Menenangkan sekutu, meredakan lawan - Misi yang tidak diselesaikan

(VOVworld) - Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat (AS), Joe Biden pada Kamis (5 Desember) meneruskan kunjungan di Beijing (Tiongkok), persinggahan kedua dalam kunjungan kerja  ke-3 di negara-negara Asia yalah Jepang, Tiongkok dan Republik Korea. Berlangsung pada latar belakang ketegangan di kawasan bereskalasi yang bersangkutan dengan pernyataan sefihak Beijing membentuk zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) di Laut Hoatung, kalangan pengamat berharap supaya dengan prestise-nya dan hubungan pribadi yang dekat dengan pemimpin Tiongkok Xi Jin-ping, kunjungan yang dilakukan Wapres Joe Biden bisa membantu menurunkan suhu keketgngan. Akan tetapi, semua yang sedang berlangsung memperlihatkan bahwa misi kerujukan Wapres Joe Biden  sulit  mencapai hasil seperti yang dinginkan. 

Menenangkan sekutu, meredakan  lawan - Misi  yang tidak diselesaikan - ảnh 1
Wapres AS,  Joe Biden dan Presiden Tiongkok, Xi Jin-ping.
( Foto: vov.vn)


Dari rencana awal tentang satu misi perdagangan, kunjungan yang dilakukan Wapres Joe Biden sekarang berfokus pada eskalasi ketegangan-ketegangan keamanan. Jepang, Tiongkok dan Republik Korea sedang menjadi titik berat perdebatan yang bersangkutan dengan dua pulau yang baik Tokyo maupun Beijing, semuanya menyatakan klaim kedaulatan. Perang mulut semakin menjadi tegang dan mengancam  menyalakan konfrontasi militer. Oleh karena itu, pilihan awal destinasi dan akhir kunjungan telah sedikit mencerminkan minat Washington, bahwa tidak hanya untuk meredakan hubungan kepada Bejing, melainkan juga menegaskan komitmen dengan sekutu Tokyo dan Seoul bahwa rencana AS memindah poros strategi-nya ke Asia tidak pernah dilupakan.

Pernyataan lisan dan tindakan nyata.

Meskipun tidak resmi menentang Tiongkok dalam sengketa wilayah laut dengan Jepang, tapi Washington  berulang kali pernah menegaskan kepada Tokyo  bahwa  kepulauan Senkaku di Laut Hoatung tetap berada dalam Traktat Keamanan Bersama dari dua negara dan memprotes semua upaya yang mau mengubah penguasan  Jepang terhadap kepulauan ini.

Tiga hari setelah Tiongkok menyatakan membentuk ADIZ, Washington telah mengerahkan dua pesawat pembom B.52 ke zona ini, bersamaan itu menetapkan jelas tiga pedoman ialah tidak menerima ADIZ yang dikeluarkan Tiongkok, tidak memenuhi tuntutan Tiongkok seperti menyiarkan gelombang radio dan memberitahukan terlebih dulu rencana terbang dan tidak mengubah aktivitas-aktivitas militer AS di zona ini. Dan hanya tiga hari sesudahnya, Washington melakukan lagi satu tindakan yang sulit dimengerti oleh sekutunya ketika menyatakan bahwa semua pesawat terbang sipil AS sebaiknya menaati semua ketentuan Tiongkok di kawasan. Meskipu segera menjelaskan bahwa hal ini tidak berarti AS menerima tuntutan-tuntutan Tiongkok tentang ADIZ, tapi “sikap yang tidak jelas” Washington ini telah membuat Tokyo naik pitam dan mengecam keras. Oleh karena itu, setibanya di Jepang, Wapres Joe Biden harus menenangkan sekutu-nya  bahwa persekutuan militer antara dua negara  yang sudah ada sejak tahun 1950 tetap punya nilai dan AS telah, sedang dan akan bahu-membahu  dengan  para sekutu di kawasan. 

Namun, pernyataan-pernyataan secara lisan adalah satu soal, sedangkan menjelaskan tindakan-tindakan nyata adalah soal lain. Bisa dilihat,  Wapres Joe Biden  telah  terperangkap  ke dalam  situasi yang sulit bicara dalam kunjungan ini. Sudah sejak sebelum tiba di Beijing, Wapres Joe Biden telah disambut dengan sikap awas-awas dari kalangan pers Tiongkok. Semua kecemasan Washington tentang ADIZ dari Beijing yang dikemukakan dalam pertemuan  dengan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe  telah dikecam keras oleh Tiongkok. Koran “The China Daily” dari Tiongkok, pada Rabu (4 Desember), telah memperingatkan bahwa dukungan Joe Biden terhadap Jepang bisa merugikan  kepercayaan dia di Tiongkok dan bahwa jika AS dengan sungguh-sungguh ingin mengurangi ketegangan di kawasan, pertama-tama negara ini harus menghentikan dukungan terhadap semua kebijakan “di bibir lobang perang” yang berbahaya dari Tokyo. Tidak tahu sikap keras Beijing atau makna penting dalam mempertahankan hubungan yang stabil dengan  sahabat besar membuat tujuan kunjungan Wapres Joe Biden  tampaknya  telah  sesat arah. Isi ADIZ yang diungkapkan terlalu kabur dalam pembicaraan dengan Xi Jin-ping, sebagai gantinya yalah cara pendekatan untuk menuju ke penggalangan hubungan negara adi kuasa tipe baru pada abad ke -21, seperti  rekomendasi yang diajukan Xi Jin-ping dalam kunjungan-nya di AS pada awal tahun 2013 ini. Yang membuktikkan hal ini yalah jabatan-jabatan tangan yang ketat antara dua pemimpin dan pernyataan dari Xi Jin-ping bahwa dialog dan kerjasama  merupakan pilihan yang tepat dan satu-satunya bagi  dua negara.

Misi yang sulit

Jelaslah bahwa meskipun merasa cemas akan bangkitnya Tiongkok, akan tetapi  ketika menghadapi satu lawan yang “patut  diawas”, Washington tetap  tidak sepenuh-nya membelakangi Beijing. Tidak hadir Presiden AS, Barack Obama pada dua Pertemuan Puncak  di kawasan Asia-Pasifik pada Oktober lalu juga membuat AS lebih  hati-hati dan lebih lihay dalam menjalankan diplomatik terhadap negara-negara adi kuasa di kawasan Asia Timur. Semua perkembangan sekarang memperlihatkan bahwa misi diplomatik Wapres AS, Joe Biden adalah sangat sulit. Kunjungan Wapres Joe Biden bisa tidak mencapai hasil manapun, kecuali hanya meninggalkan  selar tentang kehadiran AS, setiap kali  di kawasan ini terjadi sesuatu kejadian./.




Wapres AS, Joe Biden (kiri) dan Presiden Tiongkok Xi Jin-ping (kanan)
(Foto: vov.vn)
Wapres AS, Joe Biden (kiri) dan Presiden Tiongkok Xi Jin-ping (kanan)
(Foto: vov.vn)

Komentar

Yang lain