Prospek Perbaikan Hubungan Rusia-Barat

(VOVWORLD) - Selama ini, hubungan antara Rusia dan Barat mengalami banyak gejolak yang patut diperhatikan. Di antaranya, tren peningkatan ketegangan sedang meningkat sehingga mengancam prospek perbaikan hubungan antara dua pihak baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.
Prospek Perbaikan Hubungan Rusia-Barat - ảnh 1Presiden AS, Joe Biden (kiri) dan Presiden Rusia, Vladimir Putin  (Foto: AFP/VNA)

Dalam satu perkembangan terkini yang patut diperhatikan yakni Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, Kamis (4 Mei) mengumumkan ingin menyelenggarakan satu pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam perlawatannya di Eropa yang direncanakan diadakan pada Juni 2021 – kunjungan  pertama ke luar negeri yang dilakukan Joe Biden sejak dilantik menjadi Presiden AS pada awal 2021. Yang lebih patut diungkapkan yakni  untuk kedua kalinya terus-menerus selama sebulan ini Presiden AS menunjukkan keinginannya untuk mengadakan pertemuan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Sebelumnya, pada April, pemimpin Gedung Putih juga merekomendasikan satu pertemuan bilateral dengan pemimpin Istana Kremlin di sebuah negara ketiga untuk membahas ketegangan-ketegangan yang terkait dengan Rusia. Meskipun pertemuan ini belum dikonfirmasikan, tetapi Uyry Ushakov, penasehat Presiden Rusia menegaskan rencana ini tengah digelar.

Menurut kalangan analis, hal tersebut sunggung merupakan indikasi yang positif terkait hubungan antara Rusia dan negara-negara anggota NATO yang tengah terjadi dengan eskalasi-eskalasi ketegangan serius yang terkait dengan banyak masalah.

 

Ketegangan Meningkat

Beberapa hari menjelang pernyataan Presiden AS tentang pertemuan dengan Presiden Rusia, antara Rusia dan Uni Eropa – sekutu lama  AS - terjadi tindakan-tindakan balasan yang keras terus-menerus. Pada 30 April lalu, segera setelah Rusia mengumumkan larangan masuk bagi 8 pejabat Uni Eropa, di antaranya Presiden Parlemen Eropa, David Sassoli dan Wakil Presiden Komite Eropa, Vera Jourova, Uni Eropa telah memberikan reaksinya dengan memanggil Duta Besar Rusia di organisasi ini. Sementara itu, Presiden Komite Eropa, Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa, Charles Michel telah mengeluarkan pernyataan untuk mengutuk keputusan Rusia dan menegaskan akan memberikan langkah balasan yang sesuai.

Di sisi lain, Pemerintah Rusia menunjukkan bahwa perintah larangan masuk bagi para pejabat Uni Eropa bertujuan membalas perintah larangan masuk dan pembekuan aset yang dikenakan oleh Dewan Eropa terhadap 4 pejabat Rusia pada Maret lalu dengan tuduhan yang terkait penangkapan pemimpin faksi oposisi, Alexei Navalny. Menintaklanjuti langkah-langkah Uni Eropa, beberapa negara anggota Uni Eropa yang dikepalai oleh Republik Czech terus-menerus mengenakan langkah-langkah yang keras terhadap Rusia, meliputi pengusiran beberapa diplomat negara ini. Situasi menjadi menegangkan sehingga para analis menilai bahwa hubungan Rusia-Uni Eropa sedang berada dalam taraf  terendah sejak Perang Dingin.

Tidak hanya harus menghadapi tekanan dari Uni Eropa, Rusia juga menderita tekanan besar dari AS – sekutu utama Uni Eropa. Pada 15 April lalu, Pemerintah AS mengumumkan langkah-langkah terhadap Rusia, meliputi pengusiran 10 diplomat beserta perintah larangan masuk dan pembekuan aset terhadap sekitar 40 individu dan badan Rusia. Sementara itu, Rusia memberikan balasan dengan keputusan pengusiran terhadap 10 diplomat AS.

Dengan tindakan-tindakan yang meningkatkan ketegangan tersebut kalangan analis menilai bahwa prospek perbaikan hubungan antara dua pihak pada waktu mendatang sulit diimplementasikan, tetapi bukanlah tidak ada peluang.

 

Prospek Kerja Sama Dialog

Dalam perkembangan-perkembangan yang terkait hubungan antara Rusia dan Barat pada tahap ini, masyarakat internasional menaruh perhatian khusus atas tindakan-tindakan AS. Menurut para analis, Washington tengah secara serentak menyampaikan dua pesan kepada Moskow yakni ingin melakukan dialog dan siap bertindak  keras. Beberapa pakar menilai bahwa hubungan dengan Rusia dalam periode Presiden AS, Joe Biden telah ditetapkan secara kentara dan lebih keras dibandingkan periode presiden pendahulunya, Donald Trump. Kecenderungan ini membuat kemungkinan perbaikan hubungan Rusia dengan cepat tidak tercapai.

Tetapi, hal itu tidak berarti bahwa perbaikan hubungan Rusia-Barat tidak ada peluang. Menurut para analis, kenyataan selama tahun-tahun ini menunjukkan Barat memerlukan Rusia dalam menangani banyak masalah krusial internasional, di antaranya masalah nuklir Iran, instabilitas di Timur Tengah, penanganan ketegangan di Ukraina dan  wilayah-wilayah pasca Unisoviet. Lebih-lebih lagi, dalam krisis hubungan saat ini, Rusia senantiasa menunjukan itikat baik  untuk kerja sama dan dialog yang sangat jelas. Hal ini menjelaskan mengapa dalam internal Barat senantiasa ada pendapat yang mendukung tren kerja sama dengan Rusia alih-alih berkonfrontasi. Yang mendesak, di tengah eskalasi ketegangan saat ini, hanya pengumuman Presiden AS yang ingin melakukan dialog dengan Rusia juga menjadi satu indikasi yang positif, satu kesempatan untuk memperbaiki situasi tanpa memedulikan bagaimana isi dan hasil pertemuan.  

 

Komentar

Yang lain