Ujian terhadap Perdana Menteri wanita Thailand, Yingluck Shinawatra

(VOVworld) - Thailand terperangkap lagi ke dalam situasi instabilitas  yang  serius   selama  berhari-hari terus menerus, demonstrasi-demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh kedua faksi pendukung dan penentang Pemeritah berlangsung dengan skala paling besar sejak 2010 ketika  negara ini  terguncang oleh  pertumpahan darah politik, sehingga menewaskan 90 orang.  Opini umum sedang sangat  merasa cemas akan satu skenario buruk terhadap Pemerintah yang berkuasa di Thailand. Dengan prestise yang telah ditegakkan dalam waktu 2 tahun ini sebagai seorang pemimpin yang bijak dan moderat, apakah Perdana Menteri wanita Yingluck Shinawatra bisa mengemudikan Tanah Air terhindari dari perangkap dari satu pusaran instabilitas dan  bentrokan baru? 
   
Ujian terhadap Perdana Menteri wanita Thailand, Yingluck Shinawatra - ảnh 1

Perdana Menteri Thailand, Ibu Yingluck Shinawatra.

  
Dalam satu perkembangan terkini, Pemerintah  pimpinan Perdana Menteri  Yingluck Shinawatra  pada hari Selasa (26 November) memulai  perdebatan untuk pemungutan suara atas mosi tak percaya dengan interpelasi yang diajukan oleh 20 legislator oposisi. Pemungutan suara atas mosi tak percaya kali ini bersama dengan petisi tuduhan terhadap Perdana Menteri dan para anggota Pemerintah  adalah tekanan-tekanan yang dikeluarkan  oleh faksi oposisi untuk menggulingkan Pemerintah pimpinan Perdana Menteri wanita Yingluck Shinawatra

Sebab musabab dan polarisasi di kalangan masyarakat Thailand
   
    Krisis politik terkini di Thailand dimulai dari peristiwa Perdana Menteri wanita Yingluck Shinawatra memainkan perjdian politik yang avonturis ketika berupaya mengesahkan rancangan Undang-Undang tentang Pemberian Amnesti, satu rancangan Undang-Undang yang selama ini dianggap  sebagai  sangat sensitif  bagi faksi oposisi. Faksi oposisi percaya bahwa pengajuan rancangan Undang-Undang ini merupakan satu upaya  PM Yingluck Shinawatra  untuk “mencuci dosa” abang-nya-mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra untuk memulangkan dia ke Tanah Air setelah bertahun-tahun harus hidup migran untuk menghindari  hukuman penjara dua tahun karena tudahan korupsi yang dia hadapi pada tahun 2008. Meskipun rancangan Undang-Undang  yang kontroversial itu ditolak oleh Majelis Tinggi, tapi ia sudah cukup menjadi dalih untuk menyalakan api kontradiksi yang selama ini tetap membara di kalangan masyarakat Thailand.

Bisa dilihat, semua yang bersangkutan dengan Thaksin sampai sekarang tetap menjadi salah satu kesensitifan politik yang paling besar di Thailand. Thaksin Shinawatra-lah yang merupakan penyebab utama yang menciptakan polarisasi masyarakat yang mendalam di Thailand dan merupakan asal-usul dari kekacauan-kekacauan politik di negara ini selama bertahun-tahun ini. Mantan PM Thaksin Shinawatra dicintai  oleh jutaan orang miskin dengan kebijakan-nya yang pro rakyat, akan tetapi tidak mendapat dukungan dari keluarga Kerajaan, tentara dan lapisan menengah.

Pada tahun-tahun lalu, orang menyaksikan banyak konfrontasi antara  kekuatan pendukung Thaksin Shinawatra (faksi Baju Merah) dan berbagai unsur penentang –nya (faksi Baju Kuning). Semua konfrontasi itu telah menimbulkan instabilitas politik, mengakibatkan adanya perubahan kekuasaan terus-menerus, berpengaruh berat terhadap perekonomian dan kehidupan rakyat di Kerajaan Pagoda Emas ini. Meskipun mencapai kemenangan yang meyakinkan dalam pemilu dua tahun lalu dan pada kenyataan-nya telah menyelenggarakan Thailand menjalani periode damai yang  paling panjang pada tahun-tahun belakangan ini, akan tetapi justru masalah yang bersangkutan dengan Thaksin telah berkali-kali membuat Pemerintah pimpinan ibu Yingluck Shinawatra terguncang-guncang

Apakah skenario 2010 terjadi lagi?

Partai Demokrat oposisi sedang memainkan peranan kunci dalam melakukan demonstrasi-demonstrasi anti Pemerintah Thailand sekarang. Sampai sekarang, semua demonstrasi  tetap terus terjadi relatif damai, tetapi jelas-lah bahwa opini umum tidak bisa menghindari kecemasan tentang skenario demonstrasi- demonstrasi berdarah yang terjadi pada 2010 ketika lebih dari 90 orang demonstran Baju Merah tewas, karena eskalasi ketegangan dalam penindasan yang dilakukan Pemerintah pimpinan Partai Demokrat pada waktu itu. Menghadapi tekanan yang semakin meningkat dari kekuatan penentang sekarang, Perdana Menteri wanita Yingluck Shinawatra di satu segi menyerukan kepada kaum demonstran supaya mengekang diri dan menegaskan bahwa Pemerintah tidak menggunakan kekerasan untuk menghadapi semua demonstrasi, siap melakukan dialog, melakukan perbahasan dengan semua faksi untuk memecahkan masalah instabilitas politik di Thailand sekarang, di lain segi dengan tegas menerapkan Undang-Undang tentang Keamanan Domestik untuk menindas semua tindakan yang mengacau Pemerintah dan mengancam keamanan nasional


Uji coba terhadap Perdana Menteri Yingluck Shinawatra
Tidak sedikit pakar dan kalangan analis mencemaskan bahwa semua perkembangan digelanggang politik Thailand sekarang kalau tidak ditangani secara bijak,  maka Perdana Menteri Yingluck Shinawatra menghadapi bahaya pemerintah pimpinannya terguling. Akan tetapi, dengan semua yang dia manifestasikan selama 2 tahun mengemudikan Tanah Air Thailand, opini umum percaya bahwa Ibu Yingluck akan lebih sukses dari pada para pendahulunya.

Melihat kembali tahun 2012, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra pernah secara mudah mengatasi mosi tak percaya di Parlemen yang dimulai oleh para legislator oposisi dengan tuduhan bahwa Pemerintah tidak mampu menangani korupsi, maka sekarang, para analis tetap masih percaya pada kemampuan menjadi pulih  dari ibu Yingluck dalam gejolak politik kali ini. Ditambah lagi, perihal Partai Demi Negara Thailand yang berkuasa sedang menduduki keunggulan di Parlemen akan menjadi salah satu diantara faktor- faktor yang merintangi semua upaya untuk mernimbulkan ketidak-untungan terhadap Perdana Menteri wanita  pertama di daerah  Pagoda Emas ini./.




Komentar

Yang lain