(VOVWORLD) - Konflik Ukraina, konflik bersenjata yang paling besar di Eropa sejak Perang Dunia II, genap tiga tahun pada tgl 24 Februari ini. Meskipun pertempuran-pertempuran di medan perang tetap terjadi secara sengit, harapan akan satu kesepakatan damai dan penghentian konflik sedang menjadi lebih besar dari pada sebelumnya berkat impuls dari Pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang baru.
Serdadu Ukraina (Foto: AFP/VNA) |
Titik Balik bagi Perdamaian
Tiga tahun sejak meledak, konflik tersebut menimbulkan dampak-dampak serius tentang manusia maupun ekonomi terhadap semua pihak terkait, khususnya Ukraina. Terhitung sampai akhir tahun 2024, banyak organisasi keuangan-ekonomi besar memprakirakan Ukraina harus membayar kira-kira 500 miliar USD untuk melakukan restrukturisasi pasca konflik, karena perekonomian negara ini telah mengalami kerusakan secara serius, khususnya infrastruktur industri dan energi. Jutaan orang Ukraina harus meninggalkan tanah air untuk mengungsi.
Pada pihak Rusia, beban konflik dan semua sanksi dari Eropa juga menimbulkan tekanan besar terhadap perekonomian baik untuk jangka pendek, maupun untuk jangka panjang. Bagi Eropa dan dunia, dampak yang paling serius akibatkan konflik di Ukraina ialah bahaya permanen tentang satu musibah keamanan global ketika eskalasi konflik semakin menjadi sengit.
Tetapi, pada saat genap 3 tahun meledak, konflik di Ukraina juga sedang mencatat titik-titik balik yang bersifat menentukan, bisa mendorong semua pihak mendekati kesepakatan perdamaian lebih dari pada yang sudah-sudah. Impuls itu datang dari Pemerintahan AS yang baru. Belum genap sebulan ketika kembali berkuasa, Presiden AS, Donald Trump, pada tgl 12 Februari telah melakukan pembicaraan telepon pertama dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk mengaktifkan negosiasi-negosiasi tentang penghentian konflik di Ukraina. Tidak hanya mengubah secara komprehensif pendekatan dengan Rusia, Presiden AS, Donald Trump juga menganggap pemecahan atas konflik Ukraina sebagai prioritas papan atas sekarang dan menegaskan akan menimbulkan tekanan agar Rusia dan Ukraina harus melakukan dialog.
“Saya pikir bahwa Presiden Putin dan Presiden Zelensky harus bersama-sama melakukan pembicaraan. Karena kami ingin menghentikan perihal jutaan orang kehilangan nyawa. Oleh karena itu, saya mengharapkan satu gencatan senjata, satu kesepakatan dan saya berpikir bahwa kami mendapat peluang untuk melaksanakan hal tersebut”.
Untuk mendorong kesepakatan, Pemerintah AS di satu segi melakukan negosiasi langsung dengan Rusia untuk menegaskan penetapan kembali keseluruhan hubungan bilateral, di segi lain menimbulkan tekanan guna memaksa Ukraina harus menerima beberapa konsesi, baik tentang ekonomi maupun tentang keamanan. Bagi Eropa, Pemerintah AS juga meminta blok ini harus mimikul tanggung jawab keamanan poros, melalui meningkatkan biaya pertahanan dan membuat kembali skenario menjamin keamanan bagi Ukraina pasca konflik. Menurut kalangan pengamat, AS mengajukan target yang sangat ambisius yaitu harus menangani konflik Ukraina sebelum hari Paskah pada akhir bulan April ini.
Masalah Sulit untuk Eropa
Meskipun semua pihak juga menginginkan perdamaian kembali di Ukraina, tetapi masalah terbesar sekarang ialah bagaimana cara mencapai perdamaian ini. Perihal AS-Rusia mengecualikan Ukraina dan Eropa ke luar dari negosiasi-genosiasi pertama, seiring dengan tekanan dari AS terhadap Ukraina tentang kesepakatan mineral senilai 500 miliar USD sedang menimbulkan suasana yang tidak tenang di seluruh Eropa, bersamaan itu menimbulkan tantangan tentang solidaritas dan kemampuan negara-negara Eropa dalam masalah Ukraina.
Persoalan yang paling sulit terhadap Eropa pada pekan ini yaitu Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan Perdana Menteri (PM) Inggris, Kei Starmer tiba ke AS untuk meyakinkan Presiden AS, Donald Trump supaya mendukung strategi keamanan Eropa, di antaranya, titik beratnya ialah AS mengeluarkan penjaminan-penjaminan keamanan bagi skenario menggelar serdadu pemelihara perdamaian Eropa ke Ukraina, apabila semua pihak mencapai kesepakatan gencatan senjata. Tetapi, menurut pakar Philip Golub, Profesor Hubungan Internasional dari Universitas AS di Paris, kemungkinan Eropa meyakinkan Presiden Donald Trump tidak tinggi.
Berbagi tentang pandangan ini, pakar Armida Van Rij, Direktur Program Eropa di Institut Chatham House (Inggris) menyatakan bahwa semua perkembangan sekarang ini menegaskan kecenderungan yang tidak bisa dibalikkan tentang penarikan AS dari semua komitmen keamanan terhadap Eropa dan proses menangani konflik Ukraina akan merupakan uji-coba terbesar terhadap Eropa dalam hal apakah blok ini mampu memikul tanggung jawab melindungi keamanan dan kepentingan benua ini atau tidak, atau menerima dikesampingkannya dalam semua perkembangan sekarang ini.