Mengurangi Ketegangan di Semenanjung Korea demi Perdamaian dan Stabilitas di Asia Timur dan Dunia

(VOVWORLD) - Akhir-akhir ini, situasi di Semenanjung Korea terus mengalami banyak perkembangan yang menegangkan. Dalam konteks situasi geopolitik global yang rumit, masyarakat internasional mendesak pihak-pihak terkait untuk bertindak secara bertanggung jawab dan konstruktif, demi perdamaian dan stabilitas kawasan dan dunia.
Mengurangi Ketegangan di Semenanjung Korea demi Perdamaian dan Stabilitas di Asia Timur dan Dunia - ảnh 1Rudal Hwasong-17 milik Republik Demokrasi Rakyat Korea (Foto: KCNA)

Dalam pernyataan resmi pada 24 November, Kim Yo-jong, adik perempuan pemimpin Republik Demokratik Rakyat Korea Kim Jong-un, mengatakan bahwa ketegangan akan meningkat jika Republik Korea mengenakan sanksi terhadap Republik Demokratik Rakyat Korea. Peringatan itu dikeluarkan dua hari setelah Kementerian Luar Negeri Republik Korea memberitahukan sedang mempertimbangkan sanksi independen terhadap Republik Demokratik Rakyat Korea jika Pyongyang melakukan uji coba nuklir.

Situasi yang Menegangkan

Statistik dari sumber-sumber regional dan internasional menunjukkan bahwa hanya dalam empat hari pertama bulan ini (2-5 November), Republik Demokratik Rakyat Korea meluncurkan total lebih dari delapan puluh rudal dari semua jenis, di antaranya pada 3 November saja meluncurkan hingga dua puluh tiga rudal, sama dengan jumlah rudal yang diluncurkan negara ini sepanjang tahun 2017. Peluncuran terakhir dilakukan pada 18 November dengan satu rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu menjangkau wilayah Amerika Serikat (AS).

Kalangan otoritas dan media Republik Demokratik Rakyat Korea menegaskan bahwa peluncuran rudal dan uji coba senjata itu bertujuan untuk membalas latihan- latihan dan aksi militer berskala besar yang dilakukan oleh AS, Republik Korea, dan Jepang di kawasan. Beberapa yang paling menjadi perhatian ialah latihan perang AS-Republik Korea yang disebut “Ulchi Freedom Shield” (Perisai Kebebasan Ulchi) yang berlangsung pada akhir Agustus 2022 dengan partisipasi ribuan prajurit, kapal perang, dan pesawat; latihan pertahanan bersama AS- Republik Korea dengan skala besar yang disebut “Hoguk” yang dilakukan pada paruh kedua Oktober 2022; dan khususnya latihan angkatan udara AS-Republik Korea yang disebut “Vigilant Storm” yang berlangsung pada awal bulan ini dengan partisipasi lebih dari dua ratus pesawat dari berbagai jenis.

Vigilant Storm” adalah latihan gabungan AS-Republik Korea dengan skala terbesar dalam lima tahun terakhir, dianggap sebagai alasan utama mengapa Republik Demokratik Rakyat Korea melakukan peluncuran rudal dengan sejumlah terbanyak yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 3 November, sehingga mendorong ketegangan di Semenanjung Korea mencapai level tertinggi sejak tahun 2017 ketika Pyongyang melakukan uji coba nuklir keenam.

Upaya untuk Mengurangi Ketegangan

Menurut para analis internasional, dalam konteks situasi geopolitik global yang rumit, ketegangan di Semenanjung Korea berisiko menciptakan efek yang merugikan secara serius upaya internasional dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di seluruh dunia.

Mengurangi Ketegangan di Semenanjung Korea demi Perdamaian dan Stabilitas di Asia Timur dan Dunia - ảnh 2Ibu Kim Yo-jong (Foto: KCNA)

Menghadapi kenyataan yang memprihatinkan tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa, organisasi internasional, dan negara-negara lain telah berulang kali mengimbau semua pihak yang terlibat dalam persoalan Republik Demokratik Rakyat Korea untuk menahan diri, tidak membiarkan situasi tereskalasi, dan bersamaan dengan itu mengusahakan solusi untuk masalah tersebut. Di antaranya, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa sendiri telah melakukan hingga sembilan pertemuan khusus tentang persoalan Republik Demokratik Rakyat Korea sepanjang tahun 2022 ini. Pada pertemuan terakhir pada 4 November, Asisten Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan politik, Khaled Khiari mendesak Dewan Keamanan untuk melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mencegah ketegangan meningkat di Semenanjung Korea. Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres meminta Pyongyang untuk mematuhi kewajiban internasionalnya yang tercantum dalam resolusi Dewan Keamanan yang relevan, dan bahwa Pyongyang harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melanjutkan negosiasi demi agenda denuklirisasi Semenanjung Korea.

Sementara itu, negara-negara adikuasa di dunia seperti Rusia, AS, Tiongkok, dan lain-lain, meskipun belum mencapai kesepakatan bersama untuk menyelesaikan ketegangan di Semenanjung Korea, juga terus menekankan perlunya mendorong upaya diplomasi, dialog, dan menghindari semua tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan demi perdamaian dan stabilitas di Asia Timur dan dunia.   

Komentar

Yang lain