Negara AS pasca pilpres: Berkiblat ke Persatuan dan Penyembuhan

(VOVWORLD) - Amerika Serikat (AS) baru saja mengalami pilpres yang bersejarah dengan persaingan yang sengit antara presiden petahana Donald Trump yang mewakili Partai Republik dan Joe Biden yang mewakili Partai Demokrat. Meskipun hingga saat ini Gedung Putih belum mengkonfirmasikan hasilnya, tetapi pilpres ini tampaknya menunjukkan perpecahan di internal AS. Dan tugas presiden yang ke-46 dalam sejarah AS ialah harus menyatukan dan mengaitkan warga. Satu tugas yang tidak mudah pada latar belakang AS sedang menghadapi banyak kesulitan, khususnya wabah Covid-19 belum ada tanda-tanda turun suhu.
Negara AS pasca pilpres: Berkiblat ke Persatuan dan Penyembuhan - ảnh 1Bapak Joe Biden dan ibu Kamala  (Foto: AP) 

Pilpres-pilpres merupakan kesempatan bagi warga AS untuk menunjukkan keinginan agar jajaran pimpinan masa bakti baru yang mereka percayai  untuk memberikan suara. Pilpres tahun ini menunjukkan jumlah rekor pemilih yang memberikan suara dari kedua Partai Republik dan Partai Demokrat. Tetapi, mereka tidak berhasil mencapai suara bersama tentang hasratnya terhadap presiden untuk masa bakti selanjutnya.

 

Satu Negara AS yang Terpecah-Belah

Kalangan analis menyatakan bahwa AS tahun 2020 terpecah-belah setelah puluhan tahun. Jumlah rekor pemilih yang memberikan suara di banyak tempat untuk menunjukkan tekad politik pada latar belakang wabah merupakan tanda yang menunjukan perpecahan antara para pendukung Partai Republik dan Partai Demokrat.

Menurut hasil survei dari Kantor Berita AP pasca pilpres, para pendukung dari Partai Demokrat dan Partai Republik memiliki perbedaan pandangan yang  jelas tentang masalah-masalah prioritas dan tantangan yang sedang dihadapi negaranya. Konkretnya, para pendukung Joe Biden menginginkan agar pemerintah federal memprioritaskan pence gahan penyebaran wabah Covid-19 meskipun hal ini berarti perekonomian bisa menderita lagi kerugian. Sebaliknya, hampir semua pemilih pendukung Donald Trump menginginkan adanya satu arah pendekatan yang terpusat terhadap perekonomian.

Negara AS pasca pilpres: Berkiblat ke Persatuan dan Penyembuhan - ảnh 2Para pendukung Donald Trump melakukan demonstrasi untuk menentang hasil pilpres  (AP) 

Selain itu, sekitar 50% pendukung Donald Trump menganggap ekonomi dan lapangan sebagai masalah-masalah utama tanah air. Tetapi, hanya 10% jumlah pemilih yang memilih Joe Biden berbagi tentang pandangan ini. Yang terkait dengan masalah etnis, hampir semua pendukung Joe Biden menganggap rasdiskriminasi sebagai masalah yang penting dibandingkan persentase lebih dari 50% pendukung Donald Trump.

Satu citra yang menimbulkan perhatian opini umum ketika banyak toko harus diperkokoh karena mencemaskan terjadinya huru hara setelah pilpres yang pernah dianggap sebagai simbol dan merupakan kesempatan untuk memanifestasikan kebebasan dan demokrasi masyarakat AS.

Bahkan penghitungan suara pun juga memecah orang AS. Berhari-hari setelah pemungutan suara berakhir, perdebatan tetap terjadi. Para pendukung Presiden Donald Trump melakukan demonstrasi di tempat-tempat pemeriksaan suara, tempat pemungutan suara dengan pos- metode yang didukung oleh banyak anggota Partai Demokrat pada latar belakang pandemi Covid-19. Di banyak kawasan, kerumunan-kerumunan yang berskala dari puluhan sampai ribuan pendukung Presiden Donald Trump menyatakan bahwa dewan pemeriksa suara telah memihak Partai Demokrat. Sementara itu, Presiden donald Trump menyatakan menggugat hasil pilpres.

Di samping perpecahan tentang politik, AS juga menghadapi perpecahan tentang etnis ketika pada 2020 terjadi gerakan protes, menuntut kesetaraan para orang negro setelah kematian George Floyd dan diiringinya ialah peningkatan gelombang kekerasan, menimbulkan instabilitas di banyak kawasan di AS.

Semua perpecah-belahan internal AS membuat presiden selanjutnya akan harus menghadapi kecurigaan tentang keutuhan suara dan blok pemilih provokatif sedang mengalami perpecahan secara mendalam karena masalah-masalah sosial seperti rasdiskriminasi, pengontrolan senjata, peawatan kesehatan dan sebagainya.

 

Mengimbau Persatuan dan Penyembuhan

Menilai situasi AS pada saat ini, sejarawan Barbara Perry, Kepala Pusat Miller yang khusus meneliti sejarah presiden dari Universitas Virginia menyatakan bahwa dari masa perang saudara, dia tidak mengira AS telah mengalami perpecahan yang potensial dengan banyak bahaya seperti kali ini.

Menghadapi kontradiksi di masyarakat AS, dalam pidatonya setelah pilpres (7 November), kandidat Joe Biden mengeluarkan pesan “memperkuat persatuan, berusaha meredakan perpecahan di arena politik AS”. Ia menekankan bahwa ini merupakan waktu untuk menyembuhkan AS. Ia berkomitmen tidak akan mengusahakan perpecah-belahan tetapi mengusahakan persatuan. Bagi dia, tidak ada negara bagian yang berwarna merah atau hijau, tetapi merupakan satu AS.

AS sedang menghadapi banyak tantangan seperti wabah Covid-19, kontradiksi etnis, perawatan kesehatan, masalah hubungan luar negeri dan sebagainya. Pada latar belakang itu, satu AS yang terpecah-belah akan sangat sulit untuk membantu negara adi kuasanya ini menggelarkan kebijakan-kebijakan guna mengembangkan tanah air. Hanyalah persatuan dan penyembuhan, presiden ke-46 AS baru bisa mengemudikan As mengatasi tantangan dalam masa bakti 4 tahun mendatang. 

 

Komentar

Yang lain