Apakah Konflik di Jalur Gaza Meningkatkan Risiko terhadap Ekonomi Global?

(VOVWORLD) - Konflik antara Israel dan pasukan Hamas di Jalur Gaza sedang menimbulkan kekhawatiran-kekhawatiran bagi pasar dunia. Saat ini, para ekonom menilai bahwa konflik tersebut hanya memberikan dampak terbatas terhadap ekonomi dunia, tetapi mengkhawatirkan dampak-dampak yang lebih serius jika situasi di Gaza tidak terkendalikan.
Perang di Jalur Gaza telah memasuki pekan ke-2 dengan perkembangan-perkembangan yang kian sengit dan sulit diduga. Di samping jumlah jiwa yang banyak dari kedua pihak bersama dengan kekhawatiran akan satu krisis kemanusiaan yang serius, dunia kian mengkhawatirkan dampak-dampak ekonomi yang sulit diduga akibat konflik ini jika situasi tidak terkendalikan.
 
Apakah Konflik di Jalur Gaza Meningkatkan Risiko terhadap Ekonomi Global? - ảnh 1Asap naik setelah serangan udara Israel di Gaza pada tgl 7 Oktober (Foto: Reuters)

Dampak yang Terbatas dalam Jangka Pendek

Pada pekan lalu, kekhawatiran-kekhawatiran tentang konflik di Gaza telah berpengaruh terhadap nilai bermacam-macam aset, memojokkan pasar-pasar saham tenggelam dalam zona "merah", dengan serangkaian kode saham besar yang merosot secara drastis. Sebaliknya, emas – aset perlindungan yang aman – telah mengalami kenaikan harga sebesar 3% pada sesi transaksi tgl 13 Oktober dan USD – mata uang pembayaran yang paling umum di dunia – telah mencapai level tertinggi dalam sepekan.

Namun, harga minyak mentah dunia dalam sesi transaksi pada akhir pekan lalu (13 Oktober) berakhir tanpa banyak perubahan harga dibandingkan dengan awal pekan, sebesar 90 USD/barel terhadap minyak Brent Blend di Laut Utara dan sekitar 87 USD/barel terhadap minyak WTI. Menurut Ben Cahill, pakar keamanan energi di Pusat Penelitian Strategis dan Internasional (CSIS), reaksi yang relatif ringan dari pasar energi dunia menunjukkan bahwa saat ini, konflik di Gaza hanya memberikan dampak yang terbatas, karena baik Israel maupun Jalur Gaza bukanlah produsen-produsen minyak besar di dunia dan konflik tersebut tetap sedang terkendali dalam satu skala geografis yang sempit.

Koran ekonomi yang terkenal “Bloomberg” (Amerika Serikat) menganalisis bahwa satu konflik yang sama telah berlangsung antara Israel dan pasukan Hamas pada tahun 2014 dan saat itu gejolak harga minyak serta dampak konflik ini terhadap ekonomi dunia tidak jelas, karena konflik hanya terjadi di Jalur Gaza. Oleh karena itu, menurut skenario-skenario yang diajukan Bloomberg, apabila konflik sekarang ini tidak menyebar ke luar Jalur Gaza, harga minyak dunia akan hanya meningkat maksimal 3-4 USD/barel, inflasi rata-rata di dunia mungkin meningkat 0,1 poin persen dan PDB dunia juga akan hanya menurun sekitar 0,1 poin persen.

Pada sidang tahunan Bank Dunia (WB) dan Dana Moneter Dunia (IMF) yang berlangsung pada pekan lalu (9-15 Oktober) di Marrakech (Maroko), para pemimpin WB dan IMF juga tidak terlalu khawatir akan dampak langsung sekarang ini akibat konflik di Gaza. Namun, Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, menganggap bahwa konflik di Gaza meningkatkan kekhawatiran terhadap perekonomian dunia yang sedang ada banyak faktor yang tipis:

Kita telah melihat gejolak harga minyak selama beberapa hari ini, kita juga telah menyaksikan reaksi-reaksi pasar. Kami sedang memantau secara cermat perkembangan-perkembangan ini dan jelaslah bahwa ini merupakan satu awan gelap terhadap satu masa depan perekonomian dunia yang tidak begitu cerah”.

Apakah Konflik di Jalur Gaza Meningkatkan Risiko terhadap Ekonomi Global? - ảnh 2Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF (Foto: EPA)

Ketidakpastian dalam Jangka Panjang    

Dampak ekonomi sekarang ini akibat konflik di Gaza tidak terlalu mengkhawatirkan, namun banyak pakar juga menganggap bahwa situasi akan berbeda jika konflik tidak terkendalikan. Pada akhir pekan lalu (tgl 13 Oktober), harga minyak masa depan telah meningkat sekitar 6% karena para investor mengkhawatirkan perkembangan-perkembangan yang sulit diduga di Gaza.

Dalam skenario yang paling buruk, yaitu konflik di Gaza tidak terkendalikan, Bloomberg menganggap bahwa harga minyak dunia mungkin meningkat menjadi lebih 150 USD/barel, sehingga inflasi rata-rata di dunia mencapai 6%, dari situ pertumbuhan dunia akan menurun 1 poin persen pada tahun depan. Kepala ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, juga menilai bahwa setiap kali harga minyak naik sekitar 10% akan meningkatkan inflasi dunia 0,4 poin persen dan mengurangi pertumbuhan dunia sebesar 0,15 poin persen.

Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Ngozi Okonjo-Iweala, memperingatkan ketidakpastian ini:

Ada satu hal yang tidak pasti ialah apakah konflik sekarang ini meluas ke kawasan atau tidak. Jika hal ini berlangsung, ekonomi dunia akan terkena dampak yang sangat besar. Selain itu, juga ada satu ketidakpastian tentang bagaimana akhirnya konflik sekarang ini. Semua yang telah terjadi merupakan hal yang sangat disayangkan dan kami berharap agar semua kekerasan sekarang ini akan dihentikan”.

Menurut banyak pakar, hal yang lebih patut diperhatikan sekarang ini ialah kekhawatiran-kekhawatiran terhadap ekonomi makro dunia. Menurut pakar ekonomi internasional Brennan McKenna dari Bank Wells Fargo (Amerika Serikat), konflik sekarang ini di Gaza mempercepat proses deglobalisasi modal yang kian lebih jelas setelah Pandemi Covid-19 dan konflik di Ukraina, bersamaan itu mengancam pemulihan ekonomi yang tipis di beberapa kawasan, khususnya di Amerika Serikat dan Uni Eropa./.

Komentar

Yang lain