Tantangan di Sekitar Kesepakatan Gencatan Senjata Energi Rusia-Ukraina

(VOVWORLD) - Kesepakatan gencatan senjata selama 30 hari terhadap infrastruktur energi Rusia dan Ukraina yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dan didukung oleh Rusia dan Ukraina, adalah sinyal positif. Namun, kesepakatan ini belum sepenuhnya meyakinkan para pihak merasa optimis tentang satu prospek untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina dalam waktu dekat.

Kesepakatan gencatan senjata sementara selama 30 hari terhadap infrastruktur energi tercapai dalam pembicaraan telepon pada tanggal 18 Maret antara Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ini adalah pembicaraan telepon resmi kedua antara para pemimpin AS-Rusia sejak Donald Trump kembali ke Gedung Putih pada awal tahun ini.

Positif Tapi Belum Cukup

Menurut kesepakatan yang diusulkan oleh Presiden AS, Donald Trump, yang didukung oleh Rusia dan disetujui secara prinsip oleh pihak Ukraina, Rusia dan Ukraina akan menghentikan sementara segala tindakan militer terhadap infrastruktur energi satu sama lain selama 30 hari, mulai dari saat kesepakatan dicapai. Menurut Donald Trump, kesepakatan ini bisa membuka negosiasi-negosiasi untuk mencapai satu gencatan senjata yang lebih komprehensif, bahkan satu kesepakatan perdamaian jangka panjang. Ini untuk pertama kalinya setelah lebih dari 3 tahun terjadinya konflik Rusia-Ukraina, kedua pihak mendekati kesepakatan serupa, meskipun baru pada skala terbatas dan dengan waktu yang relatif singkat.

Tantangan di Sekitar Kesepakatan Gencatan Senjata Energi Rusia-Ukraina - ảnh 1Ilustrasi (Foto: Tran Hieu / VNA)

Kesepakatan gencatan senjata sebagian sedang memberikan reaksi-reaksi yang berbeda. Kanselir Jerman, Olaf Scholz, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer.... semuanya menilai bahwa ini merupakan satu langkah pertama yang menggembirakan untuk menuju ke satu kesepakatan yang lebih komprehensif. Namun, beberapa politikus Eropa lain seperti: Wakil Senior urusan kebijakan hubungan luar negeri dan keamanan Uni Eropa, Ibu Kaja Kallas; Presiden Finlandia, Alexander Stubb, Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares, dan lain-lain menyatakan keraguan tentang dampak nyata dari usulan gencatan senjata 30 hari terhadap infrastruktur energi kedua negara, ketika beranggapan bahwa kesepakatan ini tidak menciptakan titik balik bagi konflik.

Di segi lain, usulan gencatan senjata juga memiliki faktor positif terhadap Ukraina dan Eropa, para pihak yang selalu merasa khawatir dikesampingkan dari proses negosiasi perdamaian di mana Presiden AS, Donald Trump memilih Rusia untuk mencanangkannya. Menurut Jonathan Eyal, peneliti di Institut penelitian pertahanan dan keamanan RUSI (Inggris), sebelum pembicaraan telepon antara Donald Trump dan Vladimir Putin berlangsung pada tanggal 18 Maret, Ukraina dan Eropa merasa sangat khawatir tentang skenario di mana Donald Trump memberikan terlalu banyak konsesi dengan Rusia untuk cepat mencapai satu kesepakatan gencatan senjata komprehenisf, tanpa memedulikan dampak terhadap kepentingan Ukraina dan Eropa. Namun, kekhawatiran ini hingga saat ini masih belum terjadi.

Memperbaiki Hubungan dengan AS

Sementara pasal-pasal terinci dari kesepakatan gencatan senjata terhadap infrastruktur energi masih perlu dibahas secara konkret melalui pertemuan-pertemuan tatap muka, yang pertama-tama ialah pertemuan antara dua delegasi AS-Rusia yang direncanakan berlangsung pada tanggal 23 Maret di satu negara Timur Tengah, kalangan pengamat menilai bahwa baik Rusia maupun Ukraina sedang mencapai kemajuan yang signifikan dalam hubungan dengan AS. Pada pihak Rusia, komunike yang dikeluarkan Istana Kremlin setelah pembicaraan telepon antara Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin menyinggung potensi kerja sama ekonomi besar antara dua negara pada masa depan. Menurut Utusan Khusus Rusia urusan kerja sama ekonomi dan investasi internasional, Kirill Dmitriev, sekarang Rusia dan AS mulai sering melakukan kontak-kontak untuk melakukan kembali kerja sama ekonomi dan banyak perusahaan AS sedang ingin kembali ke pasar Rusia setelah tiga tahun meninggalkannya.

Sementara itu, pada pihak Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky menegaskan telah melakukan pembicaraan telepon yang sangat terus terang dan sukses dengan Presiden AS, Donald Trump pada tanggal 19 Maret, tidak hanya tentang kesepakatan gencatan senjata selama 30 hari terhadap infrastruktur energi saja, tetapi juga tentang kerja sama keamanan dan ekonomi antara dua negara. Semua gerak-gerik ini memperkokoh penilaian bahwa hubungan AS-Ukraina sedang menjadi baik secara signifikan setelah pertemuan ketegangan antara Presiden Ukraina dengan Presiden AS pada tanggal 28 Februari di Gedung Putih. Sekretaris pers Gedung Putih, Ibu Karoline Leavitt, menekankan:

Sekarang, kami sedang fokus pada satu kesepakatan perdamaian jangka panjang, hal yang belum disinggung dalam pertemuan antara Presiden Zelensky dan Presiden Donald Trump. Kami telah melampaui kerangka kesepakatan mineral ekonomi sebelumnya untuk mengusahakan satu kesepakatan gencatan senjata jangka panjang”.

Menurut kalangan pengamat, setelah menunda sementara kesepakatan mineral, AS kini mengajukan satu usulan baru yang patut diperhatikan terkait dengan kepemilikan pembangkit-pembangkit listrik Ukraina, di antaranya ada pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang sedang dikontrol Rusia. Jika usulan ini menjadi kenyataan, ini mungkin akan menjadi faktor yang berdampak besar terhadap usaha menangani konflik Rusia-Ukraina.

Komentar

Yang lain