Tantangan-tantangan yang dihadapi dalam perang anti terorisme

(VOVworld) - Salah satu diantara perkembangan-perkembangan yang berpengaruh secara paling luas terhadap seluruh dunia pada tahun 2014 ialah munculnya organisasi yang menamakan diri sebagai “Negara Islam” (IS). Hanya dalam waktu singkat saja, IS telah menunjukkan wataknya yang ekstrimis, jahat dan secara terbuka menentang semua negara dan bangsa. Meskipun koalisi internasional yang dikepalai oleh Amerika Serikat telah melakukan banyak upaya untuk menghadapi  organisasi ini, tapi  perang anti IS diprediksi akan menjumpai banyak ujian pada tahun 2015 dan beberapa tahun selanjutnya



Tantangan-tantangan yang dihadapi dalam perang anti terorisme - ảnh 1
Keamanan diperketat di luar Gedung Kanada setelah pemberondongan
(Foto: hanoimoi.com.vn)

Dengan nama lama Negara Islam di Irak dan Timur Dekat (ISIS), IS terbentuk pada April tahun 2014, berasal dari kelompok  al-Qaeda di Irak. Tidak sama dengan  kelompok-kelompok teroris lain  di Suriah, tujuan-nya ialah membentuk satu kerajaan Islam yang terdiri dari kawasan-kawasan yang terbentang dari wilayah Suriah ke Irak. Konektivitas ideologi, tahu menerapkan secara pandai strategi dan taktik militer dan memiliki sumber keuangan yang berlimpah-limpah semuanya adalah alasan mengapa IS melampaui semua kelompok teroris dulu untuk menjadi faktor yang menantangi ketertiban geo-politik di “kancah api”  dunia  dan menyebarkan ketakutan di seluruh dunia.


Melancarkan api perang  sabil global
.

Bisa ditegaskan bahwa hanya dalam waktu pendek saja, IS telah menunjukkan jelas  watak-nya yang ekstrimis  dan jahat, serta secara terbuka menentang semua negara dan bangsa. Dengan jumlah angka dari 10 000 sampai 30 000 orang pada permulaannya, sampai sekarang, organisasi ini diprakirakan sudah mempunyai kira-kira 200 000 milisi. Yang patut diperhatikan,  dalam barisan ini, ada 10%  adalah para milisi asing yang berasal dari semua benua. Kekuatan ini  bisa melaksanakan serangan-serangan teror di semua daerah manapun. Tidak hanya memperhebat serangan untuk menduduki  wilayah-wilayah di Timur Tengah, IS  juga membuat seluruh dunia terguncangkan ketika terus-menerus melakukan eksekusi secara jahat terhadap para sandera yang terdiri dari warga sipil dan warga negara asing untuk menangkal Pemerintah  dan orang-orang yang anti kekuatan ini.

Bersama dengan melakukan teror mental terhadap para lawan melalui penyebaran informasi-informasi tentang kejahatan yang mengerikan, kelompok IS juga memperkuat  masuknya  organisasi-organisasi mujahidin ekstrimis lain  dan aktif berpartisipasi pada aktivitas-aktivitas al-Qaeda untuk “melancarkan api perang sabil global”.


Upaya  permulaan dalam  perang anti terorisme
.

Dalam menghadapi penghimpunan dan pengembangan kekuatan IS dan kejahatan yang dilakukan organisasi ini, komunitas internasional  telah melakukan gerak-gerik  positif  yang pertama dalam menentang IS. Pada Agustus 2014, sebuah koalisi internasional anti IS pimpinan Amerika Serikat  cepat terbentuk dengan partisipasi dari lebih dari 40 negara, diantaranya ada 20 negara lebih yang melakukan aktivitas-aktivitas nyata  di Irak dan Suriah untuk mencegah langkah IS. Serangan-serangan udara  yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan sekutunya  telah sebagian bisa mencegah serangan-serangan IS. Dari Agustus 2014, IS telah tidak bisa menduduki lagi kota-kota di Irak, sebaliknya  dimundurkan ke luar dari banyak daerah di bagian utara. Sedangkan di Suriah,  banyak infrastruktur  IS sedang menderita serangan secara berat. Sumber pemberian suplai  keuangan, senjata dan sumber daya manusia kepada IS sedang digunakan oleh  komunitas internasional sebagai langkah pengepungan dan pencegahan secara gigih.


Sulit  “mencabut rumput  sampai ke akar-akarnya”
.

Namun, ada satu kenyataan yang harus diakui bahwa meskipun Amerika Serikat telah menghimpun  kira-kira 60 negara dengan panji  koalisi  internasional  anti IS, tapi sampai sekarang operasi-operasi membasmi IS belum mengembangkan hasil-guna. Serangan udara yang dilakukan koalisi hanya membantu membasmi beberapa sasaran IS dan memundurkan satu bagian serangan dari kekuatan ini. Tampaknya hal ini semakin membuat kaum milisi IS menjadi lebih ekstrimis dan jahat dan dioperasikan secara rahasia di kalangan komunitas sipil untuk membatas kerugian. Satu kenyataan  yang sulit dijelaskan ialah meskipun melakukan  metode aktivitas yang sangat jahat  dan mempunyai idelogi ekstrimis, tapi IS sedang mendapatkan dukungan yang luas dari hampir semua organisasi mujahidin di Timur Tengah, Afrika, Asia Selatan dan Timur Jauh sampai perseorangan-perseorangan yang mengikuti ideologi ekstrimis. Justru dukungan ini telah menciptakan ancaman permanen terhadap pemerintah-pemerintah di seluruh dunia. Buktinya ialah pemberondongan senapan di Paris (ibukota Perancis) pada Rabu (7 Januari) menunjukkan bahwa dunia belum bisa kebal terhadap serangan-serangan teror.

Ada satu hal yang mudah dilihat bahwa serangan anti IS  belum menuju ke hasil terakhir  yaitu  semua pihak  sepenuhnya belum menyingkirkan permusuhan, tetap saling berjaga-jaga dan  hampir  secara diam-diam berusaha supaya jangan membiarakan “mitra-nya” untuk mendapatkan keuntungan dari setiap  kegagalan IS. Sampai sekarang, Suriah dan Iran - dua negara  memainkan peranan yang sangat penting di kawasan Timur Tengah tetap berdiri di luar koalisi  internasional. Sedangkan Rusia tidak secara hangat lagi berjabatan  tangan dengan Amerika Serikat  dalam perang ini. Meskipun tidak bisa menghampang perang anti IS, tapi negara-negara ini punya alasan tersendiri  untuk berdiri di luar. Bagi Rusia ialah masalah Ukraina, bagi Iran ialah masalah nuklir dan bagi Suriah ialah pemerintah tidak mendapat pengakuan. Perkembangan-perkembangan sekarang menunjukkan terorisme akan terus menjadi obsesi yang mengerikan selama  koalisi internasional tidak benar-benar berpadu hati dan tenaga, semua pihak tidak menyingkirkan kepentingan tersendiri  untuk bersama-sama membasmi musuh bersama./.  


Komentar

Yang lain