di luar negeri, maka kedua gadis tersebut harus membuat banyak persiapan dari pakaian yang ringan dan sesuai sampai yang paling kecil seperti kotak korek api atau obat-obatan. Menurut pengalaman ketika mendaki gunung Fansipan, Nhi dan Phuong memberitahukan bahwa kadang-kadang sebatang korek api juga bisa menyelamatkan orang pada saat menghadapi bahaya. Akan tetapi, menurut saudari Nhi, hal yang paling penting dalam setiap kali mendaki gunung ialah jasmani yang kuat.

Pada tanggal 30 April, setelah lebih dari 3 jam terbang dari kota Hanoi (Vietnam) ke kota Kuala Lumpur (Malaysia), dua gadis meneruskan missi penerbangannya ke negara bagian Sabah, tempat dimana ada barisan gunung Kinabalu. Dari kaki gunung Kinabalu, Nhi dan Phuong harus naik mobil selama dua jam lagi baru tiba ke tempat berkumpulnya rombongan mendaki gunung. Ketika naik sampai ketinggian 1000 meter, awan melanda ke dalam mobil sehingga membuat para pendaki merasa senang. Rombongan pendaki ini beranggotakan 6 orang, Nhi dan Phuong adalah dua wakil asal Vietnam, para pendaki lain datang dari Australia, Amerika Serikat, Jepang dan Swedia. Pada pukul 9.30, rombongan pendaki mulai menaklukkan 6 kilomter jalan gunung yang pertama. Phuong dengan senang mengatakan: “Semua orang merasa heran karena melihat sosok tubuh kami kecil, mereka merasa takut bahwa kami akan tidak bisa mendaki gunung. Enam kilometer pertama memakan waktu kita-kira 6 jam. Di penggalan jalan ini ada 7 pos  persingahan. Di samping jalan ada air terjun kecil. Pemandu rombongan ini mengancam kalau tidak bisa tiba ke tempat peristirahatan malam sebelum pukul 17.00 akan tidak ada apa-apa untuk dimakan dan hal ini telah menjadi satu tenaga pendorong yang tidak kecil”.

Pada pukul 5.30, Phuong dan Nhi telah menginjakkan kakinya di puncak gunung Kinabalu, lebih dini 15 menit terbanding dengan target yang diajukan. Saudari Phuong mengatakan: “Ketika datang ke puncak gunung Kinabalu, saya merasa berdebar-debar. Kami dua berteriak sehingga melupakan rasa lelah. Dari ketinggian 4095 meter baru bisa melihat bagaimana kemegahan gunung Kinabalu. Waktu fajar menyingsing sangat indah, rasanya seperti bisa meraba sinar matahari. Di bawahnya adalah hutan hijau yang membentang luas. Jauh disana  ialah lapangan pantai yang penuh pasir putih, bersih dan yang lebih jauh lagi ialah laut yang membiru. Saya telah menangis”.

Dengan demikian, sekali lagi, dua gadis Vietnam itu telah menyelesaikan impiannya. Bagi Nhi dan Phuong, menaklukkan puncak gunung Kinabalu adalah menaklukkan diri sendiri. Kembali ke Vietnam, barisan gunung Himalaya akan menjadi sasaran selanjutnya bagi dua gadis ini dan satu program latihan baru terus dimulai.  

Komentar

Yang lain