Amerika Serikat menghadapi tantangan baru

(VOVworld) – Amerika Serikat pada Senin (15 April) sekali lagi terguncang oleh satu serangan bom dobel yang terjadi di lapangan Copley, di jantungnya kota Boston, tempat sedang berlangsung lomba Marathon yang besar dan menyerap partisipasi dari puluhan ribu orang, diantaranya ada para atlet yang datang dari 96 negara di dunia. Serangan bom tersebut telah menimbulkan kemarahan besar dari opini umum. Walaupun segera setelah itu, para pejabat Amerika Serikat berkomitmen akan melakukan segala kemampuannya untuk cepat menemukan pelaku serangan bom ini, tapi gema dari serangan teror ini telah mendatangkan tantangan-tantangan baru bagi Pemerintah pimpinan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

Amerika Serikat menghadapi tantangan baru - ảnh 1
Tempat kejadian serangan bom tersebut
(Foto: kenh14.vn)

Dua bom yang meledak di dekat garis finish lomba lari Marathon Boston telah mengubah event olahraga yang bergelora ini menjadi keadaan perak peranda berantakan serta berdarah-darah. Ledakan-ledakan telah menerbangkan semua orang dari tanah. Terhitung sampai saat ini, serangan tersebut telah menewaskan sedikit-dikitnya 3 orang dan melukai kira-kira 170 orang yang lain. Jumlah korban mungkin bisa terus bertambah karena ada banyak orang yang menderita luka-luka sangat berat. Segera setelah serangan ini, Presiden Barack Obama telah memberikan bimbingan kepada pemerintah federal untuk memperkuat keamanan di seluruh Amerika Serikat dan memberikan komitmen di televisi yang disiarkan langsung dari Gedung Putih bahwa, dia akan menyeret semua biang keladi serangan-serangan bom ini ke depan pengadilan. Kasus tersebut membuat kita ingat pada serangan bom teror pada lebih dari 10 tahun lalu dan opini umum beranggapan bahwa ini merupakan tantangan yang penuh duri dan onak bagi kepala Gedung Putih ketika dia memulai masa baktinya yang kedua dengan pernyataan-pernyataan akan berfokus pada masalah-masalah seperti: pengontrolan masalah senapan, imigrasi, defisit anggaran keuangan dan anti terorisme, dll.

Amerika Serikat menghadapi tantangan baru - ảnh 2
Serangan bom ini memakan banyak korban
(Foto: baomoi.com)

Segera setelah serangan tersebut terjadi, pada Selasa (16 April), para pemimpin Uni Eropa dan NATO telah serempak mengutuk serangan yang kejam tersebut. Pada hari yang sama, Federasi Atletik Internasional (IAAF) juga mengutuk serangan bom tersebut dan menganggapnya sebagai satu serangan terhadap kegagah-beranian dan kemanusiaan. Rusia, Tiongkok, Jerman, Perancis, Iran, Afghanistan, Singapura, Turki, dll juga secara serempak mengutuk serangan tersebut dan menyatakan solidaritas dengan rakyat Amerika Serikat. Presiden Rusia, Vladimir Putin, Presiden Tiongkok, Xi Jinping beserta banyak kepala negara lain di dunia telah mengirim tilgram dukacita kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Jelaslah, kata “teror” belum ditegaskan oleh Presiden Barack Obama dan para pejabat Amerika Serikat, tapi komunitas internasional tetap mengasosiasikannya dengan serangan-serangan teror pada masa lampau. Ketika meninjau kembali waktu lebih dari 10 tahun lalu, serangan teror pada 11 September 2001 telah mengubah secara mendalam situasi keamanan di Amerika Serikat dan di dunia. Dari peristiwa itu sendiri, Washington telah mencanangkan perang terhadap Afghanistan untuk memburu dan membasmi sarang organisasi teroris Al Qaeda. Setelah memburu selama satu dekade, menelan tidak sedikit biaya, usaha ini telah berakhir dengan tertembak matinya benggolan teroris, Osama Bin Laden di Pakistan pada Mei 2011.

Amerika Serikat menghadapi tantangan baru - ảnh 3
Presiden Barack Obama bersumbah akan menyeret biang keladi ke pengadilan
(Foto: vov.vn)

Penduduk Amerika Serikat pada saat itu sudah bisa bernafas “lega” seperti berhasil melepaskan beban kekhawatiran selama ini. Sejak kemenangan itu, Amerika Serikat memutuskan melakukan rencana penarikan pasukan dari Afghanistan setelah 10 tahun ikut berperang di negara ini. Akan tetapi, peristiwa yang baru saja terjadi ini telah mengubah pandangan banyak orang. Serangan ini terjadi pada saat yang sensitif, ketika Amerika Serikat sedang siap memperingati 2 tahun hari terbasminya benggolan teroris Osama Bin Laden (2 Mei 2011); bersamaan itu terjadi tepat pada hari raya Patriotik (15 April). Dua bom yang meledak dalam event yang menyerap perhatian dari kira-kira 27.000 orang dan puluhan ribu penonton, menyasar pada kota yang dianggap sebagai pusat pendidikan, tempat dimana ada Universitas Harvard dan juga dianggap sebagai salah satu diantara pusat-pusat ekonomi besar dari Amerika Serikat, jelaslah sudah menciptakan “guncangan besar”, tidak hanya bagi Amerika Serikat saja tapi juga seluruh dunia. 

Walaupun dari Pakistan, Pasukan Pembangkang Taliban telah menolak semua peranan dalam serangan-serangan bom ini, ditambah lagi ialah banyak analis menganggap bahwa serangan tersebut mungkin adalah karya dari “anasir-anasir ekstrimis sayap kanan”, yang bersangkutan dengan masalah-masalah domestik, dll, tapi serangan ini telah membunyikan suara lonceng yang keras akan perang anti terorisme yang sedang dijalankan Washington selama ini.

Sampai saat ini, biang keladi serangan masih tetap dicari oleh FBI, badan pelopor dalam usaha anti terorisme dari Amerika Serikat. Mantan personil FBI negara bagian Georgia, Charles Stone, orang yang pernah berpartisipasi pada tim anti serangan bom dari badan ini memberitahukan bahwa ada kesamaan antara serangan dobel di Boston dengan serangan bom di Olimpiade Atlanta (Amerika Serikat) pada 1996. Walaupun demikian, serangan bom dobel yang baru saja terjadi itu sekali lagi meletakkan keamanan Amerika Serikat pada tantangan baru. Pengaruh terbaru akibat serangan teror ini ialah bursa efek mengalami keguncangan. Indeks S&P 500 turun sebanyak 2%, indeks Dow Jones turun 1,79%, Nasdaq turun 1,94%. Para investor juga secara serempak mengobral jenis-jenis barang seperti minyak dan emas. Tetapi, yang paling berbahaya ialah kejiwaan penduduk Amerika Serikat kembali dihantui oleh satu serangan teror pada 10 tahun lalu./.

Komentar

Yang lain