Konferensi Jenewa II tentang Suriah - banyak tantangan ketika belum dimulai

(VOVworld) - Menurut prakiraan, pada Rabu (22 Januari), Konferensi Perdamaian tentang Suriah (Jenewa II) akan diselenggarakan do kota Montreux, Swiss. Konferensi ini diharapkan akan memulai proses pembentukan satu Pemerintah transisi untuk menghentikan perang saudara yang memakan waktu kira- kira tiga tahun  ini di Suriah. Akan tetapi, semua pandangan  yang berkontradiksi dan berselisih secara mendalam antara berbagai fihak telah menyelubungi bayangan hitam pada konferensi ini. 

Konferensi Jenewa II tentang Suriah - banyak tantangan  ketika belum dimulai - ảnh 1
Konferensi Jenewa II.
(Foto: xalo.vn)

Delegasi Suriah akan dikepalai oleh Walid Muallem, Menteri Luar Negeri (Menlu) Suriah. Selain itu juga ada Deputi Menteri Luar Negeri Faisal al-Moqdad, Penasehat dari Presiden Bouthaina Shaaban, Duta Besar Suriah di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Bashar al-Jaafari. Ahmad Jarba, Ketua Persekutuan Nasional Suriah (SNC) yang mengepalai faksi oposisi  menghadiri konferensi ini. Bersama dengan itu yalah kira-kira 10 utusan dari berbagai etnis kelompok oposisi di Suriah, wakil dari kira-kira 40 negara dan organisasi internasional.

Konferensi Jenewa II dimulai dari 22 Januari dengan satu pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Ban Ki-moon. Perundingan resmi di Jenewa (Swiss) dimulai dua hari setelah itu.

Pandangan bertentangan antara wakil Pemerintah Suriah dan faksi oposisi

Meskipun Persekutuan Nasional Suriah (SNC) resmi membenarkan akan menghadiri Konferensi Jenewa- II tentang Suriah setelah PBB menarik kembali undangan  terhadap Iran, maka sekutu poros dari Pemerintah pimpinan Presiden Bashar al-Assad, akan tetapi semua pernyataan keras, yang tidak konstruktif masih diajukan oleh SNC. Wakil SNC menyatakan bahwa SNC berpartisipasi pada konferensi itu dengan tujuan satu-satunya yalah menggulingkan Presiden Bashar al-Assad. Sementara itu, semua kelompok oposisi  lain di Suriah memutuskan akan tidak mengirim wakil-nya untuk menghadiri konferensi ini, karena menganggap ini sebagai “alat menipu”.

Ketika menanggapi pernyataan tersebut, Pemerintah Suriah dengan terus terang menegaskan akan  tidak menerima  tuntutan faksi oposisi  yaitu menuntut  kepada Presidan Bashar al-Assad  supaya lengser. Menteri Luar Negeri Suriah, Walid al-Muallem mengatakan bahwa  orang-orang  yang menuntut kepada  Bashar al-Assad supaya lengser perlu bangun dari mimpi. Presiden Suriah, Bashar al-Assad  mengemukakan  jelas bahwa dia akan mengusahakan satu masa  bakti baru dalam pemilihan Presiden  pada bulan Juni mendatang dan mengimbau kepada  Konferensi ini berfokus pada “perang anti terorisme” yang hakekatnya ialah menghentikan bantuan kepada kelompok-kelompok teroris bersenjata di Suriah. Ini akan merupakan satu bagian penting  bagi semua solusi politik yang sukses  terhadap krisis  di Suriah.

Pandangan yang bertentangan tidak hanya  ada antara  wakil Pemerintah Suriah dengan Persekutuan Nasional, melainkan juga terjadi  dalam  internal SNC. Buktinya ialah setelah Persekutuan Nasional Suriah (SNC) menegaskan akan menghadiri  Konferensi Perdamaian Jenewa II, Dewan Nasional Suriah-kelompok  oposisi yang paling besar di negara ini menyatakan akan menarik diri dari Persekutuan Nasional Suriah untuk memprotes konferensi ini. Sebab-musababnya ialah partisipasi pada Konferensi Jenewa II akan tidak mempertahankan  sesuai komitmen tentang tidak akan berpartisipasi pada perundingan sampai saat Presiden  Suriah, Bashar al-Asssad  melepaskan kekuasaan.

 

Lebih dari satu tahun setelah terjadi bentrokan yang berlumuran darah di Suriah (3 Maret 2011), baik Moskwa maupun Washington telah mencapai kesepakatan bahwa hanya satu solusi politik barulah bisa membantu menerobos krisis dan kemacetan politik di Suriah. Pada Juni 2012, pejabat Rusia dan Amerika Serikat dan banyak negara besar  berkumpul di Jenewa, mencapai permufakatan tentang peta jalan transisi politik untuk Suriah yang disebutkan dengan nama lain yalah “Pernyataan bersama tentang Jenewa”.

Sampai sekarang, meskipun semua fihak telah menjalankan banyak upaya untuk mendorong Pernyataan bersama, akan tetapi semuanya mengalami kegagalan, penyebab paling utama yalah semua fihak masih khawatir akan peranan Presiden Bahsar al- Assad  dalam dan pasca periode transisi./.

Iran dengan mendadak dipinggirkan.

Pada saat  Pemerintah pimpinan Presiden  Bashar al-Assad  dan faksi oposisi   masih ada perselisihan  yang mendalam tentang banyak isi  menjelang Konferensi tersebut, pembatalan mendadak oleh PBB tentang undangan kepada Iran-sekutu pokok dari Pemerintah pimpinan Presiden  Bashar al-Assad  untuk menghadiri Konferensi ini pada saat-saat terakhir  dianggap akan menyebabkan  kekisruhan  baru.

Opini umum  tetap belum melupakan pernyataan Menlu Rusia, Sergei Lavrov sebelumnya yang isinya mengecam sikap yang kurang berkemauan baik  dari faksi  oposisi Suriah  terhadap  partisipasi Iran pada Konferensi Perdamaian Jenewa II.

Menlu Sergei Lavrov menunjukkan bahwa kalau Iran tidak menghadiri konferensi ini, sidang pleno  akan laksana “satu senda-gurau”. Menurut dia, Pemerintah Suriah telah sepakat duduk pada meja perundingan, tapi tidak mengajukan sebarang prasyarat manapun, oleh karena itu, negara- negara yang langsung memberikan bantuan keuangan dan memberikan perlengkapan senjata kepada pasukan oposisi di Suriah juga harus  melakukan tindakan serupa.

Dari Beijing, Jubu bicara  Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hong Lei telah menekankan peranan negara- negara di kawasan adalah sangat penting. Beijing mendukung negara ini  untuk mendorong satu solusi politik atas bentrokan di Suriah.

Oleh karena itu, perihal PBB menarik kembali undangan terhadap Iran, sudah pasti akan menimbulkan reaksi- reaksi baru dari Rusia dan  Tiongkok, bersamaan itu  akan menciptakan kesulitan-kesulitan tertentu di jalan mengusahakan solusi positif untuk masalah Suriah.

Sekjen Ban Ki-moon pernah menyebutkan Konferensi Jenewa II sebagai “satu instrumen untuk transisi seara damai”. Akan tetapi, semua yang sedang berlangsung  tampak-nya bertentangan dengan keinginan dan harapan kepala organisasi multilateral yang paling besar di dunia ini./.

Komentar

Yang lain