Ukraina - Rusia: Pintu dialog berangsur-angsur tertutup

(VOVworld) - Hubungan Rusia-Ukraina memasuki tikungan jalan baru yang berbahaya. Tanpa memperdulikan pernyataan yang beriktikat baik  dari para pemimpin dua negara, setelah Ukraina mempunyai Presiden baru, gerak-gerik dewasa ini memperlihatkan bahwa tampaknya semua fihak sedang bersangsur-angsur kehilangan kesabaran dan mendorong hubungan menuju ke bentrokan serius. 

Ukraina - Rusia: Pintu dialog berangsur-angsur  tertutup - ảnh 1
Demonstrasi di depan Kedutaan Besar Rusia di Kiev.(Ilustrasi).
(Foto: vietbao.vn)

Dalam satu gerak-gerik “tambah membakar” ketegangan antara dua negara, pada Selasa (17 Juni), Rusia menyampaikan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) satu Resolusi tentang Ukraina yang antara lain mengecam serangan meriam, khusus-nya di kawasan Timur  meminta menghentikan kekerasan, membentuk gencatan senjata guna melakukan dialog, bersamaan itu meminta untuk membuka investigasi tentang tewas-nya dua wartawan Rusia di Ukraina.

Ketika menanggapinya, Parlemen Ukraina pada Selasa (17 Juni) juga mengesahkan Resolusi tentang penguatan pengawasan perbatasan di sebelah Timur dengan Rusia. Menurutnya, dalam waktu sebulan, Badan prajurit penjaga perbatasan Ukraina meningkatkan jumlah personel secara berarti untuk bisa mengawasi dengan ketat daerah perbatasan di sebelah Timur dengan Rusia, termasuk di kawasan-kawasan tidak terjadi bentrokan. Selain itu, Ukraina memberikan instruksi kepada kekuatan-kekuatan fungsional supaya menetapkan dokumen untuk secara sefihak menetapkan perbatasan dengan Rusia. Ukraina juga sedang mempelajari larangan penyambungan gelombang 4 kanal Televisi dari Rusia, meningkatkan jumlah kanal TV Rusia yang dilarang menyambungkan gelombang  di Ukraina mencapai 8 kanal. Selain itu, Presiden Ukraina, Petro Poroshenko juga mengeluarkan perintah melarang semua kerjasama di bidang industri militer dengan Federasi Rusia.


Hubungan  semakin menjadi  beku

Hubungan antara dua negara tetangga Rusia dan Ukraina sedang menjadi beku setelah Moskwa  dengan gigih memutus sumber pemasokan gas bakar kepada Ukraina. Pada latar belakang ketegangan seperti itu, demonstrasi dan serangan di depan Kedutaan Besar Rusia di Kiev sebenarnya merupakan “sulutan api” menambah ketegangan, mendorong hubungan dua negara turun ke tarap serendah-rendahnya selama bertahun-tahun ini. Pihak Moskwa menuduh polisi Ukraina tidak melakukan tindakan apa-apa untuk mencegah serangan dan menamakan kasus ini sebagai “satu pelanggaran Ukraina secara serius terhadap kewajiban-kewajiban internasional”. Bukan hanya begitu saja, penjabat Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy  Deshchytsia juga menimbulkan satu skandal  dalam sejarah diplomatik  dua negara  ketika tidak bisa menahan diri telah melontarkan pernyataan-pernyataan yang melanggar perasaan Presiden Rusia, Vladimir Putin di luar Kedutaan Besar Rusia di Kiev. Gambar seorang pejabat diplomatik ini berdiri di samping para demonstran dalam kampanye pengepungan terhadap Kedutaan Besar Rusia di Kiev yang dimuat oleh media  massa  telah  menimbulkan gelombang protes kuat  di Rusia.

Solusi  yang tidak bisa meramalkan hasilnya.

Namun, dalam satu gerak-gerik yang dianggap sebagai langkah pertama untuk meredakan ketegangan terhadap Moskwa, Presiden Ukraina, Petro Poroshenko pada Rabu (18 Juni) menyatakan akan menerapkan gencatan senjata sepihak dan bersedia  melaksanakan kompromi-kompromi berikutnya dengan pihak pembangkang, diantaranya ada  reformasi  Undang-Undang Dasar secara komprehensif, satu langkah untuk memperkuat kekuasaan pemerintahan daerah. Presiden Petro Poroshenko juga berkomitmen akan mengumumkan rencana perdamaian komprehensif 14 butir untuk membongkar sumbu ledak ketegangan dalam bentrokan yang sedang bereskalasi di Ukraina, namun juga menekankan bahwa waktu gencatan senjata  ini hanya “sangat pendek saja”.

Menurut para analis, rencana gencatan senjata  ini bersifat formalitas, merupakan  solusi reaktif dengan perhitungan, karena gencatan senjata tidak terdiri dari dialog-dialog, melainkanya hanya berseru kepada kelompok-kelompok bersenjata supaya meletakkan senjata dan meninggalkan Ukraina. Pada saat pemimpin Ukraina menganggap soal meletakkan senjata, menarik diri dari daerah Timur sebagai prasyarat untuk mengadakan dialog, maka kekuatan separatis di daerah Timur mengatakan bahwa usulan-usulan yang dikeluarkan oleh Presiden Petro Poroshenko adalah hal yang “tidak berarti”. Bahkan Rusia pun  menyangsikan rencana dari Presiden. Petro Poroshenko ini, beranggapan bahwa semua gencartan senjata harus komprehensif, bukan sementara dan langkah selanjutnya setelah gencatan senjata haruslah dialog. Tetapi dengan semua perkembangan yang terjadi dewasa ini, efek dari gencatan senjata sementara ini tampaknya telah ada hasil terakhir. Semua kekuatan separatis di Ukraina Timur tidak mudah meletakkan senjata, dan Rusia pun sulit meyakinkan masyarakat bagian Timur supaya melaksanakan gencatan senjata itu.

Bertentangan dengan pernyataan melakukan gencatan senjata secara sefihak, Tentara Ukraina secara terbuka membocorkan rencana membeli lagi 1000 kendaraan berlapis baja untuk digunakan dalam kampanye sanksi di Ukraina Timur, bersamaan itu memberitahukan akan membentuk satu satuan tempur elit khusus pada waktu mendatang untuk menghadapi semua ancaman keamanan nasional. Pada waktu itu juga, Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu menyatakan bahwa Moskwa siap untuk menghadpai semua situasi  yang muncul di Ukraina.

Dalam sejarah, Ukraina pernah menjadi satu bagian dari wilayah Rusia. Secara geografi, Ukraina mempunyai perbatasan bersama yang sangat panjang dengan Moskwa. Komunitas orang Rusia adalah komunitas minoritas yang paling besar di Ukraina. Tentang ekonomi, Rusia adalah mitra yang paling besar bagi Ukraina, memasok kira-kira 60 persen kebutuhan gas bakar dan separo dari bahan baku kasar bagi negara ini dan sekaligus adalah pasar ekspor paling besar bagi Ukraina. Justru semua pergolakan politik yang terjadi di Ukraina pada waktu  lalu, beserta semua perkembangan ketegangan sekarang, dari hubungan diplomatik sampai kemacetan-kemacetan yang bersangkutan dengan masalah gas bakar, semuanya sedang meretakkan lebih lanjut lagi hubungan antara dua negara bekas Uni Soviet ini.  Hubungan Ukraina- Rusia sulit diramalkan pada waktu mendatang./.



Komentar

Yang lain