Komunitas Ekonomi ASEAN dan target-target integrasi

(VOVWORLD) - Konferensi  ke-25 Menteri Ekonomi ASEAN terbatas (AEM 25) berlangsung di Kota Phuket, Thailan Selatan dari 22 sampai 23 April ini. Di samping target-target  utama yang dibahas di konferensi kali ini yaitu mempercepat penyelesaian perundingan tentang Perjanjian Kemitraan Ekonomi  Komprehensif Regional (RCEP) pada akhir tahun ini, para Menteri Ekonomi ASEAN sepakat perlu mencapai persetujuan dalam intra-kawasan sebelum mengadakan perundingan dengan negara-negara mitra.

RCEP diawali dari bulan Februari 2017 dan dijadwalkan akan menyelesaikan perundingan pada akhir tahun ini. Sekarang, para anggota pada pokoknya telah memecahkan semua perundingan tentang pendekatan pasar terhadap komoditas dan jasa bagi kira-kira 80% total jenis barang dan nilai ekspor. Namun, untuk menguasasi semua peluang dari RCEP, semua negara ASEAN perlu sepakat  dengan usaha menciptakan kemudahan perdagangan intra-kawasan, menjamin agar seluruh kawasan mendapat keuntunggan dari kerjasama dan integrasi ekonomi di kawasan.

Mengurangi pagar rintangan perdagangan intra-kawasan.

Satu kemajuan besar di Konferensi AEM Retreat kali ini ialah para Menteri Ekonomi ASEAN telah menandatangani dua naskah penting yaitu Perjanjian Perdagangan Jasa ASEAN (ATISA) dan Protokol ke-4 amandemen Perjanjian Investasi Komprehensif ASEAN (ACIA). Menurut itu, ATISA punya tujuan  memperbaiki standar-standar  ketentuan bagi  sektor jasa di kawasan, mengurangi pagar-pagar rintangan yang tidak perlu terhadap perdagangan jasa dalam ASEAN. Kelompok cabang-cabang jasa yang mendapat keuntungan terdiri dari  perawatan kesehatan, parwisata, perhotelan, restoran, pembangunan, jasa konferensi dan pameran. Sementara itu, Protokol ke-4 amandemen ACIA akan memecahkan masalah di mana pemerintah-pemerintah mengeluarkan persyaratan tertentu terhadap para investor asing untuk mendorong  investasi di kawasan.

Pada konferensi kali ini, para Menteri Ekonomi ASEAN juga sepakat mempercepat laju menyatukan sistim-sistim satu pintu nasional di negara-negara anggota ASEAN untuk cepat memecahkan prosedur pabean barang dagangan. Sistim satu pintu ASEAN (ASW) mendorong perdagangan lintas perbatasan dengan cara membolehkan melaksanakan pertukaran elektronik surat-surat yang bersangkutan dengan perdagangan antar-negara anggota ASEAN. Berkat adanya ASW, waktu penungguan terhadap barang dagangan di kawasan perbatasan mungkin akan berkurang dari 10 hari menjadi hanya tinggal 3 hari.

Sekarang negara-negara ASEAN sedang menggelarkan sistim ini, menyelesaikan langkah-langkah teknis untuk melayani pertukaran formulir pabean ASEAN dalam 10 negara ASEAN. Ketika menilai upaya melakukan integrasi ekonomi intra-kawasan, mengurangi pagar rintangan perdagangan  melalui mekanisme ini, Wakil Presiden Bank Dunia  urusan Kawasan Asia Timur-Pasifik mengatakan: “Saya pikir perlu memuji semua pemerintah ASEAN dalam upaya  menggelarkan mekanisme satu pintu ASEAN karena ini merupakan langkah prasyarat penting Tetapi, mekanisme ini belum  sempurna, tetap bisa memperbaiki mekanisme ini agar itu beraktivitas sesuai dengan arti-nya arti “1 pintu”. Namun ini tetap merupakan langkah permulaan yang penting. Pemerintah pemerintah sekarang perlu mencari tahu tentang masalah yang masih menyisa dalam mengoperasikan mekanisme satu pintu dan terus menyempurnakannya.

Komunitas Ekonomi ASEAn dan target-target integrasi.

Di tahun memegang jabatan sebagai Ketua bergilir ASEAN, Thailand telah mengeluarkan 13 target ekonomi yang ambisius untuk mendorong integrasi regional sesuai dengan tiga pilar  yaitu membantu ASEAN menyiapkan Revolusi Industri 4.0; Mendorong konektivitas ASEAN melalui perdagangan, investasi, pariwisata dan Memperkuat perkembangan ekonomi yang berkesinambungan dalam ASEAN.

ASEAN sekarang ini merupakan organisasi regional yang memiliki perjanjian perdagangan bebas  paling banyak dan dalam visi 2025, pada latar belakang dunia sedang mengalami kecenderungan anti-globalisasi dan proteksionisme perdagangan maka ASEAN terus melaksanakan kebijakan regionalisme yang terbuka. Hal ini membuka peluang-peluang besar bagi proses integrasi regional dan integrasi ekonomi global dari ASEAN. Dalam proses itu, Vietnam berhaluan mendorong kerjasama utra-kawasan, bersama-sama dengan ASEAN memperluas kerjasama dengan mitra-mitra di luar, di antaranya RCEP merupakan satu perjanjian yang ditunggu-tunggu. Deputi Menteri Luar Negeri Viet Nam, Nguyen Quoc Dung, Kepala SOM Viet Nam menyatakan: “Viet Nam menginginkan agar perdagangan internal akan lebih diperhebat. Vietnam tidak hanya melakukan integrasi dengan ASEAN, melainkan juga, melakukan integrasi dengan banyak negara di dunia, khususnya berbagai pusat dari perekonomian-perekonomian besar. Ketika Viet Nam memperhebat integrasi ke luar, Viet Nam berhaluan bersama-sama dengan negara-negara ASEAN memperhebat peningkatan perdagangan. Ada partisipasi banyak perekonomian besar dan kepentingan ekonomi sangat besar, maka ASEAN punya tekad dan hasrat bersama ialah mempercepat proses perundingan agar cepat mencapai hasil”.

Dalam ASEAN, terhitung sampai sekarang, Viet Nam merupakan salah satu di antara 5 negara ASEAN pertama yang melakukan pertukaran formulir bea cukai elektronik dalam mekanisme satu pintu ASEAN, prosentase penghapusan tarif dari Vietnam dalam kerangka Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN mecapai 98%. Untuk menyiapkan tahun Keketuaan ASEAN 2020, Vietnam terus berkoordinasi erat dengan negara-negara ASEAN yang lain dalam menggelarkan Rencana Aksi Strategis AEC 2025 dan sebagainya. Melalui gagasan-gagasan konektivitas dalam ASEAN, visi Komunitas 2025, berupaya membawa ASEAN masuk ke 10 Besar perekonomian yang paling kuat di dunia.

 

Komentar

Yang lain