Penghinaan terhadap Kepercayaan Agama: Implikasi di Luar Dugaan

(VOVWORLD) - Menurut rencana, pada awal pekan depan (11 Juli), Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (Dewan HAM PBB) akan melakukan sidang darurat untuk membahas pembakaran kitab suci Al-Qur'an yang terjadi di luar masjid terbesar di Stockholm, Ibu kota Swedia pada tanggal 28 Juni lalu. Kasus ini merupakan lonceng peringatan tentang peningkatan kebencian agama, menciptakan lebih banyak konflik antara dunia Islam dan masyarakat Eropa, merupakan risiko yang menyebabkan tindakan kebencian dan kekerasan di dunia.
Penghinaan terhadap Kepercayaan Agama: Implikasi di Luar Dugaan - ảnh 1Demonstrasi di luar Kedutaan Besar Swedia di Ankara, Turki, untuk memprotes tindakan membakar kitab suci Al -Qur'an (Foto: AFP/VNA)

Membakar kitab suci Al-Qur'an adalah ilegal di hampir semua negara Islam dan diancam hukuman mati. Sidang darurat Dewan HAM PBB diadakan atas permintaan Pakistan, yang mewakili beberapa anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OIC), termasuk Dewan HAM PBB. Dewan akan membahas peningkatan yang mengkhawatirkan terkait tindakan kebencian agama di beberapa negara Eropa dan negara-negara lain di mana sering terjadi penghinaan terhadap Al-Qur'an.

Kemarahan komunitas Muslim

Kemarahan dunia Islam telah meningkat selama hari-hari ini setelah Salwan Momika, seorang warga Irak yang tinggal di Swedia, membakar Al-Qur'an di luar sebuah masjid di Stockholm pada tanggal 28 Juni, hari awal Hari raya Idul Adha yang penting bagi umat Islam.

Turki, Maroko, Irak, Pakistan, Kuwait, Iran, dan lain-lain mengutuk keras kasus tersebut. Dalam reaksi yang paling awal di halaman Twitter pribadinya, pada tanggal 29 Juni, Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki, Hakan Fidan mengutuk pihak yang berwewenang Swedia yang membiarkan tindakan anti-Islam ini terjadi sebagai hal yang tidak bisa diterima. Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, Maroko, Yordania telah memanggil para diplomat Stockholm untuk memprotes dan menuntut menghentikan semua tindakan yang dengan langsung menentang upaya internasional dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi, moderasi, dan menghapuskan pikiran ekstremis. Iran telah menunda pengangkat Duta Besar untuk Swedia. Beberapa negara Islam lainnya mengutuk pemerintah Swedia yang berdasarkan pada mengatas-namai kebebasan berbicara untuk membiarkan orang-orang seperti Momika menghina agama Islam. 

Ketika memberikan reaksi dari segi multilateral, pada tanggal 2 Juli, organisasi OCI yang berkantor di Uni Emirat Arab mengimbau para anggotanya untuk bersatu dan melakukan tindakan kolektif untuk menghindari terjadinya kembali perilaku yang menghina agama ini. Pada tanggal 1 Juli, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengutuk kasus tersebut, bersamaan dengan itu menekankan bahwa harus ada langkah-langkah untuk mencegah fenomena Islamophobia. Pada hari yang sama, Badan Hubungan Luar Negeri Eropa (EEAS) mengatakan bahwa pembakaran kitab suci Al-Qur'an oleh seseorang di Swedia tidak mencerminkan pandangan Uni Eropa. Uni Eropa mengutuk perilaku ini dan mengimbau untuk  menghindari membuat situasi bereskalasi. 

Penghinaan terhadap Kepercayaan Agama: Implikasi di Luar Dugaan - ảnh 2Salwan Momika di luar sebuah masjid di Stockholm. (Foto: AFP)

Pada pihak Swedia, dalam menghadapi risiko tindakan balasan diplomatik baru, dan juga untuk menghindari masalah berkaitan dengan proses masuknya dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), untuk pertama kalinya, Kementerian Luar Negeri Swedia menilai bahwa pembakaran Al-Qur'an adalah Islamophobia. Juga menurut Kemenlu Swedia, di Swedia, tidak ada tempat untuk diskriminasi ras, xenofobia, dan intoleransi, meskipun Undang-Undang Dasar Swedia melindungi kebebasan berbicara.

Memperdalam kontradiksi antara dunia Islam dan masyarakat Eropa 

Kasus pembakaran Al-Qur'an baru-baru ini di Swedia bukanlah kasus pertama yang membuat marah dunia Islam karena agama mereka dihina. Pada bulan September 2005, sebuah koran besar di Denmark menerbitkan 12 gambar karikatur Nabi Muhammad, yang juga menyebabkan demonstrasi-demonstrasi kekerasan yang dilakukan umat Islam selama sebulan. Pada Februari 2012, demonstrasi-demonstrasi besar juga terjadi di Afganistan untuk memprotes pembakaran Al-Qur'an yang dilakukan serdadu Amerika Serikat. Pada tahun yang sama, film “Innocence of Muslims” (Kepolosan umat Islam), produk seorang Amerika, yang dianggap mendiskreditkan Nabi Muhammad, juga menimbulkan reaksi keras.Tindakan yang dilakukan Majalah Charlie Hebdo Prancis yang mengejek umat Islam pada tahun 2015 juga menimbulkan penembakan di kantor majalah ini di Paris yang menewaskan 12 orang dan melukai 11 orang lainnya.

Dan kali ini, batas-batas kebebasan individu menurut cara Barat kembali menghadapi pertanyaan-pertanyaan keras, ketika ia menimbulkan potensi masalah yang penuh jebakan. Kasus tersebut merupakan pukulan bagi hubungan yang sudah tegang antara Turki dan Swedia- calon untuk bergabung dengan NATO sedang dihalangi oleh Ankara. 

Secara lebih luas, tindakan-tindakan seperti itu telah menciptakan konflik yang tak terhitung jumlahnya antara dunia Islam dan masyarakat Eropa, meningkatkan fenomena Islamophobia, pikiran ekstremis, dan terorisme, serta menabur benih tindakan kebencian dan kekerasan di dunia. Kasus tersebut sama sekali bisa menjadi alasan bagi kelompok Islam ekstremis untuk beraktivitas kembali, bahkan di tengah-tengah masyarakat Barat, ketika didorong oleh kemarahan umum umat Islam.

Komentar

Yang lain